CINTA telah lama menyentuhku sebelum diriku ada.
Setelah aku terhentak dan terbangun oleh kesadaranku.
Dan aku sadari bahwa CINTA menyeru kepadaku.
Maka aku bergegas, semua aku tinggalkan hanya dan untuk menuju CINTA.
Sekalipun bagiku jalan terkadang gelap, terkadang licin terkadang berduri, terkadang terjal.
Dan ketika tangan - tangan CINTA merengkuhku, sekalipun di tangan CINTA terselip badik yang siap menghunusku.
Maka aku hanya bisa berserah diri tanpa bisa memberontak.
Lalu... CINTA membisikan dan memberitahu kepadaku.
Bahwa CINTA tidak akan merampas apapun dariku.
Karena CINTA cukup dengan CINTA bukan dengan yang lain.
Dan...
Sangat kusadari bahkan diriku terbuat dari bagian CINTA.
Maka, jika semua selalu atas nama CINTA.
Semua keperluanku selalu terpenuhi dan tercukupi oleh CINTA.
Sampai aku menghadap SANG CINTA
Setelah aku terhentak dan terbangun oleh kesadaranku.
Dan aku sadari bahwa CINTA menyeru kepadaku.
Maka aku bergegas, semua aku tinggalkan hanya dan untuk menuju CINTA.
Sekalipun bagiku jalan terkadang gelap, terkadang licin terkadang berduri, terkadang terjal.
Dan ketika tangan - tangan CINTA merengkuhku, sekalipun di tangan CINTA terselip badik yang siap menghunusku.
Maka aku hanya bisa berserah diri tanpa bisa memberontak.
Lalu... CINTA membisikan dan memberitahu kepadaku.
Bahwa CINTA tidak akan merampas apapun dariku.
Karena CINTA cukup dengan CINTA bukan dengan yang lain.
Dan...
Sangat kusadari bahkan diriku terbuat dari bagian CINTA.
Maka, jika semua selalu atas nama CINTA.
Semua keperluanku selalu terpenuhi dan tercukupi oleh CINTA.
Sampai aku menghadap SANG CINTA