ratna anida
Semprot Addict
Dampak kemungkinan sanksi FIFA setelah "pembekuan" yang dilakukan Menpora kepada PSSI terhadap perkembangan sepakbola nasional.
Seperti yang sudah kita ketahui bersama para penggemar dan pecinta olahraga sepakbola di tanah air sekalian, sejak tanggal 18/04/2015 yang lalu Bapak Imam Nahrawi selaku Menteri Pemuda dan Olahraga(Menpora) resmi memberikan sanksi "administratif" kepada induk resmi organisasi sepakbola Indonesia PSSI(Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) terhitung sanksi ini berlaku sejak tanggal 19/04/2015. Sanksi "administratif" berupa "pembekuan" seluruh kegiatan yang dilakukan PSSI ini diberikan oleh Menpora dengan alasan bahwa PSSI tidak bersedia mengindahkan dan mematuhi rekomendasi BOPI(Badan Olahraga Profesional) Indonesia yang tidak meloloskan Persebaya Surabaya dan Arema Cronus Malang dalam verifikasi yang dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh BOPI, sebab kedua klub mendapatkan nilai C dari hasil verifikasi yang dilakukan oleh BOPI dikarenakan menurut tim penilai bentukan BOPI yang bertugas melakukan verifikasi serta melakukan penilaian kedua klub masih memiliki masalah dualisme, dan belum melunasi tunggakan gaji pemain, bahkan enggan membayar pajak kepada negara, sehingga kedua klub ini tak diperkenakan atau dengan kata lain dilarang mengikuti kompetisi LSI 2015.
Namun PSSI tetap bergeming dengan memulai pelaksanaan kompetisi Liga Super Indonesia(LSI) 2015 yang kini disponsori oleh Qatar National Bank(QNB) pada 4/04/2015 yang mana kompetisi pun kini bertajuk LSI QNB 2015 dengan mengikutsertakan Persebaya Surabaya dan Arema Cronus Malang sebagai peserta kompetisi LSI QNB 2015 sesuai dengan arahan dari FIFA(Federation International Football of Association) bahwa PSSI sebagai anggota FIFA diinstruksikan untuk menyelenggarakan LSI QNB 2015 dengan jumlah peserta 18 klub, tanpa boleh berkurang satu klub pun sebagai peserta kompetisi. FIFA juga dengan tegas menyatakan bahwa PSSI sebagai anggota FIFA adalah lembaga independen yang tak dapat diintervensi oleh siapapun termasuk pemerintah dalam segala urusan organisasi yang berkaitan dengan sepakbola beserta pembinaannya.
Apabila pemerintah terbukti turut melakukan intervensi atau "campur tangan" yang berlebihan kepada PSSI dalam urusan organisasi beserta pembinaan sepakbola, maka FIFA tidak segan-segan akan "membanned" atau mengeluarkan PSSI dari keanggotaan FIFA yang berarti tim nasional Indonesia termasuk juga klub Indonesia tidak dapat berpartisipasi dalam seluruh kejuaraan internasional yang diselenggarakan oleh FIFA yang antara lain adalah Kualifikasi Piala Dunia, Kualifikasi Piala Asia, Kompetisi AFC Cup, Piala Asia, dan Piala AFF. Begitupun dengan nasib para pemain Indonesia seperti Andik Vermansyah, Irfan Bachdim, dan Sergio Van Dijk yang kini masing-masing merumput di kompetisi Malaysia, Jepang, dan Thailand maka karier bermain sepakbola mereka dipastikan "tamat" sebab FIFA melarang seluruh anggota federasi yang bernaung dalam FIFA untuk tidak memakai dan menggunakan para pemain dari negara yang terkena sanksi oleh FIFA. Belum lagi keberadaan bantuan FIFA goal project dalam membangun lapangan di segenap pelosok tanah air untuk meningkatkan misi pembinaan persepakbolaan usia dini senilai U$D 250 juta/tahun yang pasti dihentikan oleh FIFA akibat intervensi berlebihan yang dilakukan oleh Pemerintah, dalam hal ini Menpora.
Selain itu FIFA juga dapat memberikan instruksi kepada seluruh federasi negara lain yang berada di bawah naungan FIFA dengan pelarangan bertanding dengan tim nasional sepakbola Indonesia dalam kejuaraan yang juga bukan merupakan kejuaraan dibawah FIFA seperti Olimpiade, Asean Games, dan SEA Games. Akan tetapi tindakan PSSI tetap mengikutsertakan Persebaya Surabaya dan Arema Cronus Malang sebagai peserta kompetisi LSI QNB 2015 dianggap sebagai bentuk pembangkangan dan tindakan perlawanan yang dilakukan oleh PSSI kepada pemerintah, sehingga pada akhirnya pemerintah pun "membekukan" seluruh kegiatan PSSI sejak tanggal 19/04/2015 yang lalu.
