thombol
Calon Suhu Semprot
Permisi... Nubie mau share info kembali...
Suku-suku di wilayah-wilayah yang berlainan di
Indonesia memiliki mitos, pendapat dan
pandangan yang berbeda-beda terhadap orang-
orang bunian. Ada yang berpendapat bahwa
mereka adalah mahluk halus, ada yang
menganggap mereka jenis kera yang belum
diketahui dan ada juga yang menganggap
mereka jenis manusia yang berbeda.
Seperti yang dikutip
dari versesofuniverse.********.com, Pengertian
Orang Bunian atau sekedar bunian di daerah
Minangkabau adalah mitos sejenis makhluk halus.
Berdasar mitos tersebut, orang bunian berbentuk
menyerupai manusia dan tinggal di tempat-
tempat sepi, di rumah-rumah kosong yang telah
ditinggalkan penghuninya dalam waktu lama.
Istilah orang bunian juga kadang-kadang
dikaitkan dengan istilah dewa di Minangkabau,
pengertian dewa dalam hal ini sedikit berbeda
dengan pengertian dewa dalam ajaran Hindu
maupun Buddha.
Dewa dalam istilah Minangkabau berarti
sebangsa makhluk halus yang tinggal di wilayah
hutan, di rimba, di pinggir bukit, atau di dekat
pekuburan. Biasanya bila hari menjelang matahari
terbenam di pinggir bukit akan tercium sebuah
aroma yang biasa dikenal dengan nama
masakan dewa atau samba dewa. Aroma
tersebut mirip bau kentang goreng. Hal ini dapat
berbeda-beda namun mirip, berdasarkan
kepercayaan lokal masyarakat Minangkabau di
daerah berbeda. Dewa dalam kepercayaan
Minangkabau lebih diasosiasikan sebagai
bergender perempuan, yang cantik rupawan,
bukan laki-laki seperti persepsi yang umum di
kepercayaan lain.
Selain itu, masyarakat Minangkabau juga
meyakini bahwa ada peristiwa orang hilang
disembunyikan dewa/orang bunian. Ada juga
istilah orang dipelihara dewa, yang saat bayi
telah dilarikan oleh dewa. Mitos ini masih
dipercaya banyak masyarakat Minangkabau
sampai sekarang.
Di daerah Bengkulu, orang Bunian disebut
juga Sebabah yang merupakan satu bentuk
yang mirip dengan manusia hanya saja mereka
bertubuh kecil dan berkaki terbalik. Lebih
kedaerah pedalamannya lagi ada juga kisah
tentang mahluk Gugua, yang mempunyai
perawakan berbulu lebat, pemalu dan suka
menirukan tingkah laku dan perbuatan manusia.
Konon pada zaman dahulu mahluk ini bisa
ditangkap. Masyarakat dahulu menangkap
mahluk ini dengan menyiapkan sebuah
perangkap. Ada juga kisah tentang perkawinan
mahluk ini dengan penduduk lokal dan
mempunyai keturunan.
Di gunung Sebelat (Taman Nasional Kerinci),
Orang bunian dipercaya merupakan komunitas
manusia hutan. Masyarakat setempat
menyebutnya Uhang Pandak. Salah satu peniliti
asing yang bernama Deborah Martyr begitu
sangat tertarik dengan legenda ini dan
melakukan penelitian, namun hingga saat ini
penelitian tersebut belum menunjukkan hasil.
Istilah Uhang pandak adalah pengertian dari
orang yang bertubuh pendek. Mereka merupakan
mahluk yang keberadaannya telah diketahui sejak
puluhan tahun yang lalu, namun hingga saat ini
sulit menemukan bukti fisik dan otentik tentang
keberadaan mahluk ini. Keberadaan mereka
sendiri sering dilaporkan oleh orang-orang yang
secara tidak sengaja bertemu dengan mereka,
banyak dari wisatawan dan peneliti mancanegara
yang melakukan riset tentang alam Gunung
Sebelat secara tidak sengaja bertemu dengan
kumpulan mahluk ini.
Informasi yang berhasil dikumpulkan mampu
memberikan gambaran tentang Uhang Pandak
ini.
Mereka adalah mahluk yang hidup di atas
tanah, berjalan dengan kedua kakinya dengan
tubuh yang diselimuti oleh bulu pendek (abu-abu
hingga coklat) dan tinggi tubuh sekitar 80 cm
hingga 150 cm. Beberapa ahli bahkan
mengklasifikasikan Uhang Pandak sebagai bagian
dari rantai evolusi yang mereka sebut kera
misterius.
Selama tiga tahun terakhir, para peneliti lokal dan
mancanegara telah menjelajah hutan dengan
harapan dapat menemukan bukti keberadaan
masyarakat Uhang Pandak. Mereka telah melakukan banyak cara dari mulai memasang
kamera trapping di wilayah hutan terutama
daerah dimana sering terjadi laporan
penampakan para mahluk tersebut sampai dengan pembuatan perangkap untuk
menangkap salah satu dari mahluk itu. Para ahli
merasa kawatir jika memang eksistensi
keberadaan Uhang Pandak ini ada, bukan tidak
mungkin mereka sedang terancam kepunahan
sebagai akibat dari aktivitas penebangan dan
penghancuran lingkungan mereka.
Selain uhang pandak banyak komunitas orang
bunian lain yang dipercaya oleh masyarakat di
berbagai daerah. Sebagian kepercayaan tersebut
bahkan mengatakan bahwa komunitas
masyarakat orang bunian itu bukan komunitas
mahluk halus, namun suatu mahluk yang mirip
manusia yang memiliki sedikit perbedaan dengan
mahluk manusia, ada yang beranggapan mereka
adalah ras manusia tersendiri dan merupakan
bagian dari ras mahluk manusia kuno.
Pada tahun 2003 tim peneliti memutuskan untuk
mengeksplorasi dan melakukan penggalian di
Gua Liang Bua di Pulau Flores yang merupakan
bagian dari rantai kepulauan Indonesia. Disana
mereka menemukan kerangka yang hampir
lengkap dari hominid (manusia purba) kecil.
Tinggi dari kerangka wanita dewasa adalah
sekitar 3 kaki 6 in dan dari karakteristiknya
menunjukkan bahwa spesies baru manusia telah
ditemukan. Ini diperkuat oleh penemuan alat dan
artefak yang konsisten dengan ukuran kerangka
tersebut. Ada juga indikasi bahwa Orang-orang
kecil telah menggunakan api dan telah berburu
berbagai hewan yang sekarang telah punah,
termasuk tikus raksasa dan gajah mini yang
dikenal sebagai Dwarf Stegodon. Tengkorak
mereka memiliki dahi yang miring dan tidak ada
tulang dagu spesifik meskipun memang memiliki
gigi dan berjalan tegak seperti manusia. Meskipun
masih ada beberapa kontroversi mengenai
apakah Homo floresiensis adalah spesies baru
atau mungkin hanya variasi dari manusia modern
atau Homo Erectus, tidak ada keraguan bahwa
populasi makhluk aneh mirip manusia pernah
hidup di pulau itu.
Bahkan, menurut legenda setempat masih ada
suku orang kecil yang hidup jauh di dalam
hutan. Tengkorak mereka jauh lebih kecil
daripada manusia modern, tetapi korteks
prefrontal masih berukuran sama dengan
manusia modern yang menunjukkan tingkat
kecerdasan tinggi dan kesadaran diri (self-
awareness). Banyak peneliti berpendapat bahwa
Homo floresiensis ini bukanlah pigmi, kerdil, atau
cebol, mereka adalah sesuatu yang unik. Dengan
demikian, mereka diberi julukan hobbit atau
Halfling, tokoh terkenal dari novel trilogi Lord of
the Rings yang ditulis oleh JRR Tolkien (1954).
Apakah Homo Floresiensis ini ada hubungannya
dengan orang bunian atau uhang pandak?
Ataukah uhang pandak dan orang bunian adalah
turunan homo floresiensis yang masih hidup?
Mungkin andalah yang ingin menelitinya ^_^
Maaf kalo tulisan ngaco boleh ngetik pake BB Amsiong soalnya...
