Kukila
Semprot Kecil
- Daftar
- 19 Oct 2020
- Post
- 69
- Like diterima
- 675
Kusaksikan Perjuanganmu Sampai Akhir.
Keras kepalamu tak sama denganku. Yang tak lelah mencambukku dengan teduhnya ilmu. Meski aku tak mengerti banyak hal dan kepala batu. Engkau tetap sekeras berlian, mutiara kasihmu tak henti mengajariku.
Di bawah terik amarahmu mengapa tak kau siram aku
Dengan kebengisan kata-kata. Selayaknya engkaulah patron dan aku hanyalah klien pada bilateral kuno. Selayaknya kau tahu, tanpamu akulah sampah yang tenggelam di dasar lautan.
Tapi mengapa kata-katamu tetap sejuk kristal embun. Bak lentera bagi anak nakal dan usil ini melangkah. Walau tak jarang sering kuremehkan, sengaja kuhiraukan dan kuucapkan maki dan cacian dibelakangmu. Tapi senyummu seakan abadi dibalik lelahmu berhadapan denganku.
Tak jarang kau menerima kucuran emosi dari orang tua. Yang anak-anaknya lebih anak bagimu dibanding mereka. Terkadang kau menjadi biang salah atas perangai yang ingin kau bina. Lagi-lagi kau berusaha senantiasa ikhlas bak mulia buliran hujan menimpa ranting pohon yang kekeringan wawasan dan intelektual.
Ku ada disini malu melihatmu setengah mati. Kau yang tak henti menjadi deru mesin revolusi. Palung jiwamu kau abdikan untuk negeri, menjadi madrasah bagi setiap raga yang kehilangan nurani dan kasih. Walau tulisan ini tak layak kubanggakan menjadi hadiah baktimu. Tapi bolehkah kusaksikan perjuanganmu sampai akhir.