Dunia kami
Tanah basah penghabisan musim ini
Memanggil kembali
Pendopo-pendopo bertiang kayu
Aula beratap rendah dengan jejeran angklung
Dan di sebelahnya, tak jarang kuberlutut
Menyalakan lilin, hanya sebatang
Lalu panjatkan Salam Maria
Kutatap ke lapangan kosong
Masih sama, kanak-kanakku berlarian
Diantara debu dan kelereng
'Papa sudah bewdoa'
Sejenak kutersadar
Aku, yang dulu berhamburan debu
Di lapangan kosong itu
Kini mewujud di hadapanku
Putraku yang dikasihi Tuhan
Ya, aku sering bilang
Padanya "kamu dan anak autis lainnya paling dikasihi Tuhan"
Kami pun berpamitan pada tempat itu
Aku, anakku dan kanak-kanakku
Dalam dunia kecil kami