Nah selain itu Menpora Bapak Imam Nahrawi juga memberikan instruksi kepada Mabes Polri(Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia) untuk melakukan pencekalan dan pelarangan seluruh kegiatan kompetisi sepakbola LSI QNB 2015 di berbagai kota. Serta Kementrian Pemuda dan Olahraga juga berencana mengambil alih pengelolaan kompetisi beserta tim nasional dari tangan PSSI dengan meminta bantuan kepada KONI(Komite Olahraga Nasional Indonesia) juga KOI(Komite Olimpiade Indonesia) sebagai supervisi pengelola kompetisi LSI QNB 2015. Walaupun pada akhirnya pada pertemuan yang dilakukan hari Senin, tanggal 27/04/2015 Menpora Bapak Imam Nahrawi memastikan kompetisi LSI QNB 2015 tetap diselenggarakan dengan jumlah peserta 18 klub termasuk Persebaya Surabaya dan Arema Cronus Malang yang pada akhirnya diizinkan mengikuti kompetisi LSI QNB 2015 , begitupun dengan PT. Liga Indonesia yang diminta tetap menjadi operator pelaksanaan kompetisi LSI QNB 2015, meskipun dalam pertemuan tadi Menpora hanya mengundang PT. Liga Indonesia dan ke-16 klub kontestan LSI, namun klub-klub tetap kompak mengajak perwakilan Persebaya Surabaya dan Arema Cronus Malang dalam pertemuan yang diselenggarakan di kantor Kemenpora tadi siang yang dimulai pukul 13.00 w.i.b. Sekalipun pertemuan yang berakhir pada pukul 18.30 w.i.b tadi masih berakhir "deadlock" atau menemui jalan buntu, dikarenakan Menpora Bapak Imam Nahrawi tetap tidak mengakui PSSI dibawah kepemimpinan ketua umum PSSI yang baru Bapak La Nyalla Matalitti, kita tetap berharap bahwa pelaksanaan kompetisi LSI QNB 2015 segera berputar kembali, begitupun dengan konflik PSSI dengan Menpora yang dapat segera menemui titik terang seiring dengan pelaksanaan rapat Komite Eksekutif PSSI tanggal 2/05/2015 nanti.
Selain itu Menpora Bapak Imam Nahrawi juga membalas "Surat Cinta" yang berupa teguran yang diberikan oleh FIFA tertanggal 20/04/2015 , yang menegaskan bahwa FIFA meminta kepada pemerintah untuk tidak melakukan intervensi berlebihan kepada PSSI, berikut kutipan isi surat yang ditulis oleh Mr. Jerome Valcke selaku sekretaris FIFA kepada Menpora Bapak Imam Nahrawi dan BOPI sehubungan dengan larangan kepada Persebaya Surabaya dan Arema Cronus Malang untuk mengikuti kompetisi LSI 2015 karena dinilai tidak memenuhi syarat administrasi;
"Oleh sebab itu, kami minta dengan hormat supaya instansi Anda, dan/atau BOPI untuk tidak mengintervensi urusan PSSI serta membiarkan PSSI untuk memenuhi kewajiban kewajibannya sebagai anggota FIFA, demikianlah isi surat yang ditulis oleh Mr. Jerome Valcke sebagai sekretaris FIFA kepada Menpora. Di bagian akhir surat, Mr. Valcke dengan eksplisit menyebutkan bahwa jika permintaan mereka tidak dipenuhi, FIFA kemungkinan besar akan memberi sanksi kepada PSSI."
Dalam surat balasan yang dikirimkan oleh Menpora kepada FIFA tertanggal 21/04/2015 , Menpora menyatakan bahwa pemerintah tidak melakukan intervensi kepada PSSI, melainkan pemerintah berniat untuk membenahi kompetisi LSI 2015 menjadi kompetisi yang lebih baik sejalan dengan definisi klub profesional yang ditetapkan oleh AFC. Pemerintah dalam hal ini Kemenpora juga berniat menjadikan PSSI organisasi yang sehat, demikianlah penjelasan surat balasan dari Menpora yang dikirimkan kepada FIFA. Akan tetapi hingga kini FIFA masih belum membahas surat balasan yang dikirimkan oleh Menpora kepada FIFA, namun mereka masih akan merapatkan terlebih dahulu konflik antara PSSI dengan Menpora dalam Kongres tahunan FIFA yang akan berlangsung bulan Mei atau Juni 2015 ini, walaupun besar kemungkinan dalam rapat ini nanti FIFA akan menjatuhkan sanksi berupa "banned" atau dengan kata lain PSSI dikeluarkan dari keanggotaan FIFA dikarenakan sikap keras kepala Menpora yang menolak dikatakan melakukan intervensi padahal sudah jelas Menpora memang melakukan intervensi atau campur tangan yang berlebihan kepada PSSI dalam menjalankan kewenangan organisasinya dalam mengelola sepakbola Indonesia sebagai kepanjangan tangan dari FIFA.
Apakah PSSI akan diam saja terkait dengan "pembekuan" PSSI oleh Menpora? Tidak, PSSI telah melakukan tindakan hukum dengan melayangkan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Tinggi Negeri(PTUN) Jakarta Timur hari Rabu 22/04/2015 dengan nomor 91/6/2015 /PTUN/JKT berdasarkan saran dari Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan(PMK) Ibu Puan Maharani terkait Surat Keputusan(SK) Menpora soal pembekuan PSSI, Jum'at, 17/04/2015 yang mana terdapat 2 poin penting isi gugatan yang dilakukan oleh PSSI antara lain:
a.) Pertama, pembatalan Surat Keputusan Menpora Bapak Imam Nahrawi yang tak mengakui aktifitas PSSI atau yang akrab disebut pembekuan.
b.) Meminta penundaan pemberlakuan SK tersebut selama persidangan sampai diperoleh keputusan akhir atau keputusan sela.
