Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kumpulan puisi recehan saya

Sebuah pelarian jiwa


Ruang itu menjadi resah
Ya, ketika polusi gadget
Tak bisa lebih memuakkan lagi
Aku rindu kamu, telpon rumahku yang dulu
Warnanya hitam, tombolnya putih
Dulu itu, waktu aku belum ditawan mimpi-mimpiku
Aku rindu malam syahdu
Saat suara peluit putu dan denting panci
Dari kejauhan mendekat, lalu menjauh lagi
Bisa kuhayati, dan kumaknai: lapar
Aku menanti lagi, suara-suara belia
Dari balik pagar
Ya, suara sahabat-sahabatku
Memanggil namaku ngajak sepedaan
Meski PR ku jauh dari selesai
Aku mau seribu kali lagi tergelincir
Batang kelapa yang melintangi parit sejuk
Meski berakhir di sisiku torpedo kuning
Aku mau telingaku tuli
Dihujani suara petasan jangwe
Biar lututku berdarah-darah
Bercampur lumpur selokan
Atau tanah merah di lapangan bola
Biar aku mati di masa lalu itu
Sambil tersenyum
Meski belum tahu definisi 'selfie'
Aku mau mati disana
Dimana orang bersungguh-sungguh
Bukan tergesa mengambil hp di sakunya
Lalu menjadikan kematianku
Sumber like and comment

-sepertiga malam tanpa kopi sedari beberapa hari-
Puisi generasi analog emang ciamik. 😍
Kemana aja sih bang? Kangen puisi2nya! Tengkiu sudah mengingatkan rin pada masa kanak2 yang menyenangkan. Jadobkangen petasan + sepedaan. πŸ’ƒ Sis @Lady Whistledown ada update ni, yok kitah rayakan dgn jajan sate kambing + sekaleng bir.
 
Puisi generasi analog emang ciamik. 😍
Kemana aja sih bang? Kangen puisi2nya! Tengkiu sudah mengingatkan rin pada masa kanak2 yang menyenangkan. Jadobkangen petasan + sepedaan. πŸ’ƒ Sis @Lady Whistledown ada update ni, yok kitah rayakan dgn jajan sate kambing + sekaleng bir.
Halooow mpo @RinChan .. Ane masih di posisi semula, diantara toples gula & mecin.. Mpo jg udah ga nyumbang2 puisi lage?
 
Aku lg agak stuck abang 😭. Kudu kontemplasi dulu di pulau kapuk... πŸ˜… Lagi nyiapin project kolabs di reboan besok juga. Jangan lupa mampir ya, bang. 🀭
Oo di trit lejen satunya yaa.. Ahsiyap mpo.. Semoga lenjer eh lancar projectnyaa πŸ’ͺπŸ’ͺ
 
Kodok, Boni dan kami

Kami berhamburan ke halaman
Minggu pagi tersenyum
Kodok-kodok mulai bersandi
"Mereka lagi, huft"
Matahari menerobos dedaunan 'lemo-lemo'
Diantara rerumputan kami gerilya
Bersiap dengan ember kecil dihias kerikil dan air
Sesekali Boni penasaran mengendus tajam
"Ssst" Buruan kami lari nanti
Dan demikianlah minggu cerah itu berlalu
Dimana kecemasan hanya ketika
Tetangga ngembat kodok dari ember kami
Lalu diklaim sebagai kodoknya
Dan kesedihan tiba
Ketika sore menjelang
Karena Senin akan kembali
Dan bel sekolah menanti

-toko biji kopi masih tutup, huft-
 
Senja dan arus lampu

Senja waktu itu hangat tetapi dingin
Tahukah kamu, bedanya?
Yang kutahu, aku dan kamu sama mencinta
Di kelokan bawah sana, arus lampu merayapi bukit
Aroma pinus dan rumput basah disuguhkan angin
Aku bilang, ingin selalu begini
Ho oh, jawabmu singkat
Jemariku diremasmu
Dingin pastinya, apalagi?
Terlalu jauh kalau dimaknai
Sebagai takut berpisah
Malam menaungi topi kuplukmu
Arus lampu kian meriah
Tapi lalu, ada genangan air matamu
Menangkap kemeriahan arus lampu di bawah
Bahagia pastinya, apalagi?
Terlalu jauh kalau dimaknai
Sebagai ketidakpastian yang senantiasa mengintip
Atau bahwa these things are gone too far
Atau banyak lagi
Lalu kau bacanya semua itu
Dari tatapanku sejauh bukit gelap di timur
Kau ambil paksa wajahku
Dan kau curinya bibirku

-sepertiga malam yang hangat-
 
Salut sama puisi2 suhu. "Ingin mati di masa lalu"... Keren banget klausanya. :ampun:
Thanks supportnya suhu, hamba sesering mgkn coba ngambil jejak peristiwa real, lebih kena emosinya πŸ™ membuat kita menghargai keberadaan terkini, apapun keadaannya πŸ˜‡
 
Kebebasan kecilmu

Sini, raih genggam tanganku
Keluar dari belantara ini
Terus berlari, diantara himpitan pepohonan cemas
Di bawah kerlingan hantu-hantu masa lalu
Ikuti tuntunan hatimu, yang berkawan langit sore emas itu
Sampai kakimu menjelang pasir hangat
Meluas menapaki teras samudera
Disana, ada nyanyian merdu
Menembus gulungan ombak
Yang terlantun bernafaskan rindu
Disana, ada kebebasan kecilmu
Yang tak sempat kau artikan
Di malam-malam kemarin
Disana, ada resah yang terurai
Yang hendak dikekalkan nestapa
Tapi itu kemarin
Sebelum kau disini
Memeluk samudera raya
melambai pada Tuhan
Yang dikaburkan belantara tadi
 
Kebebasan kecilmu

Sini, raih genggam tanganku
Keluar dari belantara ini
Terus berlari, diantara himpitan pepohonan cemas
Di bawah kerlingan hantu-hantu masa lalu
Ikuti tuntunan hatimu, yang berkawan langit sore emas itu
Sampai kakimu menjelang pasir hangat
Meluas menapaki teras samudera
Disana, ada nyanyian merdu
Menembus gulungan ombak
Yang terlantun bernafaskan rindu
Disana, ada kebebasan kecilmu
Yang tak sempat kau artikan
Di malam-malam kemarin
Disana, ada resah yang terurai
Yang hendak dikekalkan nestapa
Tapi itu kemarin
Sebelum kau disini
Memeluk samudera raya
melambai pada Tuhan
Yang dikaburkan belantara tadi
Wah abang habis piknik nih kayanya.. 😍 Cakeps bang @Karawangbekasi !
 
Thanks apresiasinya mpo @RinChan πŸ™πŸ˜‰πŸ˜ piknik mingguan wajiblah.. Yg murmer2 aja dan ga lebih 10 mnt dr rumah.. Apaan tuh 🀣
Sami2, bang. Pengen piknik, tapi masih terlalu pagi & terik. πŸ™ˆ Ntar maleman deh ai pikniknya. Sekalian nulis puisi x ya. 🀭 Hmmm rin dpt ide: Mau janjian ga? Nulis bareng di jam yg sama, topik sama, misal: malam... Jadinya pic + puisi gitu.. 🀭 Biar faedah dikitlah pikniknya. Gimana? Tar kita postingnya tukeran, abang di aku, aku di abang. 🀭
 
Sami2, bang. Pengen piknik, tapi masih terlalu pagi & terik. πŸ™ˆ Ntar maleman deh ai pikniknya. Sekalian nulis puisi x ya. 🀭 Hmmm rin dpt ide: Mau janjian ga? Nulis bareng di jam yg sama, topik sama, misal: malam... Jadinya pic + puisi gitu.. 🀭 Biar faedah dikitlah pikniknya. Gimana? Tar kita postingnya tukeran, abang di aku, aku di abang. 🀭
Ide yg bagus.. Sy ikut senior aja penentuan detailnya πŸ™πŸ˜‰
 
Tidak ada apa-apa di masa depan

Sang kepala jenuh
Lantas menanyakan
Mengapa selalu menjamu masa lalu
Menghargainya dengan puisi-puisi
Baiklah kita menengok masa depan
Ya sudah, lalu kami, kepala dan aku
Memanjati dinding, bertengger di nok atap
Dan sejentik jari kemudian
Kami menyatu menembus langit malam
Menapaki lorong waktu
Dan tiba di sana, masa depan
Lantas, kami mengawang-awang
Di rimba gelap, daunnya melebihi malam
Tidak ada apa-apa di masa depan,
Tidak ada taman bermain
Tidak ada penjual gulali
Tidak ada pedagang kelontong gerobakan
Tidak ada apa-apa di masa depan,
Tidak ada bunga melati, kaca piring
Tidak ada pepohonan trembesi
Tidak ada padang ilalang
Tidak ada apa-apa di masa depan
Sudah puaskah wahai kepalaku
Masa lalulah tempat mengais
Sari kebahagiaan yang enggan menguap
Dan masa kinilah
Tempatku membaringkan jiwa letih
Mencampurkan sari kebahagiaan
Dalam kentalnya kopi

-sepertiga malam tanpa kopi (lagi) -
 
Tidak ada apa-apa di masa depan

Sang kepala jenuh
Lantas menanyakan
Mengapa selalu menjamu masa lalu
Menghargainya dengan puisi-puisi
Baiklah kita menengok masa depan
Ya sudah, lalu kami, kepala dan aku
Memanjati dinding, bertengger di nok atap
Dan sejentik jari kemudian
Kami menyatu menembus langit malam
Menapaki lorong waktu
Dan tiba di sana, masa depan
Lantas, kami mengawang-awang
Di rimba gelap, daunnya melebihi malam
Tidak ada apa-apa di masa depan,
Tidak ada taman bermain
Tidak ada penjual gulali
Tidak ada pedagang kelontong gerobakan
Tidak ada apa-apa di masa depan,
Tidak ada bunga melati, kaca piring
Tidak ada pepohonan trembesi
Tidak ada padang ilalang
Tidak ada apa-apa di masa depan
Sudah puaskah wahai kepalaku
Masa lalulah tempat mengais
Sari kebahagiaan yang enggan menguap
Dan masa kinilah
Tempatku membaringkan jiwa letih
Mencampurkan sari kebahagiaan
Dalam kentalnya kopi

-sepertiga malam tanpa kopi (lagi) -
Judulnya romantis banget. Baca ini d balkon gelap2an sungguh sesuatu. Bikin perasaan makin hampa aja. Hidup kesia2an!!! Hahaha.. Ciamik abangkuh. 😍
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd