thombol
Calon Suhu Semprot
Permisi nubie kembali ber cerita.....
Sebenarnya ini kisah lama namun aromanya masih membekas. Apalagi jika saya hendak naik lift di gedung mana saja. Ada semacam ketakutan. Benar-benar sangat menyeramkan dan mengerikan.
Ini kisah nyata! Bukan saya yang alami tetapi orang lain. Meski demikian saya menyaksikan sendiri bagaimana wanita tersebut shock, pucat ketika melihat penampakan setan di Untar II. Bagaimana kisahnya? Berikut penuturannya.
Hari itu hari Kamis - saya sudah kurang ingat lagi -. Matahari bersinar cukup cerah, udara pagi kota Jakarta yang sejuk membelai sekujur tubuh saya. Hari baru, semangat yang baru.
Seperti biasanya saya berangkat kerja. Tempat kerja saya ada di kampus Untar 2, Jakarta Barat. Saya bekerja sebagai kasir di Prima Foodcourt Lantai 7. Tidak ada firasat apa pun di hari naas itu. Tugas saya memang melayani pembeli yang ingin membayar di kasir. Saat itu Prima Foodcourt belum seperti sekarang di mana mahasiswa tinggal membayar kepada si penjual. Waktu dulu harus melewati kasir.
Dari pagi hingga siang saya bekerja seperti biasa, penuh canda dan tawa. Tidak ada keganjilan apalagi hal-hal aneh. Namun ketika jam menunjukkan pukul 2 siang, saya merasa badan saya kurang enak. Ada semacam perasaan kenapa gitu tetapi saya tidak tahu mengapa. Saya sempat berpikir mungkin kecapean atau gejala flu. Bukankah di mana-mana virus flu bisa dengan gampang menyebar? Waktu terus berjalan dan hari mulai sore. Langit mulai gelap. Matahari mulai menepi ke peraduannya.
Seperti biasanya menjelang maghrib sekitar jam 5, kami karyawan Prima Foodcourt sudah mesti beres-beres untuk tugas di hari itu. Mahasiswa-mahasiswi Untar juga sudah banyak pulang kuliah ke kost atau rumah masing-masing. Hanya tinggal beberapa saja yang masih asyik ngobrol, mengerjakan tugas, asyik pacaran atau bermain kartu. Saya bersama beberapa rekan kerja turun rehat sejenak ke lantai dasar menggunakan lift.
Tidak ada yang aneh atau ganjil kecuali perasaan kurang enak badan yang terus mengikuti saya. Aneh memang. Merinding pun tidak saya alami. Saya turun dengan selamat menggunakan lift ke lantai dasar dan mengurusi semua kegiatan dan keperluan saya. Celakanya adalah ketika saya harus balik kembali ke lantai 7. Hari sudah mulai gelap. Azan maghrib pun sebentar lagi akan dikumandangkan. Waktu naik ke atas itu kebetulan di dalam lift hanya saya sendirian. Ada perasaan was-was tetapi saya anggap biasa.
Kok tumben tidak ada orang lagi yang ke atas? Namun saya beranikan diri saja karena sudah terbiasa dan inilah satu-satunya sarana tercepat untuk mencapai lantai 7.
"Biasanya juga tidak kenapa-kenapa kok, masa takut?" begitu gumam saya dalam hati meski sejujurnya ada rasa takut juga. Dengan lembut papan tombol lift saya pencet dan pintu lift pun berbunyi....grug...grug.. sembari membukakan diri.
Saya masuk melangkah perlahan ke dalam dan menekan tombol lantai 7. Pintu lift pun menutup dengan sendirinya per lahan lahan. Namun...... jantung saya mulai berdetak dan pikiran saya mulai jelek. Inilah awal musibahnya..... Tahukah kamu bahwa lift itu tidak langsung naik tetapi turun ke basement. Basement? Ya basement. Siapa yang pencet dari basement? Bukannya basement tidak terpakai lagi? Gilaaaaa...... apa yang saya saksikan itu?
