Rindu di Bawah Langit Jumat
Di bawah sinar Jumat yang hangat dan terang,
mentari bersenda di sela dedaunan muda.
Angin berhembus membawa bayang,
tentang dirimu yang tak pernah sirna dari sukma.
Burung-burung kembali dari zikir pagi,
menyisakan aroma rahmat di udara,
sementara aku masih di sini, sunyi —
menenun rindu dalam diam dan doa yang sabar.
Langit berkilau seperti senyummu yang tersimpan,
sejak perpisahan di senja berwarna jingga;
awan yang berarak perlahan di kejauhan
menjadi saksi betapa rinduku masih ada.
Hari Jumat datang dengan teduh dan damai,
suara azan mengetuk hati perlahan,
seolah berpesan: “Doakanlah ia di tempat yang jauh,
sebab kasih sejati tak butuh jarak untuk bertahan.”
Maka kuserahkan rinduku pada waktu dan sembah,
bersama bisikan lirih di sajadah cinta;
semoga di langit cerah yang sama,
kau pun merasakan getar yang sama — meski tanpa kata.
Di bawah sinar Jumat yang hangat dan terang,
mentari bersenda di sela dedaunan muda.
Angin berhembus membawa bayang,
tentang dirimu yang tak pernah sirna dari sukma.
Burung-burung kembali dari zikir pagi,
menyisakan aroma rahmat di udara,
sementara aku masih di sini, sunyi —
menenun rindu dalam diam dan doa yang sabar.
Langit berkilau seperti senyummu yang tersimpan,
sejak perpisahan di senja berwarna jingga;
awan yang berarak perlahan di kejauhan
menjadi saksi betapa rinduku masih ada.
Hari Jumat datang dengan teduh dan damai,
suara azan mengetuk hati perlahan,
seolah berpesan: “Doakanlah ia di tempat yang jauh,
sebab kasih sejati tak butuh jarak untuk bertahan.”
Maka kuserahkan rinduku pada waktu dan sembah,
bersama bisikan lirih di sajadah cinta;
semoga di langit cerah yang sama,
kau pun merasakan getar yang sama — meski tanpa kata.













