KEPADA ALESER
Air mata itu melukai kita. Kau--aku, hari itu
desau angin yang berkelindan di dekatmu, apa kau mendengarnya?
aku mendengar letus senapan para serdadu, bising
seolah nestapa tumpah dari langit malam kotamu
siapa yang menangis hari itu, Aleser? Kau, kah? Atau orang-orang yang kau ceritakan kehilangan rumah?
dunia menerka hujan adalah kesedihan, kau tahu itu
yang basah selepas peperangan, hanyalah hati yang teramat pilu
Di tepi reruntuhan batu, kau menghibur diri dengan sahlab dan sepotong baklava
kematian telah datang padaku dengan begitu berani, katamu berguman di dekat tembok yang berlubang
Seseorang menutup pintu,
lalu bernyanyi di depan Tuhan
apa kau juga mendengar?
ruang ini, Aleser, tak menyimpan apa-apa, tak mengenang siapa-siapa
selain sejarah dari tahun yang disibukkan rasa takut
padahal, sepanjang tanah Yudea mengalirkan darah
mereka terus berteriak di dekat maut dengan peluru menembus dada
Kita semakin tua, katamu lagi. Sore itu
kau membaca buku yang dipenuhi tragedi
menemukan kepingan nama-nama yang telah tiada
tapi, apa kau melihat mata dan wajah mereka? Sebelum permisi kepada takdir terakhir
seperti daun kering yang gugur seringan kapas.
Air mata itu melukai kita. Kau--aku, hari itu.
(Perempuan Januari)
Air mata itu melukai kita. Kau--aku, hari itu
desau angin yang berkelindan di dekatmu, apa kau mendengarnya?
aku mendengar letus senapan para serdadu, bising
seolah nestapa tumpah dari langit malam kotamu
siapa yang menangis hari itu, Aleser? Kau, kah? Atau orang-orang yang kau ceritakan kehilangan rumah?
dunia menerka hujan adalah kesedihan, kau tahu itu
yang basah selepas peperangan, hanyalah hati yang teramat pilu
Di tepi reruntuhan batu, kau menghibur diri dengan sahlab dan sepotong baklava
kematian telah datang padaku dengan begitu berani, katamu berguman di dekat tembok yang berlubang
Seseorang menutup pintu,
lalu bernyanyi di depan Tuhan
apa kau juga mendengar?
ruang ini, Aleser, tak menyimpan apa-apa, tak mengenang siapa-siapa
selain sejarah dari tahun yang disibukkan rasa takut
padahal, sepanjang tanah Yudea mengalirkan darah
mereka terus berteriak di dekat maut dengan peluru menembus dada
Kita semakin tua, katamu lagi. Sore itu
kau membaca buku yang dipenuhi tragedi
menemukan kepingan nama-nama yang telah tiada
tapi, apa kau melihat mata dan wajah mereka? Sebelum permisi kepada takdir terakhir
seperti daun kering yang gugur seringan kapas.
Air mata itu melukai kita. Kau--aku, hari itu.
(Perempuan Januari)