Begitu lift itu turun saya ingin menjerit tetapi tidak bisa. Tidak ada orang di samping saya dan saya tidak bisa berbuat apa-apa. Lift itu akhirnya menuju basement yang kalau siang hari pasti tidak bisa dibuka karena ada pintu harmonika dan banyak kursi-kursi berserakan di sana. Coba sekali-kali ke sana pasti akan percaya omongan saya. Dengan pintu harmonika tersebut sudah pasti kita tidak akan bisa keluar ke basement dan orang yang dari bawah basement juga tidak akan mungkin masuk ke dalam lift.
Di lantai basement itu kotornya minta ampun entah itu kotor karena lumpur banjir atau "kotor" dalam tanda kutip banyak makhluk halusnya. Apa yang saya saksikan? Anda berani mendengarnya?
Saya melihat: HANTU WANITA DENGAN RAMBUT PANJANG INGIN MASUK DALAM LIFT!!
Hantu wanita itu terus mendesak ingin masuk padahal tubuhnya seolah-olah tertahan oleh pintu harmonika yang ada. Tangannya melambai-lambai dan wajahnya pucat meski tidak terlihat mukanya. Rambutnya lurus acak-acakan. Saya terus memencet tombol lift untuk menutup pintu dan sorot hantu wanita tersebut seolah-olah ingin marah. Ampunnnnn Gusti Allah....Ya Tuhan... Toloonggggg.......!
Pintu lift menutup dan mengantar saya ke lantai 7. Wajah saya pucat bagaikan mayat. Semua panik dan langsung menolong saya. Ada yang memberikan air gula, dsb. Sungguh malam dan pengalaman yang mencekam. Sampai saat ini saya tidak pernah berani masuk ke lift Kampus Untar 2 sendirian. Siapa tahu lift tersebut turun sendiri lagi ke basement? Siapa tahu hantu wanita tersebut akan masuk kembali menampakkan dirinya? Benarkah hantu wanita itu yang menekan tombolnya? Kemana dia pergi dan menghuni jika berada di basement? Siapakah dia sebenarnya?
Sekian ceritanya....
Terima kasih bagi yang sudah kasih ijo2nya ditrs sebelumnya....
Sebenarnya ini kisah lama namun aromanya masih membekas. Apalagi jika saya hendak naik lift di gedung mana saja. Ada semacam ketakutan. Benar-benar sangat menyeramkan dan mengerikan.
Ini kisah nyata! Bukan saya yang alami tetapi orang lain. Meski demikian saya menyaksikan sendiri bagaimana wanita tersebut shock, pucat ketika melihat penampakan setan di Untar II. Bagaimana kisahnya? Berikut penuturannya.
Hari itu hari Kamis - saya sudah kurang ingat lagi -. Matahari bersinar cukup cerah, udara pagi kota Jakarta yang sejuk membelai sekujur tubuh saya. Hari baru, semangat yang baru.
Seperti biasanya saya berangkat kerja. Tempat kerja saya ada di kampus Untar 2, Jakarta Barat. Saya bekerja sebagai kasir di Prima Foodcourt Lantai 7. Tidak ada firasat apa pun di hari naas itu. Tugas saya memang melayani pembeli yang ingin membayar di kasir. Saat itu Prima Foodcourt belum seperti sekarang di mana mahasiswa tinggal membayar kepada si penjual. Waktu dulu harus melewati kasir.
Dari pagi hingga siang saya bekerja seperti biasa, penuh canda dan tawa. Tidak ada keganjilan apalagi hal-hal aneh. Namun ketika jam menunjukkan pukul 2 siang, saya merasa badan saya kurang enak. Ada semacam perasaan kenapa gitu tetapi saya tidak tahu mengapa. Saya sempat berpikir mungkin kecapean atau gejala flu. Bukankah di mana-mana virus flu bisa dengan gampang menyebar? Waktu terus berjalan dan hari mulai sore. Langit mulai gelap. Matahari mulai menepi ke peraduannya.
