Nama lengkap Persatuan Sepakbola Surabaya
Julukan
- Bajol Ijo (id:Buaya Hijau)
- Green Force
Negara Indonesia
Federasi PSSI
Didirikan 18 Juni 1927 dengan nama Soerabhaiasche Indische Voetbal Bond (SIVB)
Stadion Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya
(Kapasitas: 55.000)
Investor Jawa Pos Group
Presiden Azrul Ananda
Pelatih Kepala Angel Alfredo Vera
Liga Liga 2
Kemenangan terbesar Persebaya 9-0 Persijatim Jakarta Timur
(pada kompetisi Divisi Utama 1998)
Kekalahan terbesar Persebaya 0-12 Persipura Jayapura
(pada kompetisi Divisi Utama Perserikatan 1988) dan pertandingan tersebut dikenal dengan istilah sepakbola gajah[1]
Pencetak gol terbanyak Jacksen F. Tiago
Kelompok suporter Bonek
Prestasi
- Juara Perserikatan
(1941, 1950, 1951, 1952, 1975, 1987) - Juara Liga Indonesia 1997
- Juara Liga Indonesia 2004
- Juara Divisi Utama 2013
- Juara Piala Gubernur Jawa Timur 2006
Persebaya Surabaya yang sempat merubah namanya menjadi Persebaya 1927 [2] adalah sebuah klub Sepak bola profesional di Indonesia yang berbasis di Surabaya yang berdiri pada 18 Juni 1927 dengan nama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB) dan sudah malang melintang dikancah sepakbola Indonesia. Sempat di bekukan oleh PSSI dan disahkan kembali oleh PSSI sebagai anggota di kongres tahunan PSSI bandung 8 januari 2017.
Setelah dilaksanakannya RUPS pada 7 Pebruari 2017, kini 70% saham Persebaya Surabaya dimiliki oleh Jawa Pos Group melalui anak perusahaanya yaitu PT. Jawa Pos Sportainment. Sedangkan 30% lainnya dimiliki oleh 20 klub anggota Persebaya yang tergabung dalam Koperasi Surya Abadi Persebaya (KSAP).
Sejarah
Persebaya didirikan oleh Paijo dan M. Pamoedji pada 18 Jun 1927. Pada awal berdirinya, Persebaya bernama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB)[3]. Pada saat itu di Surabaya juga ada klub bernama Sorabaiasche Voebal Bond (SVB), bonden (klub) ini berdiri pada tahun 1910 dan pemainnya adalah orang-orang Belanda yang ada di Surabaya.
Pada tanggal 19 April 1930, SIVB bersama dengan VIJ Jakarta, BIVB Bandung (sekarang Persib Bandung), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. SIVB dalam pertemuan tersebut diwakili oleh M. Pamoedji. Setahun kemudian kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. SIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1938 meski kalah dari VIJ Jakarta.
Ketika Belanda kalah dari Jepang pada 1942, prestasi SIVB yang hampir semua pemainnya adalah pemain pribumi dan sebagian kecil keturunan Tionghoa melejit dan kembali mencapai final sebelum dikalahkan oleh Persis Solo. Akhirnya pada tahun 1943 SIVB berganti nama menjadi Persibaja (Persatuan Sepak Bola Indonesia Soerabaja). Pada era ini Persibaja diketuai oleh Dr. Soewandi. Kala itu, Persibaja berhasil meraih gelar juara pada tahun 1950, 1951 dan 1952.
Tahun 1960, nama Persibaja diubah menjadi Persebaya (Persatuan Sepak Bola Surabaya). Pada era perserikatan ini, prestasi Persebaya juga istimewa. Persebaya adalah salah satu raksasa perserikatan selain PSMS Medan, PSM Makassar, Persib Bandung maupun Persija Jakarta. Dua kali Persebaya menjadi kampiun pada tahun 1978 dan 1988, dan tujuh kali menduduki peringkat kedua pada tahun 1965, 1967, 1971, 1973, 1977, 1987, dan 1990.
