Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Tanpa Judul

mejan

Semprot Baru
Daftar
22 Feb 2019
Post
46
Like diterima
71
Tak ada yang lebih ditunggunya,
selain kelopak kembang selepas hujan
senja yang datang,
sebelum burung-burung membikin sarang
Tinggallah tanah basah
di sini, di batas kanal
harum tubuh kekasih yang ia cium,
ketika remang mengapung dan hatinya murung
Bulan tak singgah di ranting pinus, Num
langit tak mengirim cinta, tak jua rindu
yang hampa ialah kepergian lagu-lagu
ujung malam juga tubuhnya yang rapuh.

--------

"Aku pernah menunggu seseorang di sini. Bertahun-tahun lalu. Menyaksikan burung-burung camar yang pulang, kapal-kapal bersiluet, hingga akhirnya senja benar-benar saga, kemudian matahari terbenam."
"Kau patah hati?"
"Tidak. Untuk apa?"
"Seseorang yang kau tunggu tak pernah tiba membawa debar atau kabar, bukan?"
Lelaki itu terdiam, sebentar. Kemudian melangkah ke depan pembatas jembatan. Raut wajahnya keruh. Serupa sungai-sungai lumpur selepas hujan. Ada gamang di sana, tergambar jelas.
"Aku tidak patah hati untuk seorang Perempuan."
"Lalu?"
"Aku hanya sedang terkenang."
Kita tidak benar-benar merindukan seseorang. Kita hanya merindukan saat-saat bersamanya, itu saja, percayalah. Pada tempat-tempat pernah dikunjungi bersama, misalnya. Sebuah cafe yang menawarkan aroma arabika terbaik dengan sentuhan latte dan iringan musik yang mengalun lembut, di sana, bersama seseorang yang senyumnya kita ingat paling hangat. Kadang kita merindukan momen yang sama, di tempat yang sama, meski mungkin dengan orang yang berbeda.
"Apa bedanya? Kau tak pernah bisa lupa."
"Kenangan bukan seperti benang layang-layang. Saat kita merasa muak, kita bisa memotong benang tersebut, kemudian menyambung dengan rangkaian yang kita inginkan."
"Aku tidak paham. Kau sekarang bicara layaknya seorang pujangga."
"Kenangan itu seperti jalinan tikar, saling anyam saling silang. Tak bisa kita memisah sebagiannya saja. Semuanya terhubung serta saling terkait dengan masa lalu dan masa depan."
"Untuk apa? Kau menunggu seseorang, bertahun-tahun, dan kau kesepian. Seseorang yang kau tunggu entah di mana, juga barangkali dengan siapa."
Suara gemerisik kecil daun-daun kering yang terinjak kaki gadis itu ketika melangkah. Ia hanya tak ingin melebih-lebihkan perasaan. Jika ia pernah bertemu seseorang, kemudian berpisah, dipisah atau terpisah, bukankah itu lumrah?
Kehidupan seperti angka delapan yang di atasnya kereta melaju membawa kita. Pada titik tertentu, kita akan selalu sampai ke tempat semula. Sebuah rumah, misalnya. Dengan lengan yang terentang di ambang pintu, menunggu kita mendekat dan memeluk.

--------

Kepada hatimu, aku perahu yang tertambat
Jika aku pulang, adakah aku telah terlambat?

--------

"Jatuh cintalah. Kita masih manusia. Kita butuh itu. Cinta tempat kita kembali dari lelah perjalanan. Cinta yang serupa rumah, kau bilang. Yang pada dindingnya kau menumpahkan segala kesah. Rumah yang tak pernah mengeluh meski kau bercerita tentang sakit kepala dan demam. Rumah yang merengkuh, rumah yang..."
"Apa?"
"Rumah yang menerimamu apa adanya."
"Aku tak pernah bertemu dengan rumah yang serupa."
"Mungkin ia rumah yang tak layak dengan dindingnya yang koyak. Rumah yang lapuk dimakan waktu, rumah yang dibakar matahari bertahun-tahun. Namun ia rumah yang selalu menunggumu."
"Siapa?"
"Aku."
Senja turun dengan manis. Gradasinya menyentuh tubuh mereka dengan sinarnya yang hangat. Adakah yang lebih indah dari dua orang yang bertemu, bersama dan kemudian bersatu karena cinta? Betapa ajaibnya hati yang mampu menampung segala rasa seluas jumantara. Mengembalikan yang pernah hilang kembali pulang. Kita merindukan tempat-tempat, bukan? Entah kemudian kita singgah ke sana bersama kenangan atau seseorang yang baru.

--------

Kau adalah gelombang yang marah di lautan
Menghempas kapal-kapal
Memecah buih di karang
Namun aku percaya, suatu saat kau akan pulang
Mencariku sebagai pantai
Tempat kau melepas landai
Menjelma buih
Menyentuh tubuhku yang pasir.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd