TEMPO.CO, Jakarta - Saat kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Jerman beberapa hari lalu, pemerintah Jerman mempertanyakan komitmen Indonesia dalam penerapan pembangunan perkebunan kelapa sawit. "Mereka tanyakan seberapa jauh komitmen Indonesia untuk bisnis kelapa sawit yang berkelanjutan (sustainable)," kata Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan, Ahad 10 Maret 2013.
Rusman melanjutkan, pemerintah Indonesia kemudian meyakinkan Jerman bahwa pembangunan kelapa sawit di Indonesia sudah menerapkan asas keberlanjutan. Hal ini dibuktikan dengan upaya pemerintah mewajibkan perusahaan kelapa sawit memiliki sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO).
Saat ini, sudah ada 10 perkebunan kelapa sawit milik enam perusahaan yang mendapatkan sertifikat ISPO. Keenam perusahaan tersebut terdiri dari PT Musim Mas terdiri dari 2 kebun di provinsi Riau, PT Astra Agro Lestari Tbk sebanyak
3 kebun (Jambi dan Kalimantan Tengah) dan PT Minamas Plantation sebanyak 2 kebun (Kalimantan Selatan). Selain itu masih ada PT Smart Tbk (Riau), PT Cargill Group (Sumatera Selatan) dan PT Perkebunan Nusantara V (Riau), masing-masing satu kebun.
Sedangkan perkebunan dan pabrik kelapa sawit yang sedang melaksanakan proses audit dan siap untuk dinilai ada 15 perusahaan. Tahun ini pemerintah menargetkan ada 200 kebun yang diberikan sertifikat ISPO. Mandatory pelaksanaan sertifikat ISPO akan diberikan hingga 2014 mendatang.
Menurut Rusman, Jerman merupakan negara yang belum banyak memanfaatkan minyak sawit mentah (CPO) untuk bahan-bahan konsumsi. Minyak makan yang dikonsumsi Jerman kebanyakan berasal dari produk non-CPO. Indonesia, kata dia, lebih banyak mengekspor CPO untuk negara-negara Cina, India, dan Pakistan yang diolah untuk minyak makan atau biodiesel.
Rusman menjelaskan, pembangunan dalam sektor pertanian keseluruhan harus mengacu pada tiga pilar. Tiga pilar itu yakni masyarakat, planet, dan profit.
Pengertian pilar masyarakat, lanjutnya, adalah pembangunan sektor pertanian harus bisa menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia. Lalu pilar planet berarti penerapan pembangunan sektor pertanian haruslah bisa berkelanjutan demi mengurangi dampak negatif bagi bumi. "Ketiga profit, ya memang sektor pertanian harus bisa menumbuhkan perekonomian di dalam negeri," ujarnya.
Kementerian Pertanian menargetkan produksi CPO tahun ini mencapai 28 juta ton atau naik dibanding realisasi tahun 2012 yang jumlahnya 26,5 juta ton.
ROSALINA
Rusman melanjutkan, pemerintah Indonesia kemudian meyakinkan Jerman bahwa pembangunan kelapa sawit di Indonesia sudah menerapkan asas keberlanjutan. Hal ini dibuktikan dengan upaya pemerintah mewajibkan perusahaan kelapa sawit memiliki sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO).
Saat ini, sudah ada 10 perkebunan kelapa sawit milik enam perusahaan yang mendapatkan sertifikat ISPO. Keenam perusahaan tersebut terdiri dari PT Musim Mas terdiri dari 2 kebun di provinsi Riau, PT Astra Agro Lestari Tbk sebanyak
3 kebun (Jambi dan Kalimantan Tengah) dan PT Minamas Plantation sebanyak 2 kebun (Kalimantan Selatan). Selain itu masih ada PT Smart Tbk (Riau), PT Cargill Group (Sumatera Selatan) dan PT Perkebunan Nusantara V (Riau), masing-masing satu kebun.
Sedangkan perkebunan dan pabrik kelapa sawit yang sedang melaksanakan proses audit dan siap untuk dinilai ada 15 perusahaan. Tahun ini pemerintah menargetkan ada 200 kebun yang diberikan sertifikat ISPO. Mandatory pelaksanaan sertifikat ISPO akan diberikan hingga 2014 mendatang.
Menurut Rusman, Jerman merupakan negara yang belum banyak memanfaatkan minyak sawit mentah (CPO) untuk bahan-bahan konsumsi. Minyak makan yang dikonsumsi Jerman kebanyakan berasal dari produk non-CPO. Indonesia, kata dia, lebih banyak mengekspor CPO untuk negara-negara Cina, India, dan Pakistan yang diolah untuk minyak makan atau biodiesel.
Rusman menjelaskan, pembangunan dalam sektor pertanian keseluruhan harus mengacu pada tiga pilar. Tiga pilar itu yakni masyarakat, planet, dan profit.
Pengertian pilar masyarakat, lanjutnya, adalah pembangunan sektor pertanian harus bisa menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia. Lalu pilar planet berarti penerapan pembangunan sektor pertanian haruslah bisa berkelanjutan demi mengurangi dampak negatif bagi bumi. "Ketiga profit, ya memang sektor pertanian harus bisa menumbuhkan perekonomian di dalam negeri," ujarnya.
Kementerian Pertanian menargetkan produksi CPO tahun ini mencapai 28 juta ton atau naik dibanding realisasi tahun 2012 yang jumlahnya 26,5 juta ton.
ROSALINA