Gue dan Bunga suatu hari berpetualang ke hutan cagar alam. Saking terpesona akan keindahannya, Kami terus memasuki wilayah hutan semakin dalam.
"Keren ya Beb hutannya?"
"Iya Mas. Hutan ini kayaknya masih perawan, belum terjamah manusia."
"Salut aku sama prinsipnya menjaga keperawanannya.."
"Tapi jangan terlalu milih-milih, ntar jadi perawan tua lho tan!" Bunga ngomong sama pepohonan.
Kamipun terus menjelejah semakin jauh. Hingga tau-tau hari sudah sore. Dan Kami berniat pulang. Tapi...??
"Kita udah tersesat ini Beb..."
"Setuju, Mas. Mampus deh! Sekarang kita ada dimana? Ini tanggal berapa aku ga tau.."
"Pasti papa mama udah gelisah mikirin kita.."
"Mana hutannya gelap banget, pasti di sini tempatnya singa, harimau, srigala beserta kroni-kroninya berkumpul. Hii.."
"Toloong.. Tolooong...!" Gue teriak-teriak minta bantuan.
"Mas, biar ada yang dengar, gimana kalo kita teriaknya serempak.."
"Iya beb, kamu bener. Ayok teriak serempak.."
Lalu kami teriak: "SEREMPAK! SEREMPAAAK! SEMPAAAAAKKKK!!!"
Sayangnya, hingga suara hampir habis, ga ada tanda-tanda ada yang akan menolong kami.
"Gimana ini Beb, aku takut.." Gue mulai cemas, berada di tengah hutan rimba cuma berdua begitu ga ada orang lain, kalo Bunga melecehkan siapa yang menolong?
"Tenang Mas. Kamu kan bawa peta?"
"Itu dia masalahnya, Beb. Petanya ketinggalan di rumah, huuhuu.." gue udah nangis aja.
"Kamu gimana sih?! Kalo mau berpetualang barang-barang kayak peta, kompas, kompor gas itu ga boleh ketinggalan tau! Koplok kok diawetin!"
"Maafin aku Beb, tadi berangkatnya buru-buru.Gimana kalo kita pulang aja dulu, ngambil petanya.."
"Wah, tumben ide kamu bagus Mas! Ayok!"
Kemudian kami pulang mengambil peta yang ternyata ketinggalan di laci. Setelah itu kembali lagi ke hutan tempat kami tersesat. Akhirnya, berkat petunjuk peta itu, kami berhasil pulang ke rumah dengan selamat dan sentosa.
"Keren ya Beb hutannya?"
"Iya Mas. Hutan ini kayaknya masih perawan, belum terjamah manusia."
"Salut aku sama prinsipnya menjaga keperawanannya.."
"Tapi jangan terlalu milih-milih, ntar jadi perawan tua lho tan!" Bunga ngomong sama pepohonan.
Kamipun terus menjelejah semakin jauh. Hingga tau-tau hari sudah sore. Dan Kami berniat pulang. Tapi...??
"Kita udah tersesat ini Beb..."
"Setuju, Mas. Mampus deh! Sekarang kita ada dimana? Ini tanggal berapa aku ga tau.."
"Pasti papa mama udah gelisah mikirin kita.."
"Mana hutannya gelap banget, pasti di sini tempatnya singa, harimau, srigala beserta kroni-kroninya berkumpul. Hii.."
"Toloong.. Tolooong...!" Gue teriak-teriak minta bantuan.
"Mas, biar ada yang dengar, gimana kalo kita teriaknya serempak.."
"Iya beb, kamu bener. Ayok teriak serempak.."
Lalu kami teriak: "SEREMPAK! SEREMPAAAK! SEMPAAAAAKKKK!!!"
Sayangnya, hingga suara hampir habis, ga ada tanda-tanda ada yang akan menolong kami.
"Gimana ini Beb, aku takut.." Gue mulai cemas, berada di tengah hutan rimba cuma berdua begitu ga ada orang lain, kalo Bunga melecehkan siapa yang menolong?
"Tenang Mas. Kamu kan bawa peta?"
"Itu dia masalahnya, Beb. Petanya ketinggalan di rumah, huuhuu.." gue udah nangis aja.
"Kamu gimana sih?! Kalo mau berpetualang barang-barang kayak peta, kompas, kompor gas itu ga boleh ketinggalan tau! Koplok kok diawetin!"
"Maafin aku Beb, tadi berangkatnya buru-buru.Gimana kalo kita pulang aja dulu, ngambil petanya.."
"Wah, tumben ide kamu bagus Mas! Ayok!"
Kemudian kami pulang mengambil peta yang ternyata ketinggalan di laci. Setelah itu kembali lagi ke hutan tempat kami tersesat. Akhirnya, berkat petunjuk peta itu, kami berhasil pulang ke rumah dengan selamat dan sentosa.