PERTIKAIAN TAK BERUJUNG
Real Madrid dan Barcelona adalah sebuah gambaran betapa sepak bola dapat menjadi ajang permusuhan abadi. Ajang balas dendam atas kejadian masa silam. Ajang balas dendam yang bertajuk Superclassico ini telah menggema sejak terjadinya perang saudara di Spanyol pada tahun 1936-39. Era pemerintahan jendral di Spanyol yang fasis menjadi pemicu utamanya.
Catalan dan Basque adalah wilayah utama yang rakyatnya merasakan getah paling pahit dari pemerintahan Jendral Franco. Dua daerah itu juga yang kemudian menjadi lambang pusat pergerakan rakyat melawan pemerintahan pusat.
Dua bentuk pertentangan itulah yang kelak di kemudian hari menjadikan pertemuan antara Madrid dan Barcelona menjadi sengit. Madrid di anggap publik Catalan sebagai lambang fasisme dan diktator penguasa. Sedangkan publik Catalan yang diwakili oleh Barcelona dianggap penghianat oleh publik Madrid.
Ada anggapan kedua klub dianggap mewakili dua bahasa, dua bangsa, atau dari sudut pandang orang Catalan , dua Negara. Sudut pandang yang menumbuhkan rasa nasionalisme pada masing-masing klub. Rasa nasionalisme itu menimbulkan sense of belonging yang sanagat berlebihan.
Jangan heran jika ketegangan dan permainan ekstra keras, yang menjurus kasar mewarnai setiap pertemuan kedua tim. Setiap pertemuan dianggap pertaruhan harga diri sebuah bangsa yang harus mereka pertahankan hingga titik darah penghabisan.
"Catalan adalah sebuah negara dan Barcelona menjadi angkatan bersenjatanya," ungkap Sir Bobby Robson, eks entrenador Barcelona. Sebuah ungkapan yang memberikan gambaran betapa mengakarnya rivalitas mereka. Rivalitas yang melahirkan kebencian yang kadang-kadang tidak dapat dinalar oleh akal sehat.
Sir Bobby Robson juga pernah merasakan aura peperangan yang begitu besar ketika membawa squadnya bertandang ke Santiago Bernabeu. "Saya tidak pernah tau betapa besar permusuhan antara Madrid dan Barcelona. Yang saya tahu, ketika kami berangkat ke Santiago Bernabeu untuk bertemu Madrid, saya merasa seperti seorang Jenderal perang yang membawa pasukan Catalan kemedan pertempuran," ungkap Bobby Robson.
Aroma peperangan ini memang telah merasuk begitu dalam kedalam pikiran dan hati para pemain kedua kubu. Seolah-olah ada dogma yang tak terlihat bahwa madrid adalah seteru sejati Barcelona.
Tingkah kontroversial para pemain sempat terjadi saat Barcelona bertemu Real Madrid di Piala Super Spanyol 1990. Biantang Madrid saat itu Hugo Sanchez, sukses membungkam suara suporter El Barca melali gol tunggalnya. Sanchez lalu merayakan golnya secara berlebihan. Dia melakukan gerakan menyentuh - maaf - alat kelaminnya di hadapan torcedor Barcelona.
Pada tahun 1999, Raul Gonzalez mencetak gol saat Madrid away ke Camp Nou. Dia merayakannya dengan menempelkan bibir di mulutnya, bermaksud membungkam suara-suara suporter El Barca. Raul melakukannya langsung didepan para supoter El Baarca yang kontan saja berang atas aksinya tersebut.
Salah satu kasus terakhir adalah pelemparan telor kepada gelandang Madrid, David Beckham saat pertama kali hadir di El Barca, awal musim 2003. Saat itu beckham berkunjung ke Condal Ciy (salah satu tempat di wilayah Catalonia). Kunjungannya langsung di sambut "hangat" oleh sejumlah suporter El Barca. Bentanagan spanduk bertuliskan "Catalonia bukan Spanyol" menghiasi kedatangan Beckham saat itu.
Well , kejadian tersebut tentu bukan akhir dari perseteruan Barcelona dengan Madrid. Masih akan ada kontroversi lainnya, selama keduanya berada di sisi kutub yang berbeda.
BERADU JUTAAN POUNDS
Konon persaingan antara kedua klub dianggap yanag paling seru di dunia dan belum ada yanag menandingi. Baik persaingan di dalam atau di luar lapangan. Pasalnya, Madrid dan Barcelona dianggap klub domestik yang paling glamor diseluruh dunia.
Nuansa glamor itu terlihat disetiap pertandingan Superclassico. Siapapun yang menjadi tuan rumah selalu ramai dikunjungi turis asing yang datang dari berbagai penjuru dunia.
Mereka adalah anggota Fans club Madrid atau Barcelona dari berbagai negara. Tapi, satu hal yang selalu tampak, fans club masing-masing klub tidak akan berani menonton pertandingan away karena mereka ibarat bertaruh nyawa jika melakukannya.
Nuansa glamor juga tampak dari persaingan belanja pemain. Tak jarang mereka beradu uang jutaan Pounds hanya untuk memperebutkan pemain yang sama.
El Classico In Gallery :
rivalitas abadi berbumbu nasionalisme