Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Tidak Ada Apa-Apa, Yang Ada Tersebut (ternyata) Bukan”

pasturbasi

Pendekar Semprot
UG-FR+
Daftar
20 Dec 2011
Post
1.917
Like diterima
128
Lokasi
indonesia
Selamet Sore saudara semuanya.

Ane cuba buka diskusi tentang sebuah kalimat yang pernah diperdengarken Bapak ane yang kurang lebih bunyinya seperti ini

"ORA ONO OPO-OPO, SING ONO KUWI DUDU"

Kata ini ane trima beberapa tahun silam dari bapak ane yang penganut salah satu Kepercayaan Jawa

Kemudian ane coba searching di google.

Kemudian ketemu kalimat seperti ini
"Apa yang dicari selama ini tentang Tuhan ternyata diakhir pencapaiannya malah berucap : tidak ada apa-apa, jadi yang selama ini saya anggap sebagai Tuhan ternyata bukan"
 
Lha njut selama ini yang disembah oleh manusia dengan berbagai ragam keyakinan dan agamanya itu trus apa?

daripada ane menerjemahkan kata-kata bapak dalam bahasa jowo yang kental, ternyata ane nemu sebuah blog yang cukup mewakili penjelasan mengenai hal tersebut diatas.

Ini kutipan sangat panjang. Silahken baca kalau sempat.

1. Kalau boleh diibaratkan: kebenaran dikehidupan itu seperti serpihan cermin, dan tugas kita untuk mengumpulkannya sehingga menjadi bangunan (cermin) utuh, namun sangat mungkin akan terjadi, jika masih ada bagian cermin lain yang belum kita temukan sehingga apa yang kita yakini sudah utuh ternyata ada bagian lain telah ditemukan orang lain. Dan akhirnya kebenaran yang kita yakini memaksa untuk diproses ulang, atau kalau tidak! Kita menghormati orang lain sebagai pemilik serpihan cermin yang lain. Itulah cermin yang fungsinya untuk melihat diri sendiri (memperbaiki diri sendiri).

2. bahwasanya kalau dipahami apa yang kita cari dalam hidup ini adalah sebuah rasa. Rasa enak, kenyang, nyaman, tenang, senang dan rasa-rasa lain. Pun demikian bahwa hidup kita juga tidak akan lepas dari yang namanya rasa, seperti sedih, takut, tegang, prihatin dan rasa-rasa lain. Kuncinya adalah sebuah rasa. Ketika anda membeli kasur, sebenarnya anda tidak membeli fisik kasur tersebut namun lebih kepada rasa tidur yang nyaman, rasa tidur yang sehat, rasa untuk prestise (life style) di mata orang, rasa kepuasan, menginginkan rasa tidur yang lebih enak daripada sebelum memiliki kasur tersebut dsb. Pastilah tujuan tersebut di akhir akan melibatkan rasa yang kita miliki.
 
3. bahwasanya yang kita kejar dalam hidup ini adalah isi, bukanlah kulit. Isi tersebut dimanifestasikan sebagai rasa. Rasa yang terkandung dalam setiap hal yang kita perbuat maupun yang kita yakini. Kalau begitu banyak yang tidak mengerti sejatinya pencapaian-pencapaian yang kita miliki terkait dengan keyakinan dalam hidup ini. Banyak yang masih berkutat pada kulit dan tidak mau menyadari tentang adanya isi, ada juga yang mengatakan kulit dan isi kita rengkuh semua. Its ok. Tidak ada masalah, kita menghormatinya.

4. Seperti kita hendak membeli baju tentu tidak asal-asalan dalam membeli. Kita akan mencari ukuran yang sesuai, warna yang memikat, harga yang sesuai budget, juga ada tujuan untuk membeli baju, dan akhirnya kalau kita kupas proses membeli baju akan mengacu pada sebuah rasa yang timbul seperti rasa nyaman ketika memakainya karena ukurannya pas, warnanya menarik, kainnya halus, rasa bangga dan puas karena membeli baju bermerk, rasa tidak bersalah karena membeli sesuai budget dan rasa-rasa lainnya. Nah, menurut Gus Amik alangkah bijaknya jika yang kita lakukan dan yang kita pilih di kehidupan dunia ini berdasarkan rasa yang kita kehendaki, bukan pada tampilan atau kulit yang sering kali menipu banyak orang. Dan tidaklah perlu bertengkar dan mempermasalahkan akan adanya perbedaan kulit.

5. Rasa yang muncul namun sering tidak kita sadari adalah rasa dalam berkeyakinan (beragama). Orang mungkin akan mengatakan bahwa tujuan beragama atau memiliki keyakinan tentang hidup adalah mencari selamat di dunia dan nanti setelah meninggal. Namun tanpa kita sadari bahwasanya yang kita cari adalah sebuah rasa. Ya tentu saja rasa. Rasa tenang mengikuti keyakinan (agama) tersebut, rasa berada di jalur yang benar, rasa selamat, rasa takut jika melenceng dari keyakinan, rasa takut jika melanggar aturan-aturannya, rasa disayang Tuhan karena dengan keyakinan tersebut, rasa keharusan melakukan sesuatu dari keyakinan tersebut dan rasa-rasa lainnya.

6. Dus, intinya dalam hidup ini bagaimana kita mampu mengolah rasa, mengetahui rahasia rasa dan bagaimana memperdayakannya ke dalam kehidupan agar kita paham isi dari banyaknya kulit yang bertebaran di kehidupan ini. Petuah orang jaman dahulu agar kita sering mengolah rasa, mungkin inilah salah satu tujuannya yaitu supaya tidak terjebak pada dogma-dogma pikiran yang dihasilkan kulit/penampakan sehingga membelenggu pola pikir dan perbuatan, sehingga dapat menjadi manusia yang fanatism, fatalism dan primordialism.
 
7. Kami ambilkan hasil dari salah satu meditasi yang pernah kami ikuti. Meditasi attunement khodam Tuhan, yup betul meditasi attunement khodam Tuhan yaitu memasukkan Tuhan ke dalam diri kita. Tujuan utamanya adalah mencari siapa sebenarnya Tuhan kita. Apa yang terjadi setelah meditasi adalah di luar dugaan. Suatu saat di dalam meditasi seperti ada suatu penglihatan, namun kita sendiri terkejut seperti takut melihatnya sehingga segera saja menyadarkan diri. Setelah kami konsultasikan ternyata penglihatan tersebut adalah diri kita sendiri. Yup betul diri kita sendiri. Kita terkejut karena melihat diri sendiri. Maunya melihat Tuhan, ternyata yang dirasakan cuma emosi (rasa) dan ujungnya adalah bertemu aku/ingsun/ego yaitu simbol dari diri sendiri. Seperti itulah proyeksi Tuhan yang selama ini kita sembah dan kita cari, namun selama ini kita tidak mau menghadapinya serta kita tidak mau mengakuinya bahwa diri kita inilah adalah Tuhan dari diri sendiri.

8. Kalau bisa kami sederhanakan, bahwasanya Tuhan yang selama ini kita sembah ternyata berada dibalik ego/ingsun/aku. Aku inilah sebagai pemilik rasa dan rasa inilah yang selama ini kita cari-cari di kehidupan. Aku sebagai pemilik rasa tentu sebagai esensi yang hidup, karena hanya yang hidup mampu menghasilkan rasa. Aku hidup menghasilkan rasa. Rasa hidup (muncul) menghasilkan keyakinan. Keyakinan kita genggam sebagai pegangan. Pegangan kita jalankan sebagai wujud bakti kepada Tuhan. Tuhan tersebut tentu kita yakini dengan sebuah rasa. Rasa bahwa Tuhan Maha Besar, Maha Berkehendak, Maha Kuasa dan rasa-rasa lainnya. Kita paham bahwa rasa hanya muncul dari diri sendiri yang sengaja diciptakan oleh pikiran akibat dari berbagai aspek yang diterima pada tubuh. Inilah aku/ingsun/ego dengan segala rasa yang bisa dikeluarkan kemudian kita sembah menjadi Tuhan. Tuhan yang selama ini kita sembah adalah pemilik rasa yaitu diri sendiri. Kita inilah Tuhan yang kita sembah sendiri. Tidak ada apa-apa selain diri kita yang membentuk Tuhan dengan pikiran yang dibantu dengan kekuatan rasa. Sekali lagi kita menyembah Tuhan dengan rasa, dan rasa adalah aku/ingsun/ego, maka akulah Tuhan bagiku. Engkau tidak akan menyembah Tuhan yang aku sembah, dan aku tidak akan menyembah Tuhan yang engkau sembah (cuplikan surat Al Kafirun). Karena aku menyembah diri sendiri. Dan sampai kapanpun aku tidak akan menyembahmu, demikian juga kamu, sampai kapanpun tidak akan pernah menyembah aku. Kita menjadi Tuhan bagi diri kita sendiri.

9. Seperti juga yang telah tertulis dalam Suluk Linglung karya Sunan Kalijaga yang menceritakan tentang perjalanan spiritual Syeh Malaya (sunan kalijaga sendiri). Dalam perjalanan laku spiritual yang berat dan panjang, suatu saat beliau bertemu Nabi Khidir di tengah laut dalam perjalanannya menuju ke Baitullah (makkah) dengan berenang, singkat kata Sunan dilarang pergi ke Baitullah (makkah) dan kemudian beliau disuruh masuk ke dalam Nabi Khidir. Apa yang didapatinya adalah ruangan yang kosong tidak bertepi, disana sini melihat tidak ada apa-apa, juga tidak tahu arah, mana yang atas mana yang bawah. Yang didapati hanyalah diri sendiri dan sebuah perasaan (rasa) yang tidak dapat digambarkan (rasa sejati) sampai-sampai beliau (Sunan Kalijaga) tidak mau keluar di dalam ruangan (kondisi) tersebut. Demikian juga dalam cerita Bima dalam mencari air kehidupan sehingga bertemu dengan Dewa Ruci, yang kemudian disuruh masuk ke dalam Dewa Ruci. Juga tidak ada apa-apa didalamnya. Hanyalah dirinya dan sebuah rasa (rasa sejati).
 
10. Tentu saja cerita-cerita di atas dapat kita artikan dengan beragam makna. Arti yang dapat kami berikan adalah untuk mencapai Tuhan dapat ditempuh dengan masuk ke dalam diri sendiri. Kenapa harus masuk ke dalam diri sendiri? Itulah sebuah pertanyaan yang mendasar. Selama ini Tuhan yang kita yakini ternyata adalah sebuah proyeksi pikiran dan perasaan. Sedangkan pikiran dan perasaan adalah sebuah esensi yang menghambat untuk menuju pemurnian. Nah, ketika pemurnian telah terjadi maka disanalah muncul esensi yang sejati yaitu berupa ingsun/aku/ego. Aku inilah yang sampai kapanpun tidak akan terkena polusi kehidupan, kekokotoran dunia, Dialah Ingsun Sejati Yang Maha Suci yang ada pada setiap makhluk hidup dan segala sesuatunya.

11. Dus, kalau diamati bersama, dalam pencapaian-pencapaian spiritual semua orang meskipun terjadi dalam keyakinan (agama) yang berbeda-beda, ujung-ujungnya adalah satu titik yaitu tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali dirinya sendiri. Semuanya kosong, tiada, suwung. Semua simbol-simbol Tuhan, agama dan keyakinan telah melebur menjadi tiada dan menyadari hanya ada ingsun/aku di dunia ini. Ke segala arah memandang semuanya kosong, tiada. dan lagi-lagi bertemu dengan ingsun/aku. Akhirnya dia berucap: tidak ada apa-apa, yang ada ternyata bukan. Maka pepatah bijak mengatakan, lebih baik menjadi diri sendiri (menjadi tuan/Tuhan diri sendiri) atau memahami jati diri daripada mengikuti sesuatu yang ujung-ujungnya juga kembali kepada diri sendiri. Jadilah manusia yang sadar sesadar-sadarnya. Semoga bermanfaat.

Rahayu rahayu rahayu.
 
Terakhir diubah:
Rah Hayu..

"Gusti iku ora ono sing padho, mulo ojo nggambar-nggambarake wujuding Gusti.."
Tuhan itu tidak ada yg dapat nyamain, oleh karena itu tak perlu menggambarkan soal Tuhan..

demikian yg saya terima, demikian pula yg saya sampaikan..

Nuwun, Rah Hayu..
 
mbahe klo sudah bersabda ngeri, ya....
mbah.....
tak pipis dulu, ya....
yg ini tak sticky, ya....

Wah.. ente mod.. ini bukan sabda ane.
ente kan tau sabda ane cuma satu iaitu "Guru Kencing Berdiri, Murid kencing berlari".

Balik Maning saudara..
Mampukan kita mengabstraksikan tuhan dalam pikiran kita.
Dulu waktu ane kecil, abstraksi tuhan dalam pikiran ane adalah seperti raja yg duduk di singgasana.
Apalagi Lik Alaihim pernah ajarin ane baca ayat Kursi ke ane. Nah bayangan ane Tuhan duduk di Kursi mengawasi setiap umat manusia.
Nah, ternyata itu nurut bapak ane semua bukan Tuhan. Sesuatu yang ADA dan kita tau keberadaannya maka dia bukan Tuhan.
Contohnya angin, dia ada walaupun tak bisa diliat, namun keberadaanya bisa diketahui dan dirasakan.
Lebih dalam lagi jika kita sampai bisa merasakan kehadiran Tuhan, maka sesungguhnya itu bukan Tuhan.
Ane sungguh susah menjelaskan dalam bahasa Indonesia, Wejangan ini ku terima dalam bahasa jawa.
Cobalah Mod AL..
 