Suku-suku di wilayah-wilayah yang berlainan di
Indonesia memiliki mitos, pendapat dan
pandangan yang berbeda-beda terhadap orang-
orang bunian. Ada yang berpendapat bahwa
mereka adalah mahluk halus, ada yang
menganggap mereka jenis kera yang belum
diketahui dan ada juga yang menganggap
mereka jenis manusia yang berbeda.
Seperti yang dikutip
dari versesofuniverse.********.com, Pengertian
Orang Bunian atau sekedar bunian di daerah
Minangkabau adalah mitos sejenis makhluk halus.
Berdasar mitos tersebut, orang bunian berbentuk
menyerupai manusia dan tinggal di tempat-
tempat sepi, di rumah-rumah kosong yang telah
ditinggalkan penghuninya dalam waktu lama.
Istilah orang bunian juga kadang-kadang
dikaitkan dengan istilah dewa di Minangkabau,
pengertian dewa dalam hal ini sedikit berbeda
dengan pengertian dewa dalam ajaran Hindu
maupun Buddha.
Dewa dalam istilah Minangkabau berarti
sebangsa makhluk halus yang tinggal di wilayah
hutan, di rimba, di pinggir bukit, atau di dekat
pekuburan. Biasanya bila hari menjelang matahari
terbenam di pinggir bukit akan tercium sebuah
aroma yang biasa dikenal dengan nama
masakan dewa atau samba dewa. Aroma
tersebut mirip bau kentang goreng. Hal ini dapat
berbeda-beda namun mirip, berdasarkan
kepercayaan lokal masyarakat Minangkabau di
daerah berbeda. Dewa dalam kepercayaan
Minangkabau lebih diasosiasikan sebagai
bergender perempuan, yang cantik rupawan,
bukan laki-laki seperti persepsi yang umum di
kepercayaan lain.
Selain itu, masyarakat Minangkabau juga
meyakini bahwa ada peristiwa orang hilang
disembunyikan dewa/orang bunian. Ada juga
istilah orang dipelihara dewa, yang saat bayi
telah dilarikan oleh dewa. Mitos ini masih
dipercaya banyak masyarakat Minangkabau
sampai sekarang.
Di daerah Bengkulu, orang Bunian disebut
juga Sebabah yang merupakan satu bentuk
yang mirip dengan manusia hanya saja mereka
bertubuh kecil dan berkaki terbalik. Lebih
kedaerah pedalamannya lagi ada juga kisah
tentang mahluk Gugua, yang mempunyai
perawakan berbulu lebat, pemalu dan suka
menirukan tingkah laku dan perbuatan manusia.
Konon pada zaman dahulu mahluk ini bisa
ditangkap. Masyarakat dahulu menangkap
mahluk ini dengan menyiapkan sebuah
perangkap. Ada juga kisah tentang perkawinan
mahluk ini dengan penduduk lokal dan
mempunyai keturunan.
Di gunung Sebelat (Taman Nasional Kerinci),
Orang bunian dipercaya merupakan komunitas
manusia hutan. Masyarakat setempat
menyebutnya Uhang Pandak. Salah satu peniliti
asing yang bernama Deborah Martyr begitu
sangat tertarik dengan legenda ini dan
melakukan penelitian, namun hingga saat ini
penelitian tersebut belum menunjukkan hasil.
Istilah Uhang pandak adalah pengertian dari
orang yang bertubuh pendek. Mereka merupakan
mahluk yang keberadaannya telah diketahui sejak
puluhan tahun yang lalu, namun hingga saat ini
sulit menemukan bukti fisik dan otentik tentang
keberadaan mahluk ini. Keberadaan mereka
sendiri sering dilaporkan oleh orang-orang yang
secara tidak sengaja bertemu dengan mereka,
banyak dari wisatawan dan peneliti mancanegara
yang melakukan riset tentang alam Gunung
Sebelat secara tidak sengaja bertemu dengan
kumpulan mahluk ini.
Informasi yang berhasil dikumpulkan mampu
memberikan gambaran tentang Uhang Pandak
ini.
