langit yang betul biru, sempurna.
pukul lima.
sejengkal sejengkal awan yang bergumpal hitam.
menyela sorotan atap pagi yang serupa matamu.
membuka mata dengan embun di ujung daun mawar.
lampu-lampu masih orange.
tidak ada bintang.
tapi, siapa yang mampu mengalahkan birunya pagi ini.
tidak ada kendaraan.
tidak ada orang melintas.
tidak ada suara burung.
tidak ada suara mendengkur.
tetesan air di atas kolam.
kabut yang menutup papan nama toko. hanya itu.
aku mengangkat kedua tangan. mengepalkan lengan.
menghirup semua yang beterbaran.
hidup yang indah.
lalu, membereskan kain penahan dingin. dan saputangan, yang basah semalaman.
pukul lima.
sejengkal sejengkal awan yang bergumpal hitam.
menyela sorotan atap pagi yang serupa matamu.
membuka mata dengan embun di ujung daun mawar.
lampu-lampu masih orange.
tidak ada bintang.
tapi, siapa yang mampu mengalahkan birunya pagi ini.
tidak ada kendaraan.
tidak ada orang melintas.
tidak ada suara burung.
tidak ada suara mendengkur.
tetesan air di atas kolam.
kabut yang menutup papan nama toko. hanya itu.
aku mengangkat kedua tangan. mengepalkan lengan.
menghirup semua yang beterbaran.
hidup yang indah.
lalu, membereskan kain penahan dingin. dan saputangan, yang basah semalaman.