Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

PONSEL vs TUMOR/KANKER OTAK

profgypi

Adik Semprot
Daftar
26 Apr 2011
Post
108
Like diterima
8
Lokasi
Healthy Life/Gym/Diet ☎081321518080 (SMS/WA/Line)
Benarkah PONSEL berpotensi menimbulkan TUMOR/KANKER OTAK pada anak-anak ataupun orang dewasa?


WHO: Radiasi Ponsel Sebabkan Kanker Otak

Hasil penelitian terbaru mengungkapkan radiasi ponsel dapat menyebabkan kanker otak. Radiasi ponsel dikategorikan sama dengan zat karsinogenik berbahaya seperti timbal, asap knalpot, dan kloroform.

Hal tersebut diumumkan oleh organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO), seperti dikutip detikcom dari CNN.

Penelitian dilakukan oleh tim yang terdiri dari 31 ilmuwan dari 14 negara, termasuk Amerika Serikat. Keputusan dibuat setelah dilakukan peninjauan lebih mendalam tentang keamanan menggunakan ponsel. Tim menemukan cukup bukti untuk mengkategorikan radiasi ponsel sebagai sejenis zat berbahaya bagi manusia.

Tim menemukan bukti peningkatan glioma dan peningkatan resiko kanker otak akustik neuroma bagi pengguna ponsel. Namun belum dapat menarik kesimpulan untuk jenis kanker lainnya.

Saat ini Badan Lingkungan Eropa telah mendorong untuk studi lebih lanjut. Badan independen ini mengungkap ponsel bisa menimbulkan resiko yang sama besarnya dengan merokok, asbes dan bensin bertimbal.

Kepala sebuah lembaga penelitian kanker terkemuka di University of Pittsburgh mengirim memo kepada seluruh karyawan mendesak mereka untuk membatasi penggunaan telepon seluler karena kemungkinan resiko kanker.


Operator Tak Pernah Uji Radiasi Ponsel

Para peneliti yang berlindung di balik World Health Organization (WHO) kembali merilis kesimpulan bahwa ponsel dapat menyebabkan kanker.

Sementara di Indonesia, hampir seluruh operator mengaku tak pernah menguji terlebih dulu ponsel yang menjadi medium layanan telekomunikasinya.

"Pengujian yang terkait perangkat ponsel dengan kaitan kesehatan tidak ada," ungkap Djarot Handoko, head of Corporate Communication Indosat.

Pernyataan yang sama juga disampaikan Head of Corporate Communication Axis Anita Avianty."Memang di operator lain ada pengujian ponsel bias memicu kanker atau enggak?" ia malah balik bertanya.

Sementara Vice President Channel Management Telkomsel Gideon Edie Purnomo mengatakan, "Pengujian yang kita lakukan lebih ke aspek kompatibilitas terhadap network dan features di Telkomsel."

Sebelumnya diberitakan, WHO dalam studi terbarunya menyimpulkan bahwa ponsel dapat menyebabkan kanker. Penelitian yang untuk kesekian kali ini kembali mendapat tanggapan serius dari berbagai kalangan.

Salah satu tudingan bahaya ponsel dilayangkan peneliti International dari EMF [Electromagnetic Field] Collaborative. Menurut mereka, penggunaan ponsel khususnya di kalangan anak-anak, dapat menyebabkan tumor otak.

Ponsel juga 'dikambinghitamkan' dapat menyebabkan sperma kaum pria 'terbantai'. Klaim ini dilontarkan para pakar di pusat kesehatan Cleveland Clinic, Amerika Serikat. Para pakar ini menduga penurunan jumlah sperma pada kaum pria dapat disebabkan oleh gelombang elektromagnetis ponsel.

Namun, tidak semua orang sepakat dengan klaim tentang bahaya ponsel. Penelitian untuk 'membela' ponsel pun digeber. Salah satu yang tampil sebagai 'pembela' ponsel adalah para peneliti di The Danish Cancer Society.

Dalam studi yang dipublikasikan di Journal of the National Cancer Institute itu disebutkan bahwa frekuensi elektromagnetik yang keluar dari ponsel tidak mempengaruhi mekanisme biologis pada tubuh manusia. Mereka menyebutkan bahwa tren tumor otak akibat ponsel tidak benar.

"Harusnya dengan kemajuan teknologi, ponsel menjadi lebih friendly terhadap kesehatan. Sehingga akan timbul peluang bagi industri perangkat komunikasi, dalam hal ini ponsel, lebih menerapkan teknologi yang sehat serta tetap advance dalam teknologi," kata Djarot.

Sementara Gideon menilai, dengan adanya peringatan dari WHO ini justru bisa dimanfaatkan sebagai ajang untuk mengkampanyekan penggunaan alat bantu ponsel. "Ini waktu yang tepat untuk mengkampanyekan handsfree, sama seperti campaign untuk safety driving," kata dia.