PSSI juga membentuk tim kuasa hukum yang disebut dengan "tim pembela" PSSI yang diketuai oleh Togar Manahan Nero yang beranggotakan 20 orang.
Sementara itu di Jawa Timur tepatnya di kota Surabaya, dan Malang sejak hari Kamis tanggal 23/04/2015 hingga hari Minggu tanggal 26/04/2015 dilakukan demonstrasi besar-besaran oleh ribuan suporter Bonekmania beserta beberapa pemain Persebaya Surabaya terkait dengan "pembekuan" PSSI oleh Menpora juga pelarangan tim Persebaya Surabaya tampil di ajang LSI 2015 dikarenakan alasan dualisme yang dikemukakan Menpora sehingga mengakibatkan lalu lintas di beberapa ruas jalan raya di Surabaya pun macet total bahkan sebagian besar terputus sebagai akibat dari demonstrasi besar-besaran di jalan-jalan yang dilakukan oleh suporter juga pemain. Sedangkan di Malang pada hari yang sama di seluruh Malang Raya termasuk kota Batu demonstrasi yang melibatkan puluhan ribu suporter Aremania beserta para pemain Arema kompak melakukan aksi turun ke jalan raya pada pukul 13.00 w.i.b-18.00 w.i.b dengan membentangkan spanduk-spanduk yang bertuliskan kecaman, dan hujatan terhadap Menpora terkait keputusan Menpora melakukan "pembekuan" segala aktifitas PSSI dan pelarangan tim Arema Cronus berkompetisi di LSI 2015 karena masalah dualisme yang dialami oleh tim Arema dengan tim yang berlaga di LPI. Demonstrasi yang digelar di Malang Raya ini bukan hanya memacetkan jalan raya saja tetapi juga melumpuhkan aktifitas sebagian warga Malang Raya yang pada akhirnya lebih memilih tinggal di rumah sebagai dampak dari konvoi suporter Aremania yang membawa spanduk yang dibentangkan di setiap ruas jalan protokol yang mereka lalui, yang mana kegiatan ini berpusat di depan Stasiun Malang Kota Baru. Pada aksi demonstrasi yang dilakukan di depan Stasiun Malang Kota Baru hari Kamis tanggal 23/04/2015 pukul 13.00 w.i.b tampak tim pelatih Arema Cronus Malang; Suharno, Joko Susilo, dan Kuncoro turut berpartisipasi dalam aksi demonstrasi dengan bermain bola di jalan raya bersama beberapa suporter, begitupun dengan yang dilakukan oleh beberapa pemain Arema Cronus seperti Cristian Gonzales, dan Kurnia Meiga yang bermain sepakbola di jalan dengan mengajak keluarganya.
Aksi yang dilakukan oleh tim pelatih Arema Cronus Malang, dan para pemain bersama beberapa suporter Aremania ini sebagai bentuk protes terhadap pernyataan ketua BOPI Bapak Noor Aman agar Arema bermain di jalanan.
Sebenarnya terkait masalah dualisme Persebaya Surabaya, dan Arema Cronus Malang sejak awal memang tak ada masalah, bahkan FIFA, dan AFC pun mengakui keberadaan kedua tim ini sebagai anggota FIFA dan AFC yang sah. Sementara terkait keberadaan tim Persebaya 1927, dan Arema LPI, FIFA tidak mengakui keabsahan kedua tim ini, bahkan menghukum tim Persebaya 1927 beserta Persema Malang dengan mengeluarkan kedua tim ini dari keanggotaan FIFA per Desember 2011 sebagai akibat dari keikutsertaan Persebaya 1927 dan Persema Malang pada kompetisi LPI yang dianggap kompetisi ilegal oleh FIFA yang diperkuat dengan keputusan C.A.S(Court Arbitration of Sport) pada April 2014 atas gugatan yang dilayangkan oleh pihak LPI, Persebaya 1927 , dan Persema Malang atas keputusan FIFA yang mengeluarkan tim Persebaya 1927, dan Persema Malang sebagai anggota FIFA, dan C.A.S malah memperkuat putusan FIFA dengan mengeluarkan putusan sela juga putusan akhir yang menyatakan Persebaya 1927 dan Persema Malang bersalah dengan mengikuti kompetisi LPI serta berhak mendapatkan hukuman dari FIFA dengan pencoretan dan juga pencabutan ke-2 tim sebagai anggota FIFA, selain itu C.A.S juga menyatakan kompetisi LPI sebagai kompetisi ilegal termasuk dengan tim-tim sepakbola yang berkiprah di LPI ditetapkan sebagai tim-tim yang ilegal.
