Seorang pesulap yang bekerja di sebuah kapal pesiar, selalu mengulang trik yang sama setiap minggu. Pasalnya, penontonnya selalu berbeda setiap minggu.
Tapi, tetap ada masalah. Burung beo milik kapten, yang menjadi penonton setia, mulai memahami semua trik si pesulap itu. Setelahmengerti, dia mulai berteriak-teriak di tengah-tengah pertunjukan.
"Lihat, topi itu berbeda."
"Lihat, dia menyembunyikan bunga dibawah meja."
"Hei, semua kartunya adalah As!"
Si pesulap sangat jengkel tapi tak mampu berbuat apa-apa. Namanya juga, burung peliharaan sang kapten. Suatu hari, kapal pesiar itu mendapat kecelakaan dan mulai tenggelam. Si pesulap menemukan sebatang kayu dan terapung-apung di tengah laut, bersama burung beo itu. Mereka saling memandang dengan benci dan berdiam diri. Hari demi hari, mereka berdua cuma melotot satu
sama lain.
Setelah lewat satu minggu, si burung beo itu bergumam, "Oke ... oke .. saya menyerah. Dimana kamu sembunyikan sekoci penolong itu?"
Tapi, tetap ada masalah. Burung beo milik kapten, yang menjadi penonton setia, mulai memahami semua trik si pesulap itu. Setelahmengerti, dia mulai berteriak-teriak di tengah-tengah pertunjukan.
"Lihat, topi itu berbeda."
"Lihat, dia menyembunyikan bunga dibawah meja."
"Hei, semua kartunya adalah As!"
Si pesulap sangat jengkel tapi tak mampu berbuat apa-apa. Namanya juga, burung peliharaan sang kapten. Suatu hari, kapal pesiar itu mendapat kecelakaan dan mulai tenggelam. Si pesulap menemukan sebatang kayu dan terapung-apung di tengah laut, bersama burung beo itu. Mereka saling memandang dengan benci dan berdiam diri. Hari demi hari, mereka berdua cuma melotot satu
sama lain.
Setelah lewat satu minggu, si burung beo itu bergumam, "Oke ... oke .. saya menyerah. Dimana kamu sembunyikan sekoci penolong itu?"