Aku pernah jatuh cinta.
Namun ia mengirimku pada hati yang salah."
Diam.
Kecuali debur ombak pada laut yang pasang.
Dihantarnya buih ke tepian, di tubuh pasir yang kilau gradasi senja.
Matanya seperti pintu, di baliknya menyembunyikan sesuatu.
Mungkin rahasia. Iya, setiap hati memiliki rahasia.
Ada yang mereka bagi dengan orang terkasih, ada yang menyimpannya rapi hingga mati
Lihatlah, Num.
Ranting-ranting yang menggelepar di tubuhmu.
Ia mendambakan sesuatu, mungkin bening oase, seperti rindunya kaktus pada gurun.
Aku ingin ke sana, Num.
Menyapu kesedihanmu dengan semerbak lavender.
Merapikan musim kering di keningmu meski dengan jemari pucat.
Kutumbuhkan lagi matahari dari matamu yang sayu, kehidupan hangat pada pohon-pohon dengan ranting yang kuat.
Ialah kau, Num. Membiaslah cahayamu.
Namun ia mengirimku pada hati yang salah."
Diam.
Kecuali debur ombak pada laut yang pasang.
Dihantarnya buih ke tepian, di tubuh pasir yang kilau gradasi senja.
Matanya seperti pintu, di baliknya menyembunyikan sesuatu.
Mungkin rahasia. Iya, setiap hati memiliki rahasia.
Ada yang mereka bagi dengan orang terkasih, ada yang menyimpannya rapi hingga mati
Lihatlah, Num.
Ranting-ranting yang menggelepar di tubuhmu.
Ia mendambakan sesuatu, mungkin bening oase, seperti rindunya kaktus pada gurun.
Aku ingin ke sana, Num.
Menyapu kesedihanmu dengan semerbak lavender.
Merapikan musim kering di keningmu meski dengan jemari pucat.
Kutumbuhkan lagi matahari dari matamu yang sayu, kehidupan hangat pada pohon-pohon dengan ranting yang kuat.
Ialah kau, Num. Membiaslah cahayamu.