Sehingga sudah jelas mengenai masalah dualisme ini sebenarnya dari awal tak ada masalah, sebab memang tim Persebaya Surabaya dan Arema Cronus Malang yang tampil di kompetisi LSI 2015 adalah tim yang sah serta diakui oleh FIFA dan AFC. Walaupun tim Arema Cronus Malang tetap bertemu dengan beberapa pengurus yayasan Arema pada tanggal 7/04/2015 di Rumah Makan(R.M.) Inggil untuk melakukan "islah" dan disepakati pula bahwa pihak Arema Cronus melimpahkan pengelolaan tim Arema kepada pihak yayasan Arema dengan susunan kepengurusan seperti pada awal pendirian PT. Arema Indonesia dengan ketua Bapak Muhammad Nur, sekretaris Bapak Mujiono Moedjito, dan Bendahara Bapak Rendra Kresna juga penasihat Bapak Darjoto Setiawan, dan pembina Bapak Andi Darussalam Tabussala seusai pengambilalihan(take-over) yang dilakukan oleh PT. Arema Indonesia dari sebelumnya kepemilikan tim Arema dibawah PT. Bentoel Prima Tbk, selain itu disepakati pula bahwa pihak PT. Arema Indonesia menyetujui tim Arema Cronus Malang tetap berkompetisi di LSI 2015 dan membentuk tim untuk menemui Ibu Novi Zaenal, istri putra mantan pendiri Arema (almarhum) Lucky Acub Zaenal untuk menyelesaikan masalah Arema LPI terkait 7% saham yang dimiliki oleh Ibu Novi Zaenal yang dijual kepada PT. Ancora yang kemudian membentuk tim Arema LPI. Sedangkan untuk tim Persebaya Surabaya yang dikelola oleh PT. Mitra Muda Inti Berlian(PT. MMIB) memang tidak perlu melakukan mediasi dengan pihak Persebaya 1927 yang disanksi dan dikeluarkan dari keanggotaan FIFA, sebab tim Persebaya Surabaya yang dikelola oleh PT. MMIB ini adalah tim yang sah dan diakui sebagai anggota FIFA, sekalipun pada awal pembentukan tim Persebaya Surabaya ini adalah dengan mengakuisisi tim Persikubar Kutai Barat yang berlaga di Divisi Utama 2012 yang dilakukan oleh Bapak Wisnu Wardhana sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh ketua umum PSSI kala itu Bapak Nurdin Halid kepada Bapak Wisnu Wardhana untuk menyelamatkan eksistensi Persebaya Surabaya di kancah persepakbolaan nasional sehubungan dengan sanksi yang diberikan oleh FIFA, berupa pencabutan keanggotaan FIFA terhadap tim Persebaya 1927 , yang mana dalam perjalanannya tim Persebaya Surabaya ini pada tahun 2013 diambil alih pengelolaannya oleh PT. Mitra Muda Inti Berlian(PT. MMIB) sebagai akibat dari kasus korupsi yang dilakukan oleh Bapak Wisnu Wardhana, dan kesulitan pendanaan, sehingga pada akhirnya tim pun dijual kepada PT. Mitra Muda Inti Berlian(PT. MMIB).
Gambar pertemuan "islah" tim Arema Cronus dengan pengurus yayasan Arema
Pertemuan Iwan Budianto-Andi Darussalam mengawali "islah" Arema
Gambar surat gugatan PSSI terhadap Menpora ke PTUN Jakarta Timur
Surat gugatan PSSI ke PTUN Jakarta Timur
Gambar tim pembela PSSI
Tim pembela PSSI, dibentuk untuk melawan tindakan destruktif yang ditujukan kepada kepengurusan PSSI yang baru
Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh Bonekmania beserta para pemain Persebaya Surabaya di jalan
Bonek Mania, menggelar aksi demo dan main sepakbola di jalan Raya Darmo, Surabaya
Aremania menggelar demonstrasi besar-besaran di jalan terkait "pembekuan" PSSI oleh Menpora, dan pelarangan tim Arema Cronus berkompetisi di LSI 2015 oleh BOPI-Kemenpora
Aremania tidak akan berhenti menggelar aksi hingga Menpora-BOPI mengubah keputusannya.
Aksi sepakbola jalanan yang dilakukan oleh tim pelatih Arema Cronus Malang
Tim pelatih Arema, ikut meramaikan aksi main sepakbola di jalanan yang dilakukan Aremania.
Keluarga Kurnia Meiga, dan Cristian Gonzales yang bermain sepakbola di jalan sebagai bentuk protes terhadap pernyataan ketua BOPI Noor Aman yang meminta Arema untuk bermain sepakbola di jalan
Kurnia Meiga, dan Cristian Gonzales meramaikan aksi sepakbola jalanan di Malang.
Pertemuan Kemenpora-Klub LSI-PT Liga Indonesia hari Senin, tanggal 27/04/2015 kemarin di kantor Kemenpora
Pertemuan antara Kemenpora, 18 klub, dan PT. Liga Indonesia berakhir buntu terkait pengelolaan kompetisi.
Nah semoga konflik yang terjadi di persepakbolaan nasional yang terjadi belakangan ini dengan puncaknya konflik antara PSSI dengan Menpora yang berujung dengan "pembekuan" PSSI oleh Menpora segera menemui titik terang. Pada akhirnya apabila FIFA benar-benar menjatuhkan sanksi kepada PSSI berupa "banned" atau mengeluarkan PSSI dari keanggotaan FIFA kita semua hendaknya legawa, dan khusus kepada pihak PSSI dimohon untuk membenahi struktur kepengurusan organisasinya sehingga menjadi organisasi yang lebih bersih dan transparan serta bekerjasama dengan pemerintah dalam hal ini Menpora terkait pembinaan dan penataan kompetisi sepakbola yang bersih, transparan, sehingga kedepannya mengarah pada kompetisi yang profesional, dan bermuara pada pembentukan tim nasional yang tangguh pada ajang-ajang atau kancah internasional pasca sanksi FIFA berakhir nanti. Sekian.
Seperti yang sudah kita ketahui bersama para penggemar dan pecinta olahraga sepakbola di tanah air sekalian, sejak tanggal 18/04/2015 yang lalu Bapak Imam Nahrawi selaku Menteri Pemuda dan Olahraga(Menpora) resmi memberikan sanksi "administratif" kepada induk resmi organisasi sepakbola Indonesia PSSI(Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) terhitung sanksi ini berlaku sejak tanggal 19/04/2015. Sanksi "administratif" berupa "pembekuan" seluruh kegiatan yang dilakukan PSSI ini diberikan oleh Menpora dengan alasan bahwa PSSI tidak bersedia mengindahkan dan mematuhi rekomendasi BOPI(Badan Olahraga Profesional) Indonesia yang tidak meloloskan Persebaya Surabaya dan Arema Cronus Malang dalam verifikasi yang dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh BOPI, sebab kedua klub mendapatkan nilai C dari hasil verifikasi yang dilakukan oleh BOPI dikarenakan menurut tim penilai bentukan BOPI yang bertugas melakukan verifikasi serta melakukan penilaian kedua klub masih memiliki masalah dualisme, dan belum melunasi tunggakan gaji pemain, bahkan enggan membayar pajak kepada negara, sehingga kedua klub ini tak diperkenakan atau dengan kata lain dilarang mengikuti kompetisi LSI 2015.
Namun PSSI tetap bergeming dengan memulai pelaksanaan kompetisi Liga Super Indonesia(LSI) 2015 yang kini disponsori oleh Qatar National Bank(QNB) pada 4/04/2015 yang mana kompetisi pun kini bertajuk LSI QNB 2015 dengan mengikutsertakan Persebaya Surabaya dan Arema Cronus Malang sebagai peserta kompetisi LSI QNB 2015 sesuai dengan arahan dari FIFA(Federation International Football of Association) bahwa PSSI sebagai anggota FIFA diinstruksikan untuk menyelenggarakan LSI QNB 2015 dengan jumlah peserta 18 klub, tanpa boleh berkurang satu klub pun sebagai peserta kompetisi. FIFA juga dengan tegas menyatakan bahwa PSSI sebagai anggota FIFA adalah lembaga independen yang tak dapat diintervensi oleh siapapun termasuk pemerintah dalam segala urusan organisasi yang berkaitan dengan sepakbola beserta pembinaannya.
Apabila pemerintah terbukti turut melakukan intervensi atau "campur tangan" yang berlebihan kepada PSSI dalam urusan organisasi beserta pembinaan sepakbola, maka FIFA tidak segan-segan akan "membanned" atau mengeluarkan PSSI dari keanggotaan FIFA yang berarti tim nasional Indonesia termasuk juga klub Indonesia tidak dapat berpartisipasi dalam seluruh kejuaraan internasional yang diselenggarakan oleh FIFA yang antara lain adalah Kualifikasi Piala Dunia, Kualifikasi Piala Asia, Kompetisi AFC Cup, Piala Asia, dan Piala AFF. Begitupun dengan nasib para pemain Indonesia seperti Andik Vermansyah, Irfan Bachdim, dan Sergio Van Dijk yang kini masing-masing merumput di kompetisi Malaysia, Jepang, dan Thailand maka karier bermain sepakbola mereka dipastikan "tamat" sebab FIFA melarang seluruh anggota federasi yang bernaung dalam FIFA untuk tidak memakai dan menggunakan para pemain dari negara yang terkena sanksi oleh FIFA. Belum lagi keberadaan bantuan FIFA goal project dalam membangun lapangan di segenap pelosok tanah air untuk meningkatkan misi pembinaan persepakbolaan usia dini senilai U$D 250 juta/tahun yang pasti dihentikan oleh FIFA akibat intervensi berlebihan yang dilakukan oleh Pemerintah, dalam hal ini Menpora.
Selain itu FIFA juga dapat memberikan instruksi kepada seluruh federasi negara lain yang berada di bawah naungan FIFA dengan pelarangan bertanding dengan tim nasional sepakbola Indonesia dalam kejuaraan yang juga bukan merupakan kejuaraan dibawah FIFA seperti Olimpiade, Asean Games, dan SEA Games. Akan tetapi tindakan PSSI tetap mengikutsertakan Persebaya Surabaya dan Arema Cronus Malang sebagai peserta kompetisi LSI QNB 2015 dianggap sebagai bentuk pembangkangan dan tindakan perlawanan yang dilakukan oleh PSSI kepada pemerintah, sehingga pada akhirnya pemerintah pun "membekukan" seluruh kegiatan PSSI sejak tanggal 19/04/2015 yang lalu.
Nah selain itu Menpora Bapak Imam Nahrawi juga memberikan instruksi kepada Mabes Polri(Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia) untuk melakukan pencekalan dan pelarangan seluruh kegiatan kompetisi sepakbola LSI QNB 2015 di berbagai kota. Serta Kementrian Pemuda dan Olahraga juga berencana mengambil alih pengelolaan kompetisi beserta tim nasional dari tangan PSSI dengan meminta bantuan kepada KONI(Komite Olahraga Nasional Indonesia) juga KOI(Komite Olimpiade Indonesia) sebagai supervisi pengelola kompetisi LSI QNB 2015. Walaupun pada akhirnya pada pertemuan yang dilakukan hari Senin, tanggal 27/04/2015 Menpora Bapak Imam Nahrawi memastikan kompetisi LSI QNB 2015 tetap diselenggarakan dengan jumlah peserta 18 klub termasuk Persebaya Surabaya dan Arema Cronus Malang yang pada akhirnya diizinkan mengikuti kompetisi LSI QNB 2015 , begitupun dengan PT. Liga Indonesia yang diminta tetap menjadi operator pelaksanaan kompetisi LSI QNB 2015, meskipun dalam pertemuan tadi Menpora hanya mengundang PT. Liga Indonesia dan ke-16 klub kontestan LSI, namun klub-klub tetap kompak mengajak perwakilan Persebaya Surabaya dan Arema Cronus Malang dalam pertemuan yang diselenggarakan di kantor Kemenpora tadi siang yang dimulai pukul 13.00 w.i.b. Sekalipun pertemuan yang berakhir pada pukul 18.30 w.i.b tadi masih berakhir "deadlock" atau menemui jalan buntu, dikarenakan Menpora Bapak Imam Nahrawi tetap tidak mengakui PSSI dibawah kepemimpinan ketua umum PSSI yang baru Bapak La Nyalla Matalitti, kita tetap berharap bahwa pelaksanaan kompetisi LSI QNB 2015 segera berputar kembali, begitupun dengan konflik PSSI dengan Menpora yang dapat segera menemui titik terang seiring dengan pelaksanaan rapat Komite Eksekutif PSSI tanggal 2/05/2015 nanti.
Selain itu Menpora Bapak Imam Nahrawi juga membalas "Surat Cinta" yang berupa teguran yang diberikan oleh FIFA tertanggal 20/04/2015 , yang menegaskan bahwa FIFA meminta kepada pemerintah untuk tidak melakukan intervensi berlebihan kepada PSSI, berikut kutipan isi surat yang ditulis oleh Mr. Jerome Valcke selaku sekretaris FIFA kepada Menpora Bapak Imam Nahrawi dan BOPI sehubungan dengan larangan kepada Persebaya Surabaya dan Arema Cronus Malang untuk mengikuti kompetisi LSI 2015 karena dinilai tidak memenuhi syarat administrasi;
"Oleh sebab itu, kami minta dengan hormat supaya instansi Anda, dan/atau BOPI untuk tidak mengintervensi urusan PSSI serta membiarkan PSSI untuk memenuhi kewajiban kewajibannya sebagai anggota FIFA, demikianlah isi surat yang ditulis oleh Mr. Jerome Valcke sebagai sekretaris FIFA kepada Menpora. Di bagian akhir surat, Mr. Valcke dengan eksplisit menyebutkan bahwa jika permintaan mereka tidak dipenuhi, FIFA kemungkinan besar akan memberi sanksi kepada PSSI."
Dalam surat balasan yang dikirimkan oleh Menpora kepada FIFA tertanggal 21/04/2015 , Menpora menyatakan bahwa pemerintah tidak melakukan intervensi kepada PSSI, melainkan pemerintah berniat untuk membenahi kompetisi LSI 2015 menjadi kompetisi yang lebih baik sejalan dengan definisi klub profesional yang ditetapkan oleh AFC. Pemerintah dalam hal ini Kemenpora juga berniat menjadikan PSSI organisasi yang sehat, demikianlah penjelasan surat balasan dari Menpora yang dikirimkan kepada FIFA. Akan tetapi hingga kini FIFA masih belum membahas surat balasan yang dikirimkan oleh Menpora kepada FIFA, namun mereka masih akan merapatkan terlebih dahulu konflik antara PSSI dengan Menpora dalam Kongres tahunan FIFA yang akan berlangsung bulan Mei atau Juni 2015 ini, walaupun besar kemungkinan dalam rapat ini nanti FIFA akan menjatuhkan sanksi berupa "banned" atau dengan kata lain PSSI dikeluarkan dari keanggotaan FIFA dikarenakan sikap keras kepala Menpora yang menolak dikatakan melakukan intervensi padahal sudah jelas Menpora memang melakukan intervensi atau campur tangan yang berlebihan kepada PSSI dalam menjalankan kewenangan organisasinya dalam mengelola sepakbola Indonesia sebagai kepanjangan tangan dari FIFA.
Apakah PSSI akan diam saja terkait dengan "pembekuan" PSSI oleh Menpora? Tidak, PSSI telah melakukan tindakan hukum dengan melayangkan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Tinggi Negeri(PTUN) Jakarta Timur hari Rabu 22/04/2015 dengan nomor 91/6/2015 /PTUN/JKT berdasarkan saran dari Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan(PMK) Ibu Puan Maharani terkait Surat Keputusan(SK) Menpora soal pembekuan PSSI, Jum'at, 17/04/2015 yang mana terdapat 2 poin penting isi gugatan yang dilakukan oleh PSSI antara lain:
a.) Pertama, pembatalan Surat Keputusan Menpora Bapak Imam Nahrawi yang tak mengakui aktifitas PSSI atau yang akrab disebut pembekuan.
b.) Meminta penundaan pemberlakuan SK tersebut selama persidangan sampai diperoleh keputusan akhir atau keputusan sela.