Prestasi gemilang terus terjaga ketika PSSI menyatukan klub Perserikatan dan Galatama dalam kompetisi bertajuk Liga Indonesia sejak 1994. Persebaya merebut gelar juara Liga Indonesia pada tahun 1997. Bahkan Persebaya berhasil mencetak sejarah sebagai tim pertama yang dua kali menjadi juara Liga Indonesia ketika pada tahun 2005 Green Force kembali merebut gelar juara. Kendati berpredikat sebagai tim klasik sarat gelar juara, Green Force juga sempat merasakan pahitnya terdegradasi pada tahun 2002 lalu. Pil pahit yang langsung ditebus dengan gelar gelar juara Divisi I dan Divisi Utama pada dua musim selanjutnya.
Sponsor
Kontroversi
Pertandingan
Selain itu, dalam perjalanannya, Persebaya beberapa kali mengalami kejadian kontroversial. Saat menjuarai Kompetisi Perserikatan pada tahun 1988, Persebaya pernah memainkan pertandingan yang terkenal dengan istilah "sepak bola gajah" karena mengalah kepada Persipura Jayapura 0-12[4], untuk menyingkirkan saingan mereka PSIS Semarang yang pada tahun sebelumnya memupuskan impian Persebaya di final kompetisi perserikatan. Taktik ini setidaknya membawa hasil dan Persebaya berhasil menjadi juara perserikatan tahun 1988 dengan menyingkirkan PSMS 3 - 1
Pada Liga Indonesia 2002, Persebaya melakukan aksi mogok tanding saat menghadapi PKT Bontang dan diskors pengurangan nilai. Kejadian tersebut menjadi salah satu penyebab terdegradasinya Persebaya ke divisi I. Tiga tahun kemudian atau tahun 2005, Persebaya menggemparkan publik sepak bola nasional saat mengundurkan diri pada babak delapan besar sehingga memupuskan harapan PSIS dan PSM untuk lolos ke final. Atas kejadian tersebut Persebaya diskors 16 bulan tidak boleh mengikuti kompetisi Liga Indonesia. Namun, skorsing diubah direvisi menjadi hukuman degradasi ke Divisi I Liga Indonesia.
Dualisme
Pada musim 2009/2010 merupakan awal mula dualisme Persebaya Surabaya. Persebaya Surabaya (PT Persebaya Indonesia) mengalami degradasi ke Divisi Utama akibat dipaksa melakukan pertandingan ulang sebanyak 3 kali melawan Persik Kediri dengan tempat yang berbeda yaitu di Kediri, Yogyakarta[5], dan Palembang[6]. Pada pertandingan ulang ketiga pihak Persebaya menolak melakukan pertandingan ulang, pihak manajemen tidak terima dan tidak mau ikut Divisi Utama kemudian mengikuti liga ilegal "Liga Primer Indonesia" dari sebelumnya bernama Persebaya Surabaya (PT Surabaya Indonesia) diubah menjadi Persebaya 1927 (PT Persebaya Indonesia). Kemudian Divisi Utama musim selanjutnya, Persikubar Kutai Barat diambl oleh Wisnu Wardhana dan diubah nama menjadi Persebaya Surabaya (kini Bhayangkara FC) untuk bisa mengikuti Liga Indonesia, kemudian berhasil promosi kembali ke Liga Super Indonesia pada musim 2014. Pada musim tersebut sayangnya liga diberhentikan setelah tidak diakui oleh Pemerintah dan kemudian Indonesia di Banned oleh FIFA.
Pada musim 2015 Persebaya Surabaya (kini Bhayangkara FC) merubah nama menjadi Bonek FC dan Surabaya United dikerenakan Persebaya 1927 (PT Persebaya Indonesia) memenangkan gugatan hak paten nama dan logo [7], yang mana secara otomatis legalitas Persebaya Surabaya adalah dibawah PT.Persebaya Indonesia.