Seperti biasanya menjelang maghrib sekitar jam 5, kami karyawan Prima Foodcourt sudah mesti beres-beres untuk tugas di hari itu. Mahasiswa-mahasiswi Untar juga sudah banyak pulang kuliah ke kost atau rumah masing-masing. Hanya tinggal beberapa saja yang masih asyik ngobrol, mengerjakan tugas, asyik pacaran atau bermain kartu. Saya bersama beberapa rekan kerja turun rehat sejenak ke lantai dasar menggunakan lift.
Tidak ada yang aneh atau ganjil kecuali perasaan kurang enak badan yang terus mengikuti saya. Aneh memang. Merinding pun tidak saya alami. Saya turun dengan selamat menggunakan lift ke lantai dasar dan mengurusi semua kegiatan dan keperluan saya. Celakanya adalah ketika saya harus balik kembali ke lantai 7. Hari sudah mulai gelap. Azan maghrib pun sebentar lagi akan dikumandangkan. Waktu naik ke atas itu kebetulan di dalam lift hanya saya sendirian. Ada perasaan was-was tetapi saya anggap biasa.
Kok tumben tidak ada orang lagi yang ke atas? Namun saya beranikan diri saja karena sudah terbiasa dan inilah satu-satunya sarana tercepat untuk mencapai lantai 7.
"Biasanya juga tidak kenapa-kenapa kok, masa takut?" begitu gumam saya dalam hati meski sejujurnya ada rasa takut juga. Dengan lembut papan tombol lift saya pencet dan pintu lift pun berbunyi....grug...grug.. sembari membukakan diri.
Saya masuk melangkah perlahan ke dalam dan menekan tombol lantai 7. Pintu lift pun menutup dengan sendirinya per lahan lahan. Namun...... jantung saya mulai berdetak dan pikiran saya mulai jelek. Inilah awal musibahnya..... Tahukah kamu bahwa lift itu tidak langsung naik tetapi turun ke basement. Basement? Ya basement. Siapa yang pencet dari basement? Bukannya basement tidak terpakai lagi? Gilaaaaa...... apa yang saya saksikan itu?
Begitu lift itu turun saya ingin menjerit tetapi tidak bisa. Tidak ada orang di samping saya dan saya tidak bisa berbuat apa-apa. Lift itu akhirnya menuju basement yang kalau siang hari pasti tidak bisa dibuka karena ada pintu harmonika dan banyak kursi-kursi berserakan di sana. Coba sekali-kali ke sana pasti akan percaya omongan saya. Dengan pintu harmonika tersebut sudah pasti kita tidak akan bisa keluar ke basement dan orang yang dari bawah basement juga tidak akan mungkin masuk ke dalam lift.
Di lantai basement itu kotornya minta ampun entah itu kotor karena lumpur banjir atau "kotor" dalam tanda kutip banyak makhluk halusnya. Apa yang saya saksikan? Anda berani mendengarnya?
Saya melihat: HANTU WANITA DENGAN RAMBUT PANJANG INGIN MASUK DALAM LIFT!!
Hantu wanita itu terus mendesak ingin masuk padahal tubuhnya seolah-olah tertahan oleh pintu harmonika yang ada. Tangannya melambai-lambai dan wajahnya pucat meski tidak terlihat mukanya. Rambutnya lurus acak-acakan. Saya terus memencet tombol lift untuk menutup pintu dan sorot hantu wanita tersebut seolah-olah ingin marah. Ampunnnnn Gusti Allah....Ya Tuhan... Toloonggggg.......!
Pintu lift menutup dan mengantar saya ke lantai 7. Wajah saya pucat bagaikan mayat. Semua panik dan langsung menolong saya. Ada yang memberikan air gula, dsb. Sungguh malam dan pengalaman yang mencekam. Sampai saat ini saya tidak pernah berani masuk ke lift Kampus Untar 2 sendirian. Siapa tahu lift tersebut turun sendiri lagi ke basement? Siapa tahu hantu wanita tersebut akan masuk kembali menampakkan dirinya? Benarkah hantu wanita itu yang menekan tombolnya? Kemana dia pergi dan menghuni jika berada di basement? Siapakah dia sebenarnya?
Sekian ceritanya....
Terima kasih bagi yang sudah kasih ijo2nya ditrs sebelumnya....