Mereka adalah mahluk yang hidup di atas
tanah, berjalan dengan kedua kakinya dengan
tubuh yang diselimuti oleh bulu pendek (abu-abu
hingga coklat) dan tinggi tubuh sekitar 80 cm
hingga 150 cm. Beberapa ahli bahkan
mengklasifikasikan Uhang Pandak sebagai bagian
dari rantai evolusi yang mereka sebut kera
misterius.
Selama tiga tahun terakhir, para peneliti lokal dan
mancanegara telah menjelajah hutan dengan
harapan dapat menemukan bukti keberadaan
masyarakat Uhang Pandak. Mereka telah melakukan banyak cara dari mulai memasang
kamera trapping di wilayah hutan terutama
daerah dimana sering terjadi laporan
penampakan para mahluk tersebut sampai dengan pembuatan perangkap untuk
menangkap salah satu dari mahluk itu. Para ahli
merasa kawatir jika memang eksistensi
keberadaan Uhang Pandak ini ada, bukan tidak
mungkin mereka sedang terancam kepunahan
sebagai akibat dari aktivitas penebangan dan
penghancuran lingkungan mereka.
Selain uhang pandak banyak komunitas orang
bunian lain yang dipercaya oleh masyarakat di
berbagai daerah. Sebagian kepercayaan tersebut
bahkan mengatakan bahwa komunitas
masyarakat orang bunian itu bukan komunitas
mahluk halus, namun suatu mahluk yang mirip
manusia yang memiliki sedikit perbedaan dengan
mahluk manusia, ada yang beranggapan mereka
adalah ras manusia tersendiri dan merupakan
bagian dari ras mahluk manusia kuno.
Pada tahun 2003 tim peneliti memutuskan untuk
mengeksplorasi dan melakukan penggalian di
Gua Liang Bua di Pulau Flores yang merupakan
bagian dari rantai kepulauan Indonesia. Disana
mereka menemukan kerangka yang hampir
lengkap dari hominid (manusia purba) kecil.
Tinggi dari kerangka wanita dewasa adalah
sekitar 3 kaki 6 in dan dari karakteristiknya
menunjukkan bahwa spesies baru manusia telah
ditemukan. Ini diperkuat oleh penemuan alat dan
artefak yang konsisten dengan ukuran kerangka
tersebut. Ada juga indikasi bahwa Orang-orang
kecil telah menggunakan api dan telah berburu
berbagai hewan yang sekarang telah punah,
termasuk tikus raksasa dan gajah mini yang
dikenal sebagai Dwarf Stegodon. Tengkorak
mereka memiliki dahi yang miring dan tidak ada
tulang dagu spesifik meskipun memang memiliki
gigi dan berjalan tegak seperti manusia. Meskipun
masih ada beberapa kontroversi mengenai
apakah Homo floresiensis adalah spesies baru
atau mungkin hanya variasi dari manusia modern
atau Homo Erectus, tidak ada keraguan bahwa
populasi makhluk aneh mirip manusia pernah
hidup di pulau itu.
Bahkan, menurut legenda setempat masih ada
suku orang kecil yang hidup jauh di dalam
hutan. Tengkorak mereka jauh lebih kecil
daripada manusia modern, tetapi korteks
prefrontal masih berukuran sama dengan
manusia modern yang menunjukkan tingkat
kecerdasan tinggi dan kesadaran diri (self-
awareness). Banyak peneliti berpendapat bahwa
Homo floresiensis ini bukanlah pigmi, kerdil, atau
cebol, mereka adalah sesuatu yang unik. Dengan
demikian, mereka diberi julukan hobbit atau
Halfling, tokoh terkenal dari novel trilogi Lord of
the Rings yang ditulis oleh JRR Tolkien (1954).
Apakah Homo Floresiensis ini ada hubungannya
dengan orang bunian atau uhang pandak?
Ataukah uhang pandak dan orang bunian adalah
turunan homo floresiensis yang masih hidup?
Mungkin andalah yang ingin menelitinya ^_^
Maaf kalo tulisan ngaco boleh ngetik pake BB Amsiong soalnya...