Ia pun berpendapat, agar Kementerian Kominfo bisa bekerja sama dengan Departemen Kesehatan untuk lebih memperhatikan peringatan bahaya radiasi ponsel ini.

"Saya rasa impact ponsel ke kesehatan harus dilakukan oleh regulator, seperti Kominfo, Depkes, dan lainnya, untuk dibuatkan regulasi agar any devices yang dipasarkan di Indonesia aman terhadap efek-efek samping yang dikhawatirkan," papar Gideon.

"Di sisi lain, WHO seharusnya juga menyampaikan hasil surveinya ke ITU (otoritas telekomunikasi internasional) untuk melakukan penyesuaian regulasi bagi para device manufacture supaya memproduksi device yang aman buat kesehatan," pungkasnya.


Radiasi Ponsel Berisiko Bagi Anak

Studi World Health Organization (WHO) yang menyimpulkan ponsel dapat menyebabkan kanker memang harus diwaspadai, khususnya pada anak-anak. Namun dinilai tidak perlu juga sampai khawatir berlebihan.

"Penemuan WHO menunjukkan bukti terbatas yang menghubungkan ponsel dengan glioma (tipe tumor otak-red) dan penyakit acousitc neuroma, serta bukti tidak memadai untuk tipe kanker lain," ucap Profesor Bernard Stewart dari Cancer Council Australia

Namun demikian, bahaya radiasi ponsel tak boleh diremehkan. Terry Svain dari Occupation and Environmental Cancer Committee menyarankan agar orang-orang berupaya meminimalisir risiko.

"Terdapat langkah praktis yang bisa diambil misalnya memakai perangkat hands free dan lebih banyak memanfaatkan SMS ketimbang panggilan suara," katanya seperti dilansir Sidney Morning Herald.

Risiko Pada Anak

Khususnya bagi anak kecil, pembatasan pemakaian ponsel dianggap perlu dilakukan. Sebab, otak mereka yang masih dalam tahap perkembangan riskan jika terkena paparan radiasi ponsel.

"Kami juga menyarankan perhatian yang lebih besar bagi anak-anak yang memakai ponsel karena jaringan otak mereka masih dalam tahap perkembangan," imbuh Terry.

Laporan dari International EMF [Electromagnetic Field] Collaborative yang ditulis kelompok peneliti internasional pernah mengakui adanya kemungkinan munculnya kanker akibat terstimulasi penggunaan ponsel, terlebih bagi anak-anak.

Kelompok ini pun mendukung pembatasan penggunaan alat komunikasi tersebut di kalangan anak di bawah umur seperti yang telah dijalankan di beberapa negara Eropa yang memiliki perhatian khusus terhadap isu ini.

"Beberapa negara telah melarang penggunaan ponsel atas dasar kesehatan. Salah satunya adalah Prancis, di mana siswa-siswi Taman Kanak-kanak hanya boleh menggunakan ponsel untuk berkirim SMS," ujar salah seorang penulis laporan, Lloyd Morgan.


Sepertinya semua masih belum ada kejelasan dan masih dalam perdebatan. Kita tunggu keputusan resmi dari WHO terutama dari pemerintah Indonesia sendiri.


Ponsel Picu Kanker Masih Diperdebatkan

Studi World Health Organization (WHO) yang menyimpulkan ponsel dapat menyebabkan kanker ditanggapi serius, terlebih WHO adalah badan Perserikatan Bangsa Bangsa yang bereputasi tinggi. Penelitian WHO bukanlah yang pertama. Sudah banyak studi menyatakan ponsel memicu bahaya kesehatan, ada pula yang berkesimpulan sebaliknya.

Pihak yang yakin bahwa ponsel berbahaya, mengajukan klaim untuk menguatkan pendapatnya. Salah satu tudingan bahaya ponsel dilayangkan peneliti International EMF [Electromagnetic Field] Collaborative. Menurut mereka, penggunaan ponsel khususnya di kalangan anak-anak, dapat menyebabkan tumor otak.

Ponsel juga 'dikambinghitamkan' dapat menyebabkan sperma kaum pria 'terbantai'. Klaim ini dilontarkan para pakar di pusat kesehatan Cleveland Clinic, Amerika Serikat. Para pakar ini menduga penurunan jumlah sperma pada kaum pria dapat disebabkan oleh gelombang elektromagnetis ponsel.

Namun, tidak semua orang sepakat dengan klaim tentang bahaya ponsel. Penelitian untuk 'membela' ponsel pun digeber. Salah satu yang tampil sebagai 'pembela' ponsel adalah para peneliti di The Danish Cancer Society.

Dalam studi yang dipublikasikan di Journal of the National Cancer Institute itu disebutkan bahwa frekuensi elektromagnetik yang keluar dari ponsel tidak mempengaruhi mekanisme biologis pada tubuh manusia. Mereka menyebutkan bahwa tren tumor otak akibat ponsel tidak benar.