Pada musim 2016 Surabaya United melakukan merger dengan PS Polri dan kemudian kembali merubah namanya menjadi Bhayangkara Surabaya United dan berlanjut sampai dengan mengikuti kompetisi Indonesia Soccer Championship, di paruh kedua kompetisi tepat pada bulan Mei 2016 Polri resmi membeli 100% saham Bhayangkara Surabaya United dan menghapus nama belakang klub sehingga sekarang bernama Bhayangkara FC, pada bulan yang sama hasil rapat Exco yang digelar disolo, Persebaya 1927 disahkan kembali sebagai anggota PSSI dan akan disahkan pada KLB di Makassar dan akan kembali berkompetisi di Divisi Utama musim 2017. Namun, pada kongres PSSI yang dilakukan di Jakarta pada 10 Nopember 2016 membatalkan agenda pengesahan tersebut. Ketua PSSI terpilih, Edy Rahmayadi menjanjukan akan menyelesaikan permasalahan Persebaya pada kongres selanjutnya di Bandung.
Prestasi
Perserikatan
- 1938 – Juara II, kalah dari VIJ Jakarta
- 1941 - Juara, menang atas VIJ Jakarta
- 1942 – Juara II, kalah dari Persis Solo
- 1950 – Juara, menang atas Persib Bandung
- 1951 – Juara, menang atas Persija Jakarta
- 1952 – Juara, menang atas Persija Jakarta
- 1965 – Juara II, kalah dari PSM Ujungpandang (sekarang PSM Makassar)
- 1967 – Juara II, kalah dari PSMS Medan
- 1971 – Juara II, kalah dari PSMS Medan
- 1973 – Juara II, kalah dari Persija Jakarta
- 1977 – Juara II, kalah dari Persija Jakarta
- 1978 – Juara, menang atas PSMS Medan
- 1981 – Juara II, kalah dari Persiraja Banda Aceh
- 1987 – Juara II, kalah dari PSIS Semarang
- 1988 – Juara, menang atas Persija Jakarta
- 1990 – Juara II, kalah dari Persib Bandung
- 1994/1995 – Posisi ke-9, Wilayah Timur
- 1995/1996 – Posisi ke-7, Wilayah Timur
- 1996/1997 – Juara Liga Indonesia
- 1997/1998 – dihentikan
- 1998/1999 – Juara II Liga Indonesia
- 1999/2000 – Posisi ke-6, Wilayah Timur
- 2001 – Babak 8 besar
- 2002 – Degradasi ke Divisi Satu (sekarang Divisi Utama)
- 2003 - Juara Divisi Satu (sekarang Divisi Utama)
- 2004 – Juara Liga Indonesia
- 2005 – Mundur dari babak 8 besar (awalnya diskorsing dua tahun, namun dikurangi menjadi 16 bulan, kemudian dikurangi lagi menjadi degradasi ke Divisi Satu)
- 2006 – Juara Divisi Satu (sekarang Divisi Utama)
- 2007 – Posisi ke-14, Wilayah Timur (Tidak lolos ke Super Liga)
- 2008 – Peringkat ke-4
- 2009 -
- 2010 -
Pemain
Berikut adalah daftar skuad Persebaya Surabaya yang mengarungi kompetisi Liga 3 yang dulu dikenal dengan nama Liga Nusantara
skuat persebaya 2017
Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.
No. Pos. Pemain
92 GK Dimas Galih
GK Miswar Saputra
22 DF Abu Rizal
DF Mokhamad Syaifudin
DF M. Irvan Febrianto
3 DF Abdul Azis
44 DF Andri Muliadi
88 DF R. Latif
6 MF Misbakhus Solikhin
7 MF M. Sidik Saimima
12 MF Rendi Irwan
99 MF Mardiono
31 MF Kurniawan K.
MF Thaufan Hidayat
26 FW R. Fauzi
FW Irfan Jaya