TEMPO.CO, Helsinki - Sebuah studi baru menemukan bahwa sistem operasi mobile Google, Android, menjadi target utama hacker dibandingkan platform mobile lainnya.
Perusahaan keamanan F-Secure menemukan bahwa Android menyumbang 79 persen dari semua malware mobile pada tahun 2012. Angka itu meningkat dari 66,7 persen pada tahun 2011 dan 11,25 persen pada tahun 2010.
Sementara platform Apple, iOS, tetap hampir tak tersentuh malware sepanjang tahun. Malware pada sistem operasi terpopuler kedua di kalangan pembeli smartphone itu tercatat hanya 0,7 persen pada tahun 2012.
F-Secure juga menemukan bahwa Android mengalami peningkatan yang signifikan dalam malware pada akhir tahun. 94 persen dari semua ancaman malware terjadi pada kuartal keempat. Sebagian besar malware ditemukan di pasar negara berkembang.
Sebagian besar pengguna ponsel di Eropa dan Amerika Serikat tidak akan terpengaruh, tapi masih harus berhati-hati dari pesan teks, link dan email yang mencurigakan.
Sementara itu, dalam sebuah studi lain untuk komputer yang dilakukan oleh IDC menemukan, akibat terinfeksi malware, konsumen akan menghabiskan 1.5 miliar jam dan US$ 22 miliar untuk mengidentifikasi, memperbaiki dan memulihkan komputernya dari dampak malware, sementara perusahaan global akan menghabiskan US$ 114 miliar untuk mengatasinya.
Untuk Asia Pasifik, studi tersebut meramalkan pengeluaran karena terinfeksi malware mencapai US$ 39 miliar. Secara regional angka tersebut meningkat tajam sebesar US$ 129 miliar jika biaya kerugian kehilangan data juga dijadikan pertimbangan.
Perusahaan keamanan F-Secure menemukan bahwa Android menyumbang 79 persen dari semua malware mobile pada tahun 2012. Angka itu meningkat dari 66,7 persen pada tahun 2011 dan 11,25 persen pada tahun 2010.
Sementara platform Apple, iOS, tetap hampir tak tersentuh malware sepanjang tahun. Malware pada sistem operasi terpopuler kedua di kalangan pembeli smartphone itu tercatat hanya 0,7 persen pada tahun 2012.
F-Secure juga menemukan bahwa Android mengalami peningkatan yang signifikan dalam malware pada akhir tahun. 94 persen dari semua ancaman malware terjadi pada kuartal keempat. Sebagian besar malware ditemukan di pasar negara berkembang.
Sebagian besar pengguna ponsel di Eropa dan Amerika Serikat tidak akan terpengaruh, tapi masih harus berhati-hati dari pesan teks, link dan email yang mencurigakan.
Sementara itu, dalam sebuah studi lain untuk komputer yang dilakukan oleh IDC menemukan, akibat terinfeksi malware, konsumen akan menghabiskan 1.5 miliar jam dan US$ 22 miliar untuk mengidentifikasi, memperbaiki dan memulihkan komputernya dari dampak malware, sementara perusahaan global akan menghabiskan US$ 114 miliar untuk mengatasinya.
Untuk Asia Pasifik, studi tersebut meramalkan pengeluaran karena terinfeksi malware mencapai US$ 39 miliar. Secara regional angka tersebut meningkat tajam sebesar US$ 129 miliar jika biaya kerugian kehilangan data juga dijadikan pertimbangan.