Penelitian WHO

Seperti detikINET kutip dari Cnet, studi dari WHO sendiri dinilai masih membingungkan. Mereka pernah menghabiskan biaya USD 24 juta untuk mengetahui apakah ponsel memicu kanker otak.

Sebagian kesimpulan studi tersebut dipublikasikan pada tahun 2010. Pada awalnya, International Agency for Research on Cancer (IARC) dari WHO menyimpulkan ponsel tidak menyebabkan kanker otak. Akan tetapi, mereka menggarisbawahi diperlukan studi lanjutan.

Namun sekarang, WHO justru mengeluarkan kesimpulan sebaliknya. Dengan tim 31 ilmuwan dari 14 negara, mereka menyatakan menemukan bukti yang cukup untuk menyatakan paparan radiasi ponsel mungkin menyebabkan kanker pada manusia.

Dengan mengklasifikasi ponsel pada kategori ini, IARC pada intinya menyatakan ada bukti ponsel mungkin memicu kanker. Namun di sisi lain, faktor pemicu yang lain juga tidak bisa dikesampingkan. Dengan demikian, studi lebih lanjut masih diperlukan.

"Kesimpulan WHO berarti ada beberapa bukti yang menghubungkan ponsel dengan kanker, namun masih terlalu lemah untuk membuat kesimpulan yang kuat. Jika korelasi itu eksis, sepertinya tidak terlalu besar angkanya," ucap Ed Young dari Cancer Research U.K.

Namun memang bahaya radiasi ponsel dinyatakan tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Pemakaian ponsel dalam waktu lama atau berlebihan seharusnya dihindari untuk meminimalisir risiko kesehatan.
 
Itu semua menurut versi LUAR NEGERI, bagaimana menurut PEMERINTAH INDONESIA?


Kominfo Cermati Klaim Radiasi Ponsel WHO

Studi WHO yang menyimpulkan ponsel dapat menyebabkan kanker tentu tak bisa ditampikkan begitu saja. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pun bakal mencermati riset tersebut.

Menurut Kepala Humas dan Pusat Informasi Kementerian Kominfo, Gatot S. Dewa Broto, setiap ponsel yang beredar secara resmi di Indonesia, sebelumnya itu harus menjalani 'ujian' terlebih dahulu. Pertama, adalah dari sisi administrasi. Kemudian, perangkat tersebut harus dites di balai pengujian.

"Aturan ini harus sesuai dengan Keputusan Dirjen Postel nomor 370 tahun 2010 tentang Persyaratan Teknologi Perangkat Telekomunikasi Seluler GSM," tukas Gatot.

Nah, dalam aturan itu, salah satu syaratnya menyebutkan bahwa perangkat telekomunikasi itu harus dirancang bangun untuk melindungi pengguna dari efek elektromagnetik sesuai ketentuan WHO.

"Langkah inilah yang selalu kami pegang. Tentu ada ponsel yang tidak laik, namun mereka masih bisa memperbaikinya untuk kemudian menjalani tes ulang," lanjut Gatot.

Adapun untuk hasil terbaru dari WHO sendiri, Kominfo menegaskan bakal tetap mencermati dan mengikuti perkembangannya. Sebab aturan yang dibikin Kominfo juga mengacu pada WHO.

"Jadi akan kami cermati, apakah sejauh ini uji kelayakan yang dilakukan sudah valid atau tidak dengan acuan baru dari WHO," pungkasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, hasil penelitian terbaru mengungkapkan radiasi ponsel dapat menyebabkan kanker otak. Radiasi ponsel dikategorikan sama dengan zat karsinogenik berbahaya seperti timbal, asap knalpot, dan kloroform.

Hal tersebut diumumkan oleh organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO), seperti dikutip detikcom dari CNN.


Hal itu masih menjadi PERDEBATAN belaka. Namun yang ini sudah menjadi FAKTA!


Ponsel Sumbang 30 Persen Kecelakaan di Jakarta

Setiap hari sekitar 3 orang meninggal dunia akibat kecelakaan di Jakarta, dan selama setahun sekitar 1.000 orang. Angka itu sudah melebihi korban perang.

Hal itu disampaikan Kasat Patwal Polda Metro Jaya AKBP Ipung Purnomo di sela-sela peluncuran Motorola Bluetooth Headset, Wellcomm Shop di Pondok Indah, Jakarta.

Pengguna kendaraan pun dihimbau untuk lebih berhati-hati di jalan. "Angka itu melebihi korban perang. Bukan tidak mungkin angka tersebut akan bertambah jika penghendara masih tidak memikirkan keselamatan dirinya dan orang lain," lanjutnya.