PSSI juga membentuk tim kuasa hukum yang disebut dengan "tim pembela" PSSI yang diketuai oleh Togar Manahan Nero yang beranggotakan 20 orang.
Sementara itu di Jawa Timur tepatnya di kota Surabaya, dan Malang sejak hari Kamis tanggal 23/04/2015 hingga hari Minggu tanggal 26/04/2015 dilakukan demonstrasi besar-besaran oleh ribuan suporter Bonekmania beserta beberapa pemain Persebaya Surabaya terkait dengan "pembekuan" PSSI oleh Menpora juga pelarangan tim Persebaya Surabaya tampil di ajang LSI 2015 dikarenakan alasan dualisme yang dikemukakan Menpora sehingga mengakibatkan lalu lintas di beberapa ruas jalan raya di Surabaya pun macet total bahkan sebagian besar terputus sebagai akibat dari demonstrasi besar-besaran di jalan-jalan yang dilakukan oleh suporter juga pemain. Sedangkan di Malang pada hari yang sama di seluruh Malang Raya termasuk kota Batu demonstrasi yang melibatkan puluhan ribu suporter Aremania beserta para pemain Arema kompak melakukan aksi turun ke jalan raya pada pukul 13.00 w.i.b-18.00 w.i.b dengan membentangkan spanduk-spanduk yang bertuliskan kecaman, dan hujatan terhadap Menpora terkait keputusan Menpora melakukan "pembekuan" segala aktifitas PSSI dan pelarangan tim Arema Cronus berkompetisi di LSI 2015 karena masalah dualisme yang dialami oleh tim Arema dengan tim yang berlaga di LPI. Demonstrasi yang digelar di Malang Raya ini bukan hanya memacetkan jalan raya saja tetapi juga melumpuhkan aktifitas sebagian warga Malang Raya yang pada akhirnya lebih memilih tinggal di rumah sebagai dampak dari konvoi suporter Aremania yang membawa spanduk yang dibentangkan di setiap ruas jalan protokol yang mereka lalui, yang mana kegiatan ini berpusat di depan Stasiun Malang Kota Baru. Pada aksi demonstrasi yang dilakukan di depan Stasiun Malang Kota Baru hari Kamis tanggal 23/04/2015 pukul 13.00 w.i.b tampak tim pelatih Arema Cronus Malang; Suharno, Joko Susilo, dan Kuncoro turut berpartisipasi dalam aksi demonstrasi dengan bermain bola di jalan raya bersama beberapa suporter, begitupun dengan yang dilakukan oleh beberapa pemain Arema Cronus seperti Cristian Gonzales, dan Kurnia Meiga yang bermain sepakbola di jalan dengan mengajak keluarganya.
Aksi yang dilakukan oleh tim pelatih Arema Cronus Malang, dan para pemain bersama beberapa suporter Aremania ini sebagai bentuk protes terhadap pernyataan ketua BOPI Bapak Noor Aman agar Arema bermain di jalanan.
Sebenarnya terkait masalah dualisme Persebaya Surabaya, dan Arema Cronus Malang sejak awal memang tak ada masalah, bahkan FIFA, dan AFC pun mengakui keberadaan kedua tim ini sebagai anggota FIFA dan AFC yang sah. Sementara terkait keberadaan tim Persebaya 1927, dan Arema LPI, FIFA tidak mengakui keabsahan kedua tim ini, bahkan menghukum tim Persebaya 1927 beserta Persema Malang dengan mengeluarkan kedua tim ini dari keanggotaan FIFA per Desember 2011 sebagai akibat dari keikutsertaan Persebaya 1927 dan Persema Malang pada kompetisi LPI yang dianggap kompetisi ilegal oleh FIFA yang diperkuat dengan keputusan C.A.S(Court Arbitration of Sport) pada April 2014 atas gugatan yang dilayangkan oleh pihak LPI, Persebaya 1927 , dan Persema Malang atas keputusan FIFA yang mengeluarkan tim Persebaya 1927, dan Persema Malang sebagai anggota FIFA, dan C.A.S malah memperkuat putusan FIFA dengan mengeluarkan putusan sela juga putusan akhir yang menyatakan Persebaya 1927 dan Persema Malang bersalah dengan mengikuti kompetisi LPI serta berhak mendapatkan hukuman dari FIFA dengan pencoretan dan juga pencabutan ke-2 tim sebagai anggota FIFA, selain itu C.A.S juga menyatakan kompetisi LPI sebagai kompetisi ilegal termasuk dengan tim-tim sepakbola yang berkiprah di LPI ditetapkan sebagai tim-tim yang ilegal.
