Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Su-27 SM2/SM3, Varian Tercanggih

Iya jg sih suhu, hampir semua pembelian alutsista di dunia menggunakan acuan dolar. alternatif utk mengunakan metode barter bs sangat menguntungkan Indonesia dan masuk akal soalnya yg dipake barter merupakan komoditas export jg.
kasus pesawat kt ditukar beras thailand, menurut ane sangat memalukan soalnya sawah di Indonesia masih luas ini malah ditukar beras, lain cerita kl kt sdh ngak punya sawah lagi.

Iya suhu setau ane juga acuan Dolar, walau belinya dengan negara lain. Selain itu postur anggaran kita menggunakan Dolar sehingga kenaikan yang menggila ini berimbas pada sektor real juga. Ane juga sepakat dengan metode barter semoga aja berlanjut karena Pihak sana belum menindak lanjuti tawaran tersebut.

Yep kasus beras ketan itu rada konyol hehehe
 
ttg barter, gw prnh posting ini d detik dot com

princeville said:
imbal beli atw barter pd dasarny hany cara pembayaran yg didasarkan pd kebutuhan msng2 walo beda dlm hal pelaksanaanny dan justru ribet. pada dasarny imbal beli atw barter d lakukan dng saling bertukar barang kebutuhan dng jumlah yg di anggap dlm kesepakatan bersama antara kedua belah pihak memiliki nilai yg seimbang .

barter bisa dilihat pd case pembelian sukhoi pertama kali d mn rusia mengirimkan sukhoi dan indonesia mengirimkan hasil bumi. pertukaran barang dng barang
imbal balik sdikit berbeda d mn indonesia mmbeli sukhoi seharga XX dan rusia juga harus mmbeli produk indonesia senilai XX.
klihatanny sederhana tp ribet karena harus ad kesepakatan bersma ttg nilai barang dari kedua belah pihak. selain itu kesepakatan ttg cost di luar nilai barang tsb sprti tax barang keluar dan barang masuk d msng2 negara, cost shipping, insurance kerusakan barang dll. bndingkan jika pembayaran dng sistem transfer yg cost fee ny fix dan jelas.
kelebihanny adlh negara A bs memasarkan barang yg dibutuhkan negeri B dan tentuny mnjdi tmbhan nilai ekspor bgi negri A dan bisa jd sarana marketing agar continue diluar proses barter/imbal balik tsb. tp kmbali lg ke kbutuhan msng2 negara tentu ny
 
kl masih ada alternatif lain yang menguntungkan, menimbang nilai rupiah yg semakin terpuruk terhadap dolar
prinsip barter dengan menggunakan komoditas eksport sy kira lbh menguntungkan (komoditas eksport pake acuan dolar cuy...)
 
Russia sendiri mulai meninggalkan acuan dollar saat Rubbel mulai melemah

Begitu juga Indonesia mulai beralih menggunakan Rupiah dalam transaksi export import untuk menguatkan Rupiah

Kemungkinan barter bisa saja sperti jaman Pres. Megawati Su-27 dibarter dengan Minyak Sawit

Bila mengacu pertemuan Indonesia-Russia saat terakhir kali bisa juga kemungkinan pembelian melalui Rubel, selaku mata uang negara penjual. Dan kemungkinan mendapatkan harga lebih murah
 
Begitu juga Indonesia mulai beralih menggunakan Rupiah dalam transaksi export import untuk menguatkan Rupiah
Mas, untuk transaksinya benar pakai rupiah, namun nilai acuan tetap pakai Dolar. Misalnya nilai acuan APBN 2015 itu pakai kurs 12.500 sedangkan sekarang Dolar itu 13.500 jadi ada selisih disitu. Sedangkan tidak pernah di tentukan kurs yang digunakan saat transaksi pakai nilai tengah? nilai rata-rata atau nilai apa? maka terjadi beban selisih kurs yang selalu fluktuatif dimana selisih tersebut di bebankan pada pembeli yang terjadi adalah pembengkakan beban biaya. Kalau mau coba deh nilai acuannya beralih ke rubbel, berapa lama kita tahan? lha wong ekonomi dunia pake acuan dolar.

"Dollar accounted for approximately two-thirds of the world's foreign exchange reserves", as compared to about one-quarter held in euros"

So kayanya untuk beberapa waktu kedepan kita akan tatap mengacu pada Dolar tuh.

Selain itu Sementara harga jual Rosoboronexport juga pakai Dollar satu unit Sukhoi US$65 juta dungeon fuel cost per nautical mile mencapai 13.61 USD dan fuel cost pursuit 99,9 USD dengan asumsi 6 USD per galleon jet engine fuel. Jadi sebenarnya ga cuma beli nya kok, maintenance dan untuk terbangnya aja pake dollar Mas.

Kemungkinan barter bisa saja sperti jaman Pres. Megawati Su-27 dibarter dengan Minyak Sawit
Bisa kasih referensi waktu jaman Mega itu tuker sawit? yang saya tahu jaman Mega itu pembelian Sukhoi itu dengan skema lewat Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Menteri Perindustrian, sehingga keluar dari jalur Kemhan (statement Juwono Sudasono saat itu Menteri Pertahanan Indonesia setelah era pembelian Sukhoi itu). kalau nubi tidak salah pengadaan pesawat Sukhoi 30MK2 pada tahun 2003-2004 era Presiden Megawati Soekarnoputri diduga bermasalah karena pengadaan pesawat itu dilakukan dengan biaya di luar APBN alias di talangi oleh Bulog dan Pertamina
 
Setau ane pembelian sukhoi di jaman ibu mega (2003-2004) menggunakan skema counter trade yakni menukar kelapa sawit dengan sukhoi, namun karena sawit merupakan milik perusahaan swasta yang nantinya akan di bebankan pada APBN yg pd saat itu memang tdk ada pos untuk pembelian pesawat. Perjalanannya terjadi perdebatan dengan skema ini akirnya uang penggantian kelapa sawit itu diambil dari pos anggaran penanggulangan bencana alam.
Nah ini lah yang msh menimbulkan kontroversi sampai pd pemerintahan SBY (termasuk sorotan pengadaan sukhoi pd pemerintahan SBY yg disinyalir terjadi mark up), kl ngak salah SBY mengajak untuk mengaudit pengadaan sukhoi dr awal (saat megawati) sampai saat pemerintahannya.
 
Ya itu jawabanya...

Ga iya 100% seperti itu. Menurut penelusuran nubi di
Media dan dokumen laporan LSM ke KPK ini dia skema-nya:

Presiden Megawati Sukarnoputri menandatangani pembelian empat pesawat dan dua helikopter tempur buatan Rusia. Jet tempur yang akan diboyong ke Tanah Air masing-masing jenis Sukhoi Su-27 Flanker, Sukhoi Su-30MK, dan helikopter perang jenis MI-35. Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rini M. Suwandi ini statment 22 April.

Rini mengatakan, transaksi senilai US$ 193 juta itu dilakukan dengan cara imbal dagang berupa komoditas pertanian. Sebagai langkah awal, Rusia meminta 12,5 persen atau US$ 26 juta dari nilai imbal dibayar tunai. Sedangkan sisanya dilunasi dengan komiditas crude palm oil dan karet beserta produk turunannya. Pembayaran berupa komoditas ini diharapkan impas dalam waktu 18 bulan.

Ga 100% Barter, bayar juga pake USD
 
Ane sepakat soal acuan pembelian saat itu menggunakan dollar, dan hitungan barter tetap menggunakan komoditas ekspor yg acuannya dolar.
Soal barter (entah 100% ato berapa, tau ah gelap) dan komoditas apa sj yg dipake jg msh simpang siur (yg sdh pasti sih minyak sawit) yg jelas Kepala Bulog saat itu termasuk org yg memegang penaranan penting utk pembelian sukhoi. Dan saat itu tdk ada pos penganggaran utk pembelian pesawat dlm APBN
 
Habis saat itu kepepet

Anggaran minus dari jaman reformasi
10% pesawat siap tempur
Pembelian pesawat Ex AL Inggris tidak diberikan Inggris karena masih embargo
Dan pilihan saat itu yang terbaik adalah sukhoi family

Terlepas benar gak nya anggaran di pemerintahan, menurut ane ini pilihan terbaik saat itu dalam mengatasi krisis pesawat tempur

Ga ada pilihan terbaik lainnya selain Su-27/30 karena dari AS dan sekutu mengembargo.
Untuk China saat itu belum sebesar dan semaju sekarang, dan tidak ada kelas Su-27/30 yang di export China.
 
Habis saat itu kepepet

Anggaran minus dari jaman reformasi
10% pesawat siap tempur
Pembelian pesawat Ex AL Inggris tidak diberikan Inggris karena masih embargo
Dan pilihan saat itu yang terbaik adalah sukhoi family

Terlepas benar gak nya anggaran di pemerintahan, menurut ane ini pilihan terbaik saat itu dalam mengatasi krisis pesawat tempur

Ga ada pilihan terbaik lainnya selain Su-27/30 karena dari AS dan sekutu mengembargo.
Untuk China saat itu belum sebesar dan semaju sekarang, dan tidak ada kelas Su-27/30 yang di export China.

pesawat Ex AL Inggris??
 
ijin gabung diskusi, suhu.

mau nanya dulu, SU-27 nya Indonesia yang versi apa ya? 27D Flanker kah?
saya pernah liat di berita, Indonesia pesen ET (Eurofighter Typhoon) ya? beritanya sih 2014 dan rencana mulai dateng 2015.
pesen ETnya buat nemenin SU27/30 sebagai pesawat 'pemukul'.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd