Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Lelaki Laut -- kau sirip yang kubawa berenang

mejan

Semprot Baru
Daftar
22 Feb 2019
Post
46
Like diterima
71
Lelaki Laut -- kau sirip yang kubawa berenang
-
Debur ombak. Sesekali gelombang pasang. Menghempas satu persatu ingatan yang repih di lumbung kenang. Membawa aromamu sedekat ini, aku selalu ingin pulang. Terbang pada kerinduan yang lebih getas dari musim yang paling kering ;tatapanmu.
--------------
"Jangan lupa Na, sesekali kunjungi aku. Kau tahu aku tak akan kemana-mana, selain kembali pada laut dan hatimu. Aku putuskan menunggu"

"Kita akan terjebak terlalu lama dalam buku-buku dengan halaman kerontang, Ang"

"Dadaku lebih batu dari kutub utara dan musim beku, Na. Kau jangan lupa itu"

Kau memberiku sebilah pedang dan segenggam bawang. Lalu mulai bercerita tentang sepasang ketam yang kerasan tinggal di lautan. Bersama pasir pantai dan ombak melandai.

Bawang dan pedang membelah diri, beberapa bagian dalam tubuhku terasa perih. Kau sibuk merapikan jantung yang detaknya sepenggal tanggal.

"Kenakan baju terbaik, gaun putih dengan renda bunga. Kau akan terlihat cantik"
Senyum itu membumbung, masam. Naik dari laut kearah kalut. Hendak kembali pada pelukan di mana sebuah harapan pernah pecah, pernah saling rangkul sebelum memilih tumbang bersama pengaminan doa yang ditinggalkan Tuhan.

Tahun pertama yang terlempar jauh dari kemustahilan, kita menemukan dua mimpi yang terlalu bising. Gaduh seperti sebuah kota yang tak pernah sepi. Mungkin Tuhan sedang membuat badai di kepalaku, aku terpelanting dan terseret ke dalam lembar kertas yang beberapa kali kulumat tamat. Sebab seseorang menandai riwayatnya di buku yang sama.

"Lenganku ini, masih terentang menunggu kau datang. Tak peduli ribuan tahun kemudian, bahkan setelah kau lupa, setelah nadimu tak lagi bekerja. Aku selalu di sini Na"

Matamu membunuhku untuk kesekian kali dengan kalimat-kalimatyang paling kubenci. Harus dengan apa aku menulisnya, agar kau tahu aku begitu gugup. Begitu takut pada kenyataan yang sendirian aku tak sanggup.
-
*Ku mohon. Jangan benar-benar pergi, jika kau yakin suatu saat nanti aku datang. Tunggu aku di lautmu. Akan kubawakan angin dan sepotong ingin. Kita akan mencari jalan untuk perpelukan lagi. Menemukan rumah yang sesungguhnya tempat memulihkan semua luka.
-
 
Lelaki Laut -- kau sirip yang kubawa berenang
-
Debur ombak. Sesekali gelombang pasang. Menghempas satu persatu ingatan yang repih di lumbung kenang. Membawa aromamu sedekat ini, aku selalu ingin pulang. Terbang pada kerinduan yang lebih getas dari musim yang paling kering ;tatapanmu.
--------------
"Jangan lupa Na, sesekali kunjungi aku. Kau tahu aku tak akan kemana-mana, selain kembali pada laut dan hatimu. Aku putuskan menunggu"

"Kita akan terjebak terlalu lama dalam buku-buku dengan halaman kerontang, Ang"

"Dadaku lebih batu dari kutub utara dan musim beku, Na. Kau jangan lupa itu"

Kau memberiku sebilah pedang dan segenggam bawang. Lalu mulai bercerita tentang sepasang ketam yang kerasan tinggal di lautan. Bersama pasir pantai dan ombak melandai.

Bawang dan pedang membelah diri, beberapa bagian dalam tubuhku terasa perih. Kau sibuk merapikan jantung yang detaknya sepenggal tanggal.

"Kenakan baju terbaik, gaun putih dengan renda bunga. Kau akan terlihat cantik"
Senyum itu membumbung, masam. Naik dari laut kearah kalut. Hendak kembali pada pelukan di mana sebuah harapan pernah pecah, pernah saling rangkul sebelum memilih tumbang bersama pengaminan doa yang ditinggalkan Tuhan.

Tahun pertama yang terlempar jauh dari kemustahilan, kita menemukan dua mimpi yang terlalu bising. Gaduh seperti sebuah kota yang tak pernah sepi. Mungkin Tuhan sedang membuat badai di kepalaku, aku terpelanting dan terseret ke dalam lembar kertas yang beberapa kali kulumat tamat. Sebab seseorang menandai riwayatnya di buku yang sama.

"Lenganku ini, masih terentang menunggu kau datang. Tak peduli ribuan tahun kemudian, bahkan setelah kau lupa, setelah nadimu tak lagi bekerja. Aku selalu di sini Na"

Matamu membunuhku untuk kesekian kali dengan kalimat-kalimatyang paling kubenci. Harus dengan apa aku menulisnya, agar kau tahu aku begitu gugup. Begitu takut pada kenyataan yang sendirian aku tak sanggup.
-
*Ku mohon. Jangan benar-benar pergi, jika kau yakin suatu saat nanti aku datang. Tunggu aku di lautmu. Akan kubawakan angin dan sepotong ingin. Kita akan mencari jalan untuk perpelukan lagi. Menemukan rumah yang sesungguhnya tempat memulihkan semua luka.
-
"Matamu membunuhku untuk kesekian kali"
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd