TEMPO.CO, Jakarta - Salah seorang saksi kejadian kecelakaan pesawat Lion Air di Bandara Ngurah Rai, Bali, Supang, mengataklan bahwa dia melihat pesawat pesawat nahas itu gagal mencapai landasan pacu. "Hanya menyentuh ujung wilayah landasan saja," kata Supang Sabtu, 13 April 2013.
Supang menyatakan tidak terdengar suara ledakan saat pesawat itu mendarat di perairan Bali. "Hanya jatuh saja, tidak terdengar ada ledakan atau terlihat kebakaran. Tapi ekor pesawat memang patah," katanya.
Pesawat Lion Air dengan rute penerbangan Bandung-Denpasar mengalami kecelakaan di sisi landasan pacu (runway) Bandara Ngurah Rai, Bali. Pesawat jenis Boeing 737-800 itu dijadwalkan tiba di Ngurah Rai pukul 15.16 WITA. Namun pesawat mengalami kecelakaan pada 15.10 WITA. Saat ini, pesawat yang mengalami kecelakaan di ujung runway bandara itu masih menjalani proses evakuasi.
Pesawat dengan nomor registrasi PK-LKS membawa 101 penumpang, terdiri atas 95 penumpang dewasa, 5 anak, dan seorang bayi. Pesawat juga membawa tujuh awak pesawat. Saat ini semua penumpang dalam keadaan selamat. Pesawat Boeing 737-800 NG itu baru diterima maskapai pada Maret silam sebelum beroperasi
Bimo Wicaksono | Puspito Hargono
Supang menyatakan tidak terdengar suara ledakan saat pesawat itu mendarat di perairan Bali. "Hanya jatuh saja, tidak terdengar ada ledakan atau terlihat kebakaran. Tapi ekor pesawat memang patah," katanya.
Pesawat Lion Air dengan rute penerbangan Bandung-Denpasar mengalami kecelakaan di sisi landasan pacu (runway) Bandara Ngurah Rai, Bali. Pesawat jenis Boeing 737-800 itu dijadwalkan tiba di Ngurah Rai pukul 15.16 WITA. Namun pesawat mengalami kecelakaan pada 15.10 WITA. Saat ini, pesawat yang mengalami kecelakaan di ujung runway bandara itu masih menjalani proses evakuasi.
Pesawat dengan nomor registrasi PK-LKS membawa 101 penumpang, terdiri atas 95 penumpang dewasa, 5 anak, dan seorang bayi. Pesawat juga membawa tujuh awak pesawat. Saat ini semua penumpang dalam keadaan selamat. Pesawat Boeing 737-800 NG itu baru diterima maskapai pada Maret silam sebelum beroperasi
Bimo Wicaksono | Puspito Hargono