Sehingga sudah jelas mengenai masalah dualisme ini sebenarnya dari awal tak ada masalah, sebab memang tim Persebaya Surabaya dan Arema Cronus Malang yang tampil di kompetisi LSI 2015 adalah tim yang sah serta diakui oleh FIFA dan AFC. Walaupun tim Arema Cronus Malang tetap bertemu dengan beberapa pengurus yayasan Arema pada tanggal 7/04/2015 di Rumah Makan(R.M.) Inggil untuk melakukan "islah" dan disepakati pula bahwa pihak Arema Cronus melimpahkan pengelolaan tim Arema kepada pihak yayasan Arema dengan susunan kepengurusan seperti pada awal pendirian PT. Arema Indonesia dengan ketua Bapak Muhammad Nur, sekretaris Bapak Mujiono Moedjito, dan Bendahara Bapak Rendra Kresna juga penasihat Bapak Darjoto Setiawan, dan pembina Bapak Andi Darussalam Tabussala seusai pengambilalihan(take-over) yang dilakukan oleh PT. Arema Indonesia dari sebelumnya kepemilikan tim Arema dibawah PT. Bentoel Prima Tbk, selain itu disepakati pula bahwa pihak PT. Arema Indonesia menyetujui tim Arema Cronus Malang tetap berkompetisi di LSI 2015 dan membentuk tim untuk menemui Ibu Novi Zaenal, istri putra mantan pendiri Arema (almarhum) Lucky Acub Zaenal untuk menyelesaikan masalah Arema LPI terkait 7% saham yang dimiliki oleh Ibu Novi Zaenal yang dijual kepada PT. Ancora yang kemudian membentuk tim Arema LPI. Sedangkan untuk tim Persebaya Surabaya yang dikelola oleh PT. Mitra Muda Inti Berlian(PT. MMIB) memang tidak perlu melakukan mediasi dengan pihak Persebaya 1927 yang disanksi dan dikeluarkan dari keanggotaan FIFA, sebab tim Persebaya Surabaya yang dikelola oleh PT. MMIB ini adalah tim yang sah dan diakui sebagai anggota FIFA, sekalipun pada awal pembentukan tim Persebaya Surabaya ini adalah dengan mengakuisisi tim Persikubar Kutai Barat yang berlaga di Divisi Utama 2012 yang dilakukan oleh Bapak Wisnu Wardhana sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh ketua umum PSSI kala itu Bapak Nurdin Halid kepada Bapak Wisnu Wardhana untuk menyelamatkan eksistensi Persebaya Surabaya di kancah persepakbolaan nasional sehubungan dengan sanksi yang diberikan oleh FIFA, berupa pencabutan keanggotaan FIFA terhadap tim Persebaya 1927 , yang mana dalam perjalanannya tim Persebaya Surabaya ini pada tahun 2013 diambil alih pengelolaannya oleh PT. Mitra Muda Inti Berlian(PT. MMIB) sebagai akibat dari kasus korupsi yang dilakukan oleh Bapak Wisnu Wardhana, dan kesulitan pendanaan, sehingga pada akhirnya tim pun dijual kepada PT. Mitra Muda Inti Berlian(PT. MMIB).
Gambar pertemuan "islah" tim Arema Cronus dengan pengurus yayasan Arema
Pertemuan Iwan Budianto-Andi Darussalam mengawali "islah" Arema
Gambar surat gugatan PSSI terhadap Menpora ke PTUN Jakarta Timur
Surat gugatan PSSI ke PTUN Jakarta Timur
Gambar tim pembela PSSI
Tim pembela PSSI, dibentuk untuk melawan tindakan destruktif yang ditujukan kepada kepengurusan PSSI yang baru
Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh Bonekmania beserta para pemain Persebaya Surabaya di jalan
Bonek Mania, menggelar aksi demo dan main sepakbola di jalan Raya Darmo, Surabaya
Aremania menggelar demonstrasi besar-besaran di jalan terkait "pembekuan" PSSI oleh Menpora, dan pelarangan tim Arema Cronus berkompetisi di LSI 2015 oleh BOPI-Kemenpora
Aremania tidak akan berhenti menggelar aksi hingga Menpora-BOPI mengubah keputusannya.
Aksi sepakbola jalanan yang dilakukan oleh tim pelatih Arema Cronus Malang
Tim pelatih Arema, ikut meramaikan aksi main sepakbola di jalanan yang dilakukan Aremania.
Keluarga Kurnia Meiga, dan Cristian Gonzales yang bermain sepakbola di jalan sebagai bentuk protes terhadap pernyataan ketua BOPI Noor Aman yang meminta Arema untuk bermain sepakbola di jalan
Kurnia Meiga, dan Cristian Gonzales meramaikan aksi sepakbola jalanan di Malang.
Pertemuan Kemenpora-Klub LSI-PT Liga Indonesia hari Senin, tanggal 27/04/2015 kemarin di kantor Kemenpora
Pertemuan antara Kemenpora, 18 klub, dan PT. Liga Indonesia berakhir buntu terkait pengelolaan kompetisi.
Nah semoga konflik yang terjadi di persepakbolaan nasional yang terjadi belakangan ini dengan puncaknya konflik antara PSSI dengan Menpora yang berujung dengan "pembekuan" PSSI oleh Menpora segera menemui titik terang. Pada akhirnya apabila FIFA benar-benar menjatuhkan sanksi kepada PSSI berupa "banned" atau mengeluarkan PSSI dari keanggotaan FIFA kita semua hendaknya legawa, dan khusus kepada pihak PSSI dimohon untuk membenahi struktur kepengurusan organisasinya sehingga menjadi organisasi yang lebih bersih dan transparan serta bekerjasama dengan pemerintah dalam hal ini Menpora terkait pembinaan dan penataan kompetisi sepakbola yang bersih, transparan, sehingga kedepannya mengarah pada kompetisi yang profesional, dan bermuara pada pembentukan tim nasional yang tangguh pada ajang-ajang atau kancah internasional pasca sanksi FIFA berakhir nanti. Sekian.
Terakhir diubah: