Avian Coccidiosis (koksidiosis) merupakan penyakit usus yang disebabkan oleh protozoa parasit Genus Eimeria (Allen dan Fetterer, 2002). Eimeria berkembang biak di saluran pencernaan dan menyebabkan kerusakan jaringan (Calnek dkk., 2001). Koksidiosis pada ayam berlokasi pada dua tempat yaitu di sekum (caecal coccidiosis) yang disebabkan oleh E. tenella dan di usus (intestinal coccidiosis) yang disebabkan oleh delapan jenis lainnya (Jordan dkk., 2001). Koksidiosis merupakan salah satu penyakit yang banyak mendatangkan masalah dan kerugian pada peternakan ayam. Kerugian yang ditimbulkan meliputi kematian (mortalitas), penurunan berat badan, pertumbuhan terhambat, nafsu makan menurun, produksi daging turun, meningkatnya biaya pengobatan, upah tenaga kerja dan lain-lain. Kerugian yang ditimbulkan dapat menghambat perkembangan peternakan ayam dan menurunkan produksi protein hewani, oleh karena itu pengendalian koksidiosis pada ayam perlu mendapat perhatian (Tabbu, 2006).
1. GEJALA KLINIS
Spesies yang berbeda akan memberikan gejala klinis yang berbeda pula, gejala klinis yang ditimbulkan bervariasi pada infeksi bermacam spesies dan juga pada banyak sedikitnya jumlah koksidia yang menginfeksi dan resistensi hospes. Spesies yang kurang pathogen tidak atau sedikit menunjukan gejala klinis. Gejala klinis dari penyakit ini yang disebabkan parasit
Eimeria tenella adalah :
a. Ekskreta berdarah dan mencret.
b. Nafsu makan kurang.
c. Sayap terkulasi.
d. Bulu kusam.
e. Menggigil kedinginan.
2. PENYEBAB
Koksidiosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang bernama Eimeria sp famili Eimeriidae atau yang lebih sering dikenal dengan penyakit berak darah, dimana Eimeria ini mengivestasi bibit mikroorganisme kedalam sel tubuh sehingga melahirkan gangguan kesehatan infestasi klinis yang merusakkan jaringan pencernaan terutama usus. Akibatnya terjadi pada proses pencernaan berupa gangguan metabolisme dan penyerapan zat makanan, bahkan kehilangan darah dari rusaknya jaringan usus, dan hampir pasti rentan terhadap penyakit lain.
3. DIAGNOSA
Diagnosa sangkaan terhadap koksidiosis dapat di dasarkan atas gejala klinik, perubahan patologik yang berhubungan dengan lokasi sejumlah besar ookista atau stadium aseksual Eimeria (sporozoit, merozoit, skison) dan riwayat kasus Tabbu, (2006). Diagnosa laboratorium dapat dilakukan dengan melakukan uji natif, uji apung dan uji sentrifus terhadap feses yang diduga terinfeksi Eimeria, Sp.
4. UMUR YANG DISERANG
Koksidiosis pada sekum oleh Eimeria tenella paling sering terjadi pada ayam muda berumur 4 minggu, karena umur tersebut adalah umur yang paling peka. Ayam yang berumur 1-2 minggu lebih resisten, walaupun demikian Eimeria tenella
dapat juga menginfeksi ayam yang sudah tua. Ayam yang sudah tua umumnya memiliki kekebalan imunitas akibat sudah terinfeksi sebelumnya. Pada umumnya koksidiosis sekum terjadi akibat infeksi berat dalam waktu yang relative pendek tidak lebih dari 72 jam. Pada ayam umur 1-2 minggu diperlukan 200.000 ookista untuk menyebabkan kematian, dan diperlukan 50.000-100.000 ookista untuk menyebabkan kematian pada ayam yang berumur lebih tua. Pada kelompok ayam, mula-mula gejala terlihat 72 jam setelah infeksi. Ayam terkulai, anoreksia, berkelompok agar badannya hangat dan hari keempat sesudah infeksi terdapat darah di dalam tinja. Darah paling banyak ditemukan pada hari kelima dan keenam sesudah infeksi dan menjelang hari kedelapan atau kesembilan ayam sudah mati atau dalam tahap persembuhan. Kematian paling tinggi terjadi antara hari keempat dan keenam karena kehilangan banyak darah. Kematian kadang-kadang terjadi tanpa diduga. Jika ayam sembuh dari penyakit akut maka penyakit akan bersifat kronis.
5. PENULARAN
Penyakit ini dapat ditularkan secara mekanik malalui pekerja kandang, peralatan yang tercemar atau dalam beberapa kasus yang pernah terjadi dapat disebarkan melalui debu kandang dan litter dalam jangkauan pendek. Berat tidaknya penyakit ini tergantung dari jumlah protozoa yang termakan.
6. PENGOBATAN
Untuk pengobatannya dapat dilakukan dengan cara pemberian larutan amprolium atau sulfonamide dalam air minum dan pemberian air yang dapat mensuspensi suplemen vitamin A dan K dapat mempercepat proses penyembuhan.
7. PENCEGAHAN
Untuk pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Sanitasi dan ventilasi kandang harus baik.
b. Pengangkatan litter setiap kali panen pada broiler.
c. Lantai kandang dicuci pakai air untuk membersihkan kotoran, pencucian tahap kedua dengan deterjen.
d. Menaburkan bubuk kapur di dalam kandang.
e. Peralatan feeder dan drinker dicuci sebersih mungkin.
f. Kandang difumigasi dengan formalin 10%.
g. Melakukan istirahat kandang 7-21 hari.
8. PENGENDALIAN
Pengendalian koksidiosis pada ayam di Indonesia umumnya dilakukan dengan pemeliharaan kebersihan, pemberian koksidiostat yang dicampurkan dalam makanan atau air minumnya, dan penggunaan vaksin koksidia. Pengendalian koksidiosis dengan pemberian koksidiostat harus diikuti cara dan takaran yang telah ditentukan agar tidak menimbulkan efek samping, bahwa pemakaian satu macam koksidiostat yang terus menerus dalam pakan ayam dapat menimbulkan galur coccidia yang tahan terhadap kokidiostat tersebut (Tabbu, 2006). Antikoksidia
dapat menimbulkan resistensi terhadap koksidiosis. Industri farmasi ada usaha untuk mengatasi masalah resistensi koksidiosis pada unggas (Allen dan Fetterer, 2002).
9. KERUGIAN
Kemungkinan kerugian yang ditimbulkan dari penyakit ini jelas terjadi berupa kemerosotan produksi yang cukup signifikan, serta menjadi pemicu gagalnya program vaksinasi, dengan titer antibody yang diperoleh akan rendah dan tidak optimal dapat memicu timbulnya penyakit lain seperti ND, Gumboro, Mareks bahkan Coryza atau biasa yang disebut infeksi sekunder.