semprotcangcut
Semprot Baru
- Daftar
- 9 Jul 2025
- Post
- 29
- Like diterima
- 190
Di sebuah kampung bernama Kampung Pelik, tinggallah seorang pemuda bernama Ucup. Ia bukan pemuda biasa. Bukan juga luar biasa. Tapi anehnya, setiap ada kejadian aneh di kampung, pasti ada Ucup di situ. Seolah-olah semesta menjadikannya pusat dari segala keanehan yang tak perlu dijelaskan.
Suatu pagi, Ucup sedang menyapu halaman rumah dengan gayanya yang khas—pakai celana pendek bolong dan kaos bertuliskan “I Love Bakso”. Saat dia hendak membuang sampah ke tong, ia melihat seekor kucing duduk dengan tenang di atas sandal jepit sebelah kanan miliknya.
Kucing itu menatapnya tajam. Tidak takut. Tidak kabur. Bahkan... menguap, seperti bosan.
“Heh, minggir woy. Itu sandal orang!” seru Ucup sambil menggoyangkan sapunya.
Tiba-tiba kucing itu menjawab, “Tenang aja, Cup. Gue cuma numpang sebentar. Sandal lo enak buat refleksi.”
Ucup membeku. Tubuhnya tidak bergerak. Otaknya loading. Jantungnya seperti ingin lompat ke halaman tetangga.
“Ya Allah… aku belum sarapan, masa udah halu?” gumamnya.
Kucing itu kembali bicara, “Lo gak halu, Cup. Gue emang bisa ngomong. Gue bukan kucing biasa. Nama gue Tumpal, dan gue lagi dihukum tinggal di bumi karena ketahuan nyolong ikan sarden di Planet Meowtron.”
Ucup memilih tidak pingsan. Dia sudah cukup sering pingsan selama hidupnya, dan kali ini dia memutuskan untuk mencoba bertahan. Dengan suara pelan ia bertanya, “Oke, jadi... lo alien?”
“Alien itu istilah manusia. Kami nyebut diri kami Meowlanian. Dan lo Cup, adalah manusia pertama yang bisa gue ajak ngobrol karena lo punya aura... ****** alami,” jawab Tumpal sambil membersihkan kakinya dengan lidah.
Percakapan itu berlanjut sampai sore. Tumpal menceritakan petualangannya menjelajahi galaksi, kabur dari utang, dan akhirnya dijatuhkan ke bumi dengan tubuh kucing kampung sebagai hukuman. Ia bilang dia cuma punya satu tugas tersisa: menemukan manusia dengan hati paling tulus tapi otak paling ngawur, untuk diberikan satu permintaan ajaib. Dan ya, dari semua manusia di bumi… dia memilih Ucup.
Tanpa pikir panjang, Ucup langsung bilang, “Gue mau kentut gue wangi.”
Tumpal kaget. Dia mengira permintaan Ucup akan seperti “menjadi kaya”, “punya jet pribadi”, atau “bisa teleportasi ke warteg”. Tapi tidak. Ucup memilih kentut wangi.
“Lo yakin?” tanya Tumpal, serius.
“Yakin banget. Bayangin, kalo gue lagi di angkot, terus kentut, orang malah bilang ‘Ih... kayak wangi bunga sedap malam’, bukan ‘SIAPA YANG KENTUT KAYAK TELUR BUSUK!?’.”
Dan seketika itu juga, Ucup resmi menjadi manusia pertama yang punya kentut beraroma mawar vanila.
Awalnya Ucup senang. Dia mengetesnya di kamar, lalu di dapur, lalu di warung depan rumah. Setiap kali dia kentut, orang-orang memuji: “Wangi banget! Siapa masak parfum?” Bahkan tetangga sebelah, Bu Isah, mulai rutin duduk di pagar rumah Ucup dengan alasan “cari angin”.
