ETUDES BANDARA: Editorial
Dalam musik klasik, Etudes adalah serangkaian karya yang dibuat demi latihan teknik dan latihan jari. Demikian puisi ini ditulis dalam rangka melatih (kembali) menulis puisi. Saya bertemu kolega di yogya, lalu obrolan kami menyinggung soal sastra, dan soal sudah lama tidak menulis puisi. Atas ilham tersebut sorenya, ketika bertolak kembali ke Jakarta, di bandara adisutjipto, dengan handphone purba saya, saya menulis etudes ini. Secara proses, ini adalah latihan ketika dihadapkan keterbatasan layar sempit HP kuno, dan ruang terbatas status message facebook (saya mencoba ke twit**ter, tapi sedang sulit akses). Secara teknis, semua bahan, bunyi dan obyek di bandara saya rangkum jadi puisi. Terimakasih pada kolega Michan yang jadi ilham
ETUDES BANDARA NOMOR 1
Ruang tunggu
memberangkati jumpa
meniti jarak
menggapai puisi
Bandara Adisucipto
26 Februari 2013, 17:48
ETUDES BANDARA NOMOR 2
Pesawat-pesawat itu
hanya menggemuruh melintas
tanpa bisa memanggil rindu
yang sembunyi di mendung
Bandara Adisucipto
26 Februari 2013, 17:51
ETUDES BANDARA NOMOR 3
Domestic departures
Lampu-lampu dan tanda-tanda
jalan puisi tetap sunyi
halah kok cafenya mahal?
Bandara Adisucipto
26 Februari 2013, 17:59
ETUDES BANDARA NOMOR 4
Perhatian-perhatian
pesawat berbau galau
dengan tujuan tanda tanya
telah siap di sudut tatapmu
siapkan boarding pass
kalau masih punya
Bandara Adisucipto
26 Februari 2013, 17:51
ETUDES BANDARA NOMOR 5
Sebelum benakmu tinggal landas ke jelajah gelisah
tinggali aku nomor penerbangannya
biar bisa kulacak
dan kugandeng pulang
Bandara Adisucipto
26 Februari 2013, 18:22
ETUDES BANDARA NOMOR 6
Peraturan penerbangan
mengharuskan kami ragakan prosedur keselamatan
ini beneran mas
ga usah dijadiin bahan puisi
please, peace, aw aw
Bandara Adisucipto
26 Februari 2013, 18:27
Dalam musik klasik, Etudes adalah serangkaian karya yang dibuat demi latihan teknik dan latihan jari. Demikian puisi ini ditulis dalam rangka melatih (kembali) menulis puisi. Saya bertemu kolega di yogya, lalu obrolan kami menyinggung soal sastra, dan soal sudah lama tidak menulis puisi. Atas ilham tersebut sorenya, ketika bertolak kembali ke Jakarta, di bandara adisutjipto, dengan handphone purba saya, saya menulis etudes ini. Secara proses, ini adalah latihan ketika dihadapkan keterbatasan layar sempit HP kuno, dan ruang terbatas status message facebook (saya mencoba ke twit**ter, tapi sedang sulit akses). Secara teknis, semua bahan, bunyi dan obyek di bandara saya rangkum jadi puisi. Terimakasih pada kolega Michan yang jadi ilham
ETUDES BANDARA NOMOR 1
Ruang tunggu
memberangkati jumpa
meniti jarak
menggapai puisi
Bandara Adisucipto
26 Februari 2013, 17:48
ETUDES BANDARA NOMOR 2
Pesawat-pesawat itu
hanya menggemuruh melintas
tanpa bisa memanggil rindu
yang sembunyi di mendung
Bandara Adisucipto
26 Februari 2013, 17:51
ETUDES BANDARA NOMOR 3
Domestic departures
Lampu-lampu dan tanda-tanda
jalan puisi tetap sunyi
halah kok cafenya mahal?
Bandara Adisucipto
26 Februari 2013, 17:59
ETUDES BANDARA NOMOR 4
Perhatian-perhatian
pesawat berbau galau
dengan tujuan tanda tanya
telah siap di sudut tatapmu
siapkan boarding pass
kalau masih punya
Bandara Adisucipto
26 Februari 2013, 17:51
ETUDES BANDARA NOMOR 5
Sebelum benakmu tinggal landas ke jelajah gelisah
tinggali aku nomor penerbangannya
biar bisa kulacak
dan kugandeng pulang
Bandara Adisucipto
26 Februari 2013, 18:22
ETUDES BANDARA NOMOR 6
Peraturan penerbangan
mengharuskan kami ragakan prosedur keselamatan
ini beneran mas
ga usah dijadiin bahan puisi
please, peace, aw aw
Bandara Adisucipto
26 Februari 2013, 18:27