RinChan
Pertapa Semprot
Puisi generasi analog emang ciamik.Sebuah pelarian jiwa
Ruang itu menjadi resah
Ya, ketika polusi gadget
Tak bisa lebih memuakkan lagi
Aku rindu kamu, telpon rumahku yang dulu
Warnanya hitam, tombolnya putih
Dulu itu, waktu aku belum ditawan mimpi-mimpiku
Aku rindu malam syahdu
Saat suara peluit putu dan denting panci
Dari kejauhan mendekat, lalu menjauh lagi
Bisa kuhayati, dan kumaknai: lapar
Aku menanti lagi, suara-suara belia
Dari balik pagar
Ya, suara sahabat-sahabatku
Memanggil namaku ngajak sepedaan
Meski PR ku jauh dari selesai
Aku mau seribu kali lagi tergelincir
Batang kelapa yang melintangi parit sejuk
Meski berakhir di sisiku torpedo kuning
Aku mau telingaku tuli
Dihujani suara petasan jangwe
Biar lututku berdarah-darah
Bercampur lumpur selokan
Atau tanah merah di lapangan bola
Biar aku mati di masa lalu itu
Sambil tersenyum
Meski belum tahu definisi 'selfie'
Aku mau mati disana
Dimana orang bersungguh-sungguh
Bukan tergesa mengambil hp di sakunya
Lalu menjadikan kematianku
Sumber like and comment
-sepertiga malam tanpa kopi sedari beberapa hari-
Kemana aja sih bang? Kangen puisi2nya! Tengkiu sudah mengingatkan rin pada masa kanak2 yang menyenangkan. Jadobkangen petasan + sepedaan. Sis @Lady Whistledown ada update ni, yok kitah rayakan dgn jajan sate kambing + sekaleng bir.