Tapi hari-hari damai itu tidak berlangsung lama. Keanehan mulai terjadi. Orang-orang mulai ketagihan. Setiap pagi, antrian terbentuk di depan rumah Ucup. Ada yang bawa kipas, ada yang bawa botol, bahkan ada yang rekam video sambil live:
Ucup mulai stres. Ia tidak bisa buang angin dengan tenang. Bahkan kentut di kamar mandi pun direkam dari ventilasi oleh wartawan lokal.
Puncaknya, seorang ilmuwan terkenal dari Jakarta bernama Prof. Dr. Gundul Habibie datang ke kampung. Ia membawa alat aneh berbentuk corong raksasa dan berkata, “Ucup, kentut lo adalah sumber energi terbarukan! Bayangkan… satu kentut lo bisa nyalain satu kota!”
Ucup hanya bisa mengangguk sambil garuk-garuk kepala.
Tak lama kemudian, berdirilah pabrik pertama di dunia yang khusus menangkap kentut Ucup, lalu mengolahnya menjadi parfum, gas wangi, dan pengharum toilet dengan nama merek “UCUPFUME – Angin Surgawi”.
Bisnisnya meledak. Ucup jadi kaya. Tapi lelah. Tiap hari harus makan tahu, rebus telur, minum susu kedelai, semua demi produksi kentut.
Hidupnya tidak lagi bebas. Semua dikontrol. Bahkan ada jadwal buang angin yang diatur oleh manajer.
Sampai suatu malam, Ucup berdiri di atap rumahnya, memandang langit dan berkata pelan:
“Kenapa ya… manusia tuh gampang banget mabuk sama bau wangi, sampai lupa kalau aku cuma pengen kentut dengan damai...”
Di tempat lain, jauh di galaksi, Tumpal duduk di kursi kerajaan Planet Meowtron, menatap layar hologram Ucup, lalu bergumam:
Dan dengan itu, Tumpal pun memanggil seluruh pasukan Meowlanian.
“Siapkan armada. Kita harus kembali ke bumi. Kentut Ucup sudah terlalu kuat… Ini bukan sekadar bau... ini ancaman galaksi.”
(BERSAMBUNG)
Suatu pagi, Ucup sedang menyapu halaman rumah dengan gayanya yang khas—pakai celana pendek bolong dan kaos bertuliskan “I Love Bakso”. Saat dia hendak membuang sampah ke tong, ia melihat seekor kucing duduk dengan tenang di atas sandal jepit sebelah kanan miliknya.
Kucing itu menatapnya tajam. Tidak takut. Tidak kabur. Bahkan... menguap, seperti bosan.
“Heh, minggir woy. Itu sandal orang!” seru Ucup sambil menggoyangkan sapunya.
Tiba-tiba kucing itu menjawab, “Tenang aja, Cup. Gue cuma numpang sebentar. Sandal lo enak buat refleksi.”
Ucup membeku. Tubuhnya tidak bergerak. Otaknya loading. Jantungnya seperti ingin lompat ke halaman tetangga.
“Ya Allah… aku belum sarapan, masa udah halu?” gumamnya.
Kucing itu kembali bicara, “Lo gak halu, Cup. Gue emang bisa ngomong. Gue bukan kucing biasa. Nama gue Tumpal, dan gue lagi dihukum tinggal di bumi karena ketahuan nyolong ikan sarden di Planet Meowtron.”
Ucup memilih tidak pingsan. Dia sudah cukup sering pingsan selama hidupnya, dan kali ini dia memutuskan untuk mencoba bertahan. Dengan suara pelan ia bertanya, “Oke, jadi... lo alien?”
“Alien itu istilah manusia. Kami nyebut diri kami Meowlanian. Dan lo Cup, adalah manusia pertama yang bisa gue ajak ngobrol karena lo punya aura... ****** alami,” jawab Tumpal sambil membersihkan kakinya dengan lidah.
Percakapan itu berlanjut sampai sore. Tumpal menceritakan petualangannya menjelajahi galaksi, kabur dari utang, dan akhirnya dijatuhkan ke bumi dengan tubuh kucing kampung sebagai hukuman. Ia bilang dia cuma punya satu tugas tersisa: menemukan manusia dengan hati paling tulus tapi otak paling ngawur, untuk diberikan satu permintaan ajaib. Dan ya, dari semua manusia di bumi… dia memilih Ucup.
Tanpa pikir panjang, Ucup langsung bilang, “Gue mau kentut gue wangi.”
Tumpal kaget. Dia mengira permintaan Ucup akan seperti “menjadi kaya”, “punya jet pribadi”, atau “bisa teleportasi ke warteg”. Tapi tidak. Ucup memilih kentut wangi.
“Lo yakin?” tanya Tumpal, serius.
“Yakin banget. Bayangin, kalo gue lagi di angkot, terus kentut, orang malah bilang ‘Ih... kayak wangi bunga sedap malam’, bukan ‘SIAPA YANG KENTUT KAYAK TELUR BUSUK!?’.”
Dan seketika itu juga, Ucup resmi menjadi manusia pertama yang punya kentut beraroma mawar vanila.
Awalnya Ucup senang. Dia mengetesnya di kamar, lalu di dapur, lalu di warung depan rumah. Setiap kali dia kentut, orang-orang memuji: “Wangi banget! Siapa masak parfum?” Bahkan tetangga sebelah, Bu Isah, mulai rutin duduk di pagar rumah Ucup dengan alasan “cari angin”.
Tapi hari-hari damai itu tidak berlangsung lama. Keanehan mulai terjadi. Orang-orang mulai ketagihan. Setiap pagi, antrian terbentuk di depan rumah Ucup. Ada yang bawa kipas, ada yang bawa botol, bahkan ada yang rekam video sambil live:
“Hai guys! Hari ini kita ngendus kentutnya Ucup! Jangan lupa like dan subscribe yaa~”
Ucup mulai stres. Ia tidak bisa buang angin dengan tenang. Bahkan kentut di kamar mandi pun direkam dari ventilasi oleh wartawan lokal.
Puncaknya, seorang ilmuwan terkenal dari Jakarta bernama Prof. Dr. Gundul Habibie datang ke kampung. Ia membawa alat aneh berbentuk corong raksasa dan berkata, “Ucup, kentut lo adalah sumber energi terbarukan! Bayangkan… satu kentut lo bisa nyalain satu kota!”
Ucup hanya bisa mengangguk sambil garuk-garuk kepala.
Tak lama kemudian, berdirilah pabrik pertama di dunia yang khusus menangkap kentut Ucup, lalu mengolahnya menjadi parfum, gas wangi, dan pengharum toilet dengan nama merek “UCUPFUME – Angin Surgawi”.
Bisnisnya meledak. Ucup jadi kaya. Tapi lelah. Tiap hari harus makan tahu, rebus telur, minum susu kedelai, semua demi produksi kentut.
Hidupnya tidak lagi bebas. Semua dikontrol. Bahkan ada jadwal buang angin yang diatur oleh manajer.
Sampai suatu malam, Ucup berdiri di atap rumahnya, memandang langit dan berkata pelan:
“Kenapa ya… manusia tuh gampang banget mabuk sama bau wangi, sampai lupa kalau aku cuma pengen kentut dengan damai...”
Di tempat lain, jauh di galaksi, Tumpal duduk di kursi kerajaan Planet Meowtron, menatap layar hologram Ucup, lalu bergumam:
“Astaga... manusia ini bener-bener... Tapi ya... dia yang paling tulus yang pernah gue temuin.”
Dan dengan itu, Tumpal pun memanggil seluruh pasukan Meowlanian.
“Siapkan armada. Kita harus kembali ke bumi. Kentut Ucup sudah terlalu kuat… Ini bukan sekadar bau... ini ancaman galaksi.”
(BERSAMBUNG)