Terakhir diubah oleh moderator:
pelajaran terakhir sebelum ane ke bantul hari ini, ane dikasih ngelmu licet (ilmu mengintip).

kok mengintip?
iya....
katanya klo mengintip aja bisa bikin bintitan, apalagi dengan mata melek.
kenapa?
pertanyaannya itu mengapa?

oh ok...
katanya...
klo dari cerita orang, orang jawa bilang "jarene wong" itu artinya kita tidak tahu.sendiri. klo tidak tahu sendiri, kita tetap tidak tahu yang sebenarnya. demikian juga ttg tuhan. klo kita tidak tahu sendiri (tahu, lho ya... bukan melihat...) maka kita harus lebih mempertanyakan. mempertanyakan apa?
ya mempertanyakan apa yang tidak diketahui.
lha, bertanya kepada siapa?
ya kepada yang bisa ditanya.
siapa yang bisa ditanya?
ya yang bersedia menjawab.
siapa yang bersedia menjawab?
yang bersedia menjawab itu biasanya yang tahu.
berarti yang tahu memberi tahu yang tidak tahu?
iya.
brarti yang tidak tahu bisa tahu dari yang tahu?
iya.
siapa yang tidak tahu?
yang tidak tahu adalah yang tidak bertanya.
mengapa tidak bertanya?
sebab sudah tahu jawabannya.
sudah tahu atau tidak mau tahu?
aaaahhhhh.....

semua pertanyaan mbulet itu tidak bakal ada ujungnya jika masih dilanjutkan bertanya dengan cara verbal dan literal seperti itu.
mengintip itu adalah usaha. bukan hanya bertanya, tapi berusaha.
berusaha mencari tahu.
apakah akan ketemu?
jika kamu mencari yang masih berbentuk atau berupa materi, artinya kamu masih belum meninggalkan ke "dunia" an. masalah dunia/ material itu yang akan menghalangi pertemuan ilahiah.
jadi, harus mencari yang bukan berupa materi?
iya.
apakah itu?
lakukan,.maka akan kamu ketahui.
jika kamu mencari, ada kemungkinan akan ketemu. akan tetapi bukan kamu yang akan menemukan.
lho?
kamu yang akan ditemukan.
oh...
klo kamu mencari dan berharap ketemu, maka kamu tidak akan menemukan.
oh.
ingat itu....
carilah, dan biarkanlah.

berat bener ilmu per ngintip an ini.
ane lalu pamit, dan menyusul rekan prasojo ke parangkusumo.

pastur, ane baru ingat, ayat kursi yang ane sampaikan itu ternyata keliru. bukan yang itu sebenernya. tapi....

ah, sudahlah....
 
Terakhir diubah oleh moderator:
aku tadinya ga paham. tp aku mulai paham pas baca alquran lagi. ada disitu yg bilang tuhan tidak dimana-mana tp juga ada dimana-mana. gmana cara nyarinya klo kaya gitu?
trus ada lg. tuhan itu tidak jauh dr kamu. dia lebih dekat dr urat nadi di lehermu.
brarti ada di dlm diri aku dong.
tuhan ada di dlm manusia.
manusia itu tuhan.
itu aku baca di alquran.
nanti aku coba baca di bible.
 
Wah.. kalau begitu bisa dibenarkan, bahwa org2 yg membela Tuhan itu sebenarnya adalah membela diri sendiri ya. Toh Tuhan sejatinya adalah aku/ego.
Dan saat membunuh org lain artine jg membunuh Tuhan org itu.
 
aku baru abis nonton film india judulnya PK. coba nonton itu deh. bagus banget.
ada alien yg nyari Tuhan.
bagus pokoknya. aku suka.
 
Wah.. kalau begitu bisa dibenarkan, bahwa org2 yg membela Tuhan itu sebenarnya adalah membela diri sendiri ya. Toh Tuhan sejatinya adalah aku/ego.
Dan saat membunuh org lain artine jg membunuh Tuhan org itu.



sangat jauh om bila di bandingkan aku/ego

klw ego/nafsu itu sama sederajat om
 
aku tadinya ga paham. tp aku mulai paham pas baca alquran lagi. ada disitu yg bilang tuhan tidak dimana-mana tp juga ada dimana-mana. gmana cara nyarinya klo kaya gitu?
trus ada lg. tuhan itu tidak jauh dr kamu. dia lebih dekat dr urat nadi di lehermu.
brarti ada di dlm diri aku dong.
tuhan ada di dlm manusia.
manusia itu tuhan.
itu aku baca di alquran.
nanti aku coba baca di bible.


emhhhhhh
agak paham
:D
jadi gitu toh
 
@KTW :
jodoh, rejeki, dan mati.
mengacaukan tatanan, 3 hal itu saat kita membunuh / bunuh diri. takdir berubah, tapi skenario Tuhan tak semudah itu dikacaukan. selalu ada konsekuensi dari niatan dan keadaan dalam keEsaan Nya.
@salah :
kenapa di cari?
apakah kamu kehilangan Tuhan mu?
atau kau tidak menyadari keberadaan Nya.
rasakan dg kematian, yaitu mati nya panca indra dalam khusuk.
:)
colek om irwan, sungkem :ampun:
 
10. Tentu saja cerita-cerita di atas dapat kita artikan dengan beragam makna. Arti yang dapat kami berikan adalah untuk mencapai Tuhan dapat ditempuh dengan masuk ke dalam diri sendiri. Kenapa harus masuk ke dalam diri sendiri? Itulah sebuah pertanyaan yang mendasar. Selama ini Tuhan yang kita yakini ternyata adalah sebuah proyeksi pikiran dan perasaan. Sedangkan pikiran dan perasaan adalah sebuah esensi yang menghambat untuk menuju pemurnian. Nah, ketika pemurnian telah terjadi maka disanalah muncul esensi yang sejati yaitu berupa ingsun/aku/ego. Aku inilah yang sampai kapanpun tidak akan terkena polusi kehidupan, kekokotoran dunia, Dialah Ingsun Sejati Yang Maha Suci yang ada pada setiap makhluk hidup dan segala sesuatunya.

11. Dus, kalau diamati bersama, dalam pencapaian-pencapaian spiritual semua orang meskipun terjadi dalam keyakinan (agama) yang berbeda-beda, ujung-ujungnya adalah satu titik yaitu tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali dirinya sendiri. Semuanya kosong, tiada, suwung. Semua simbol-simbol Tuhan, agama dan keyakinan telah melebur menjadi tiada dan menyadari hanya ada ingsun/aku di dunia ini. Ke segala arah memandang semuanya kosong, tiada. dan lagi-lagi bertemu dengan ingsun/aku. Akhirnya dia berucap: tidak ada apa-apa, yang ada ternyata bukan. Maka pepatah bijak mengatakan, lebih baik menjadi diri sendiri (menjadi tuan/Tuhan diri sendiri) atau memahami jati diri daripada mengikuti sesuatu yang ujung-ujungnya juga kembali kepada diri sendiri. Jadilah manusia yang sadar sesadar-sadarnya. Semoga bermanfaat.

Rahayu rahayu rahayu.

saya pikir yang nimbrung di forum ini gak ada yang macem sampean suhu pastur. hehehe good lah.
 
@KTW :
jodoh, rejeki, dan mati.
mengacaukan tatanan, 3 hal itu saat kita membunuh / bunuh diri. takdir berubah, tapi skenario Tuhan tak semudah itu dikacaukan. selalu ada konsekuensi dari niatan dan keadaan dalam keEsaan Nya.
@salah :
kenapa di cari?
apakah kamu kehilangan Tuhan mu?
atau kau tidak menyadari keberadaan Nya.
rasakan dg kematian, yaitu mati nya panca indra dalam khusuk.
:)
colek om irwan, sungkem :ampun:



yee colek2
cium nih:genit::alamak:
=))
 
Ahay..
tadi malam, ane Exe istri dengan Kusyuk..
Ane Kusyuk dari sekitar jam 22.00 - 24.00
Sungguh sangat nikmat..
istri ane berhatsil menidurkan anak-anak lebih cepat, di lanjutkan mengkusyuk ane dari bagian kaki sampai kepala, trus ane di exe istri ane.
Bagi yang percaya.. ini adalah ibadah ternikmat di dunia..
Sambil ML istri ane sering mengguman..
"ya allah, enak bangetzzz.."
jaman dulu ane begitu cemburu dengan allah, begitu berani dia menyetubuhi istri ane, sampe waktu istri ane ML sama ane pun di sebut-sebut.

hanya ane tak berani bertanya sama istri ane, gimana sih wajah allah, ganteng banget yak.

Sampai ane sadar, ternyata allah itu ...

(kusyuk : pijat)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd