Seorang dokter sedang menangis tersedu-
sedu didepan sebuah makam yang tanahnya
masih merah. Uniknya dispusara makam
terletak batu nisan berbentuk "HATI" yang
cukup besar dan mencolok.
Ustadz : "Sudah, ikhlaskan saja, jangan terus
menangis..."
Doketr : "Ustadz, gimana saya tidak sedih.
Bagaimana kalau saya yang mati?"
Ustadz : "Semua orang pasti mati, Dok!"
Dokter : "Begini lho, Ustadz, yang mati ini
teman saya. Kami para kumpulan Dokter
Spesialis sudah sepakat, siapa saja diantara
kami yang mati maka akan dibuatkan batu
nisan dengan gambar sesuai bidang
spesialis yang kami tekuni."
Ustadz : "Ooo... teman dokter yang mati ini
apa spesialisnya?"
Dokter : "Dia spesialis HATI. Makanya batu
nisan dia berbentuk hati."
Ustadz : "Lalu apa yang membuat anda
begitu khawatir?"
Dokter : "Lahh, kalau saya mati, gak bisa
ngebayangin batu nisan yang akan dibuat
untuk saya..."
Ustadz : "Emang dokter spesialis apa?"
Dokter : "Saya kan Dokter spesialis KELAMIN,
Pak Ustadz!!"
Ustadz : "Astaghfirullah haladzim..." (sambil
mikir) "Gak apa-apa, tenang aja, entar
dipakein celana dalam..."
sedu didepan sebuah makam yang tanahnya
masih merah. Uniknya dispusara makam
terletak batu nisan berbentuk "HATI" yang
cukup besar dan mencolok.
Ustadz : "Sudah, ikhlaskan saja, jangan terus
menangis..."
Doketr : "Ustadz, gimana saya tidak sedih.
Bagaimana kalau saya yang mati?"
Ustadz : "Semua orang pasti mati, Dok!"
Dokter : "Begini lho, Ustadz, yang mati ini
teman saya. Kami para kumpulan Dokter
Spesialis sudah sepakat, siapa saja diantara
kami yang mati maka akan dibuatkan batu
nisan dengan gambar sesuai bidang
spesialis yang kami tekuni."
Ustadz : "Ooo... teman dokter yang mati ini
apa spesialisnya?"
Dokter : "Dia spesialis HATI. Makanya batu
nisan dia berbentuk hati."
Ustadz : "Lalu apa yang membuat anda
begitu khawatir?"
Dokter : "Lahh, kalau saya mati, gak bisa
ngebayangin batu nisan yang akan dibuat
untuk saya..."
Ustadz : "Emang dokter spesialis apa?"
Dokter : "Saya kan Dokter spesialis KELAMIN,
Pak Ustadz!!"
Ustadz : "Astaghfirullah haladzim..." (sambil
mikir) "Gak apa-apa, tenang aja, entar
dipakein celana dalam..."