Bonjour...
Pagi cik
@angeline . Maaf lama tak mampir. Rin izin berbagi review penginapan yang murah, bagus dan menyenangkan hati.
Ketika kemarin Rin baru mendarat di Jakarta, Rin diculik ke sebuah penginapan oleh BabangGocar
@wednesdayaddams . Ini adalah penculikan yang menyenangkan karena Rin dibawa ke area di mana tersaji banyak pilihan makanan dan disekap plus plus di sebuah
guest house: Kinari Residence.
Sekilas bangunan Kinari Residence mengingatkan Rin akan sebuah rumah susun di daerah kota, nuansanya agak
rustic. Liftnya kecil dengan pintu tembus pandang, sehingga kita dapat melihat perjalanan kita naik ataupun turun. Keluar dari lift, disediakan dispenser aqua galon untuk para tamu mengisi ulang persediaan air. Berjalan menuju kamar, Rin merasa lorong-lorongnya seperti kos-kosan mahasiswa di daerah Jakarta Barat saat sedang lengang. Rapih. Senyap. Tidak ada AC ataupun iringan lagu penenang jiwa à la hotel berbintang sekian. Pintu kamar pun menggunakan kunci manual.
Agak terlihat kurang meyakinkan bukan? Namun ketika kamar dibuka, Rin langsung suka. Kamarnya ternyata luas. Pertama-tama kita disambut dengan dapur, beberapa peralatan makan sederhana, kulkas berukuran sedang (bukan yg minion) dan kompor gas. Di seberangnya ada kamar mandi dengan
shower, walau kecil namun tertata apik. Kami mendapat dua sikat gigi-odol juga sabun cair. Biasanya sabun mandi hotel rata-rata sama saja, berkualitas rendah dan wanginya terlupakan. Di Kinari sabunnya pesial, berwarna oranye mutiara, sudah
ph balance karena tidak bikin kulit kering gatal setelah mandi dan beraroma buah persik.
Selesai menginspeksi kamar mandi, kami memasuki ruang utama. Hal pertama yang berkesan adalah temboknya. Tembok di sini tidak rata, namun berkontur karena terbuat dari susunan bata2 besar yang dilabur dengan cat putih. Tidak hanya tembok yang putih, ranjang, kasur, seprei, bantal, serta lukisan dekoratif pun berwarna putih. Menurut Rin yang sotoy,
design seperti ini bernuansa urban perkotaan: menimbulkan efek lapang, seserhana, bersih, agak industrial namun tetap estetik. Kalau Rin tidak salah ingat, hotel Morrisey memiliki tembok dan interior serupa, tapi harganya jauh berbeda. Morrisey jelas mihil, sedang Kinari hanya 290k saja.
Sebelum kita menuju ranjang, ada lemari baju, di seberang lemari ada meja hitam untuk makan dan bekerja. Di meja ada sebuah sofa hitam untuk dua orang yang sejajar menghadap tivi. Sayang sofa tersebut terbuat dari kulit sintetik. Bahan ini permukaannya cenderung dingin. Rin kurang suka, karena ketika diduduki suhunya akan terasa kontras dengan patpat...
Cessh gitu.
Apalagi kamar ini ACnya dingin.
Sekarang kita menuju ranjang. Hal mendasar bagi Rin dalam menentukan tempat menginap adalah bantal, karena bantal sangat menentukan kualitas tidur kita. Bantal sebaiknya
fluffy dan akan lebih baik bila ada lebih dari dua. Kinari menyediakan empat bantal empuk, seprei dan selimut yang permukaannya halus sehingga kami bisa seperti berang-berang yang membangun dam, lantas tertidur dalam kegelapan cinta.
Rin tidak punya review soal sarapan hotel, karena biasanya kalau menginap, kami lebih suka wiskul di kawasan tersebut. Pagi itu Abang memesan sarapan bubur ayam Cina peranakan yang enak sekali. Namanya
bubur Pulen. Bubur ini mirip dengan bubur ayam à la nenek Rin yang dilengkapi dengan rajangan sayur asin. Perbedaannya ada sedikit tambahan jahe dan bawang putih oseng. Sebagai anak jahe, Rin lagsung hap hap hap..
Abang juga pesan cakwe mayo. Aduh ini juga sungguh TOP, Rin jarang suka makanan yang isinya udang atau
seafood pada umumnya, karena kerap kali rasanya amis, walau sedikit. Cakwe udang ini enggak loh, hanya ada semua rasa terbaik dari udang: gurih & wangi.
Aduh udah mulai cerita makanan...
Stop dulu ah.. nanti malah makin-makin dan Rin jadi cerita yang ena-ena..
Sekian & terima kasih. Semoga
review ini bisa membantu kawan-kawan yang membutuhkan penginapan di area BSD.