Ipung pun menuturkan 30 persen kecelakaan lalu lintas di Jakarta disebabkan menggunakan telepon genggam. Fenomena itu menurutnya terjadi akibat konsentrasi pengemudi yang terpecah akibat menggunakan telepon genggam.

"30 persen kecelakaan disebabkan menggunakan handphone. Itu data di 2010," pungkas Ipung.

Karenanya kepolisian bakal menindak tegas bagi pengendara yang masih menggunakan telepon genggam sebagaimana tercantum dalam undang-undang nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas pasal 283 yang berbunyi.

"Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp 750.000 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah)."

Sementara data Polda Metro Jaya mengeluarkan data 1.000 pelanggaran pengguna sepeda motor dan mobil.

"Ada 1.000 pelanggaran sepeda motor dan mobil dalam beberapa bulan terakhir. Kita akan terus menindak tegas para pengguna jalan," tutupnya.


Kita tunggu saja bagaimana kebenaran berita tersebut. Namun kita tetap harus waspada & mencegah hal tersebut jangan sampai terjadi pada keluarga kita.

MENCEGAH lebih baik daripada TIDAK MENCEGAH :| :gila: :hammer:
MENCEGAH lebih baik daripada MENGOBATI :shakehand :semangat:



8 Kiat Menangkal Radiasi Ponsel

Hasil penelitian terbaru dari WHO mengungkapkan bahwa radiasi ponsel dapat menyebabkan kanker otak. Radiasi ponsel dikategorikan sama dengan zat karsinogenik berbahaya seperti timbal, asap knalpot, dan kloroform.

Simak 8 kiat mengurangi radiasi tersebut yang dikutip dari eHow:

1. Gunakan Headset
Inilah cara yang paling mudah untuk menangkal ancaman radiasi ponsel. Tentu saja, kita tidak bisa menolak untuk menerima panggilan telepon. Namun jika Anda masih khawatir, ada baiknya menggunakan headset. Intinya adalah telepon genggam Anda, tidak terlalu dekat dengan otak.

2. Kurangi Bluetooth dan Headset Wireless
Menggunakan headset bisa menjadi pilihan untuk mengurangi radiasi ponsel. Namun ingat, pilih headset yang konvensional alias yang masih menggunakan kabel untuk terhubung dengan ponsel. Jangan menggunakan headset wireless. Fitur bluetooth di ponsel juga jangan terus menerus diaktifkan, gunakan seperlunya.

3. Speakerphone
Menggunakan speaker ketika bertelepon juga bisa menjadi pilihan. Namun tentu saja, ada rasa kurang nyaman ketika hal ini dilakukan di tempat publik. Tapi setidaknya, Anda tidak harus menempelkan ponsel di kepala ketika bertelepon. Jadi pilihan ini mungkin bisa digunakan ketika Anda tengah berada di tempat privat seperti di rumah.

4. Casing Penahan Radiasi
Kekhawatiran radiasi ponsel belakangan memunculkan casing berkemampuan khusus yang diklaim bisa meminimalisir hantaran radiasi yang berasal dari ponsel. Jika dirasa diperlukan, mungkin Anda bisa mencarinya di pertokoan.

5. Sudut Ruangan
Hindari menerima telepon di sudut ruangan. Sudut ruangan yang biasanya sepi namun di sisi lain terkadang juga menjadi tempat di mana sinyal telepon menjadi lemah. Nah, sinyal yang lemah justru dikatakan memicu radiasi yang lebih tinggi. Hal ini berlaku pula di area yang sempit/kecil seperti lift.

6. Jangan Selalu Menempel
Ponsel yang Anda gunakan boleh saja menjadi gadget kesayangan, namun untuk kesehatan yang lebih baik, ada baiknya Anda jangan selalu nempel dengan ponsel tersebut. Ponsel yang tidak digunakan direkomendasikan ditaruh di tas atau di atas meja. Hal ini dikatakan lebih baik ketimbang ditempatkan di kantong celana.

7. Diam Kala Menelpon
Ketika menerima telepon sebaiknya Anda tidak berjalan-jalan. Pasalnya, dalam keadaan bergerak maka sinyal ponsel akan terus mencari pancaran sinyal yang kuat dari base transceiver station (BTS). Aktivitas ini justru akan menguatkan radiasi.

8. Gunakan Dua Telinga
Hindari penggunaan satu bagian telinga ketika bertelepon. Misalnya, selalu menerima telepon dengan telinga bagian kiri saja. Menurut para ahli, hal ini justru tidak baik. Manfaatkan kedua telinga Anda untuk meminimalisir radiasi yang terpancar.


Saat ini Badan Lingkungan Eropa telah mendorong untuk melakukan studi lebih lanjut. Namun tidak salahnya juga kan kita melakukan suatu langkah antisipasi ketimbang mengambil risiko di masa depan.

Semoga bermanfaat.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd