Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

SHARE Pecinta Sepeda MTB, Share gowes kalian...

Keren ada trit gowes 🚲 🤩

1. Polygon hybrid heist 3.0
2. Jkt - Hambalang Bogor (-+30 km)
3. Terburuk pulang gowes typus 🤣 berkesannya lebih dekat dg alam, byk rute bersepeda menyuguhkan pemandangan indah 🍃🍃
Loh sampe tipes mbak? Kok bisa sih, terlalu ngepush apa gimana? Sebelum sepedaan istirahatnya kurang apa?
 
Yap, yg pasti kecapean ditambah perut kosong ngk sarapan dl. Selama perjalanan fine" aja, eh pas pulang oleng kapten 😅
Aku sih kalo udah jelas tidurnya kurang gabakal sepedaan, hr ga karuan, rasanya ga enak

Tapi ya 30km untuk ibu2 okeh lah 💪
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Oh tentu tidak kapok paman, kala itu kl sabtu shift kerja masih suka PP sepedaan jaktim-jakpus. Mayanlah bisa malmingan dl di Monas hehehe

Eits jgn salah dl itu pas gadis 🤭 sekarang udh emak" paling gowes ke tempat ngegym/ pasar...
Berarti tambah jauh ya mbak
Oh iya ding ke pasar sambil jualan jamu 🤦‍♂️
 
Sorry Hu kalo kepanjangan, hanya sekedar berbagi

Berawal dari obrolan iseng, Ane Jalil dan Adul berencana melakukan gowes nekad Bandung-Jogjakarta jarak tempuh kurang lebih 450km dari rumah kami di Bandung utara ke kabupaten Sleman Jogjakarta, kenapa kami sebut nekad, karena selain kami jarang gowes, juga karena postur kami yang tidak ideal bagi seorang goweser, ane tinggi 175 berat 85kg, Jalil168cm 87kg hanya Adul lah yg berpostur rada ideal diusianya yang hampir setengah abad.

Kamis 19 Februari 2015, jam 05:30 kami berangkat dari rumah kami, rasa kantuk sangat terasa karena malamnya ane baru bisa tidur jam 02:00, begitupula Adul yang baru pulang kerja jam 01:30.
singkat cerita sekitar jam 07:00 kami tiba di kawasan Rancaekek, macet parah gan.....setelah beberapa hari diguyur hujan, rancaekek banjir, kamipun menerobos banjir dan kemacetan yang luar biasa.
Setelah lolos dari kemacetan kami bertiga memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu,soto madura menjadi menu incaran kami, akhirnya tepat depan kantor BASARNAS JABAR, kami berhenti untuk sarapan, jujur aja gan seumur hidup ane makan soto di pinggir jalan, soto cak Syahrul inilah soto yg paling enak yg pernah ane rasakan, harganya murah gan cuma duabelas ribu rupiah untuk sepiring nasi dan soto ayam plus telor satu biji dan ati ampela.

Setelah makan, ane ganti sepatu yang basah dengan sandal gunung, sambil melumasi rantai sepeda kami yang kering karena menerjang banjir, jam 09:00 kami melanjutkan perjalanan.

Jam 10:30 kami bertiga sampai di pasar Limbangan, beristirahat sejenak untuk mempersiapkan diri melewati tanjakan Malangbong yang legendaris itu, setelah dirasa cukup, kami melanjutkan perjalanan kembali, Kayuhan demi kayuhan ane nikmati, tanpa terasa tanjakan malangbong telah berhasil ane lewati, jam 11:30 ane istirahat sebentar untuk memotret sepeda ane di gapura "Selamat Datang Di Kota Tasikmalaya"

dijalanan sebelum turunan Gentong, adul sudah menunggu, ane pun berhenti untuk istirahat, lalu tak lama berselang Jalil datang.
setelah istirahat, kami lanjutkan perjalanan menuruni turunan Gentong, sepeda kami pacu dengan ngebut ya iyalahhh bisa ngebut, lawong jalanan tuurun curam banget.
Jam 12:15 kami sampai di daerah Ciawi, kami putuskan untuk ISHOMA ( istirahat sholat makan ) sayur sop sepertinya nikmat, lalu kami mencari warung yang menjual sayur sop, dan binggo kami pun mendapatkan apa yang kami cari.
entah karena lapar atau karena cuaca yang panas saat itu kami rasa sayur sop yang kami makan terasa nikmat sekali.

Setelah ISHOMA, jam 13:30 kami lanjutkan perjalanan kami, tak terasa jam 15:30 kami tiba di kota Ciamis, hujan deras dan petir yang menggelegar memaksa kami untuk beristirahat menunggu hujan reda.
Kami pun menepi beristirahat di Alfamart sebelum alun alun ciamis.
Ada hal yang menggelikan bagi ane saat beristirahat di situ, ada seorang cewek yang bohay, tapi lucunya, tuh cewek mukanya putih banget, tapi leher dan lengannya rada item, dan ajaibnya dari lutut kebawah item bangett, dalam hati ane berkata, itu cewek apa rainbow cake bagi yang penasaran maaf ane gabisa liatin fotonya gan, menjaga privasi yang bersangkutan.

16:30 hujan tak kunjung reda, akhirnya kami memutuskan untuk menerjang hujan, akhirnya jam 18:15 kami tiba di Kota Banjar, kami makan nasi goreng pete, sambil berdiskusi mau nginep dimana, tadinya kami mau nginep di kantor PMI Banjar yang terkenal sangat wellcome bagi para goweser, saat sedang diskusi, tiba tiba Doni teman kami di lingkungan rumah menelponku, menyarankan untuk menemui Mang Ade agar nanti bisa bantu untuk cari penginapan.
Setelah makan kami menuju rumah Mang Ade yang letaknya sebelum kantor SAMSAT Banjar, rupanya mang Ade sudah standbye diteras rumah, menghentikan laju sepeda kami dengan teriakannya.
Kami beristirahat sejenak, ngobrol sama mang Ade sambil menikmati teh manis panas yg terasa nikmat sekali saat kami kedinginan setelah menerjang hujan.
Beberapa saat kemudian Mang ade membawa kami ke penginapan Putra Galuh.
terimakasih mang Ade atas bantuan dan keramahannya.
Setelah check in, kami mandi lalu nongkrong di teras kamar sambil menikmati kopi, tetangga kamar yg melihat kami ngobrol ikut larut dalam obrolan kami, bagi orang awam dalam dunia bersepeda, apa yang kami lakukan dianggap hal yang gila, padahal bagi yang tau bike touring, kami tuh belum ada apa apanya gan, apalagi bila dibandingkan dengan sang legenda Paimo alias Bambang Hertadi Mas, tentunya kami adalah nothing.
setelah lelah menempuh perjalanan 165km kami pun tertidur dengan pulas.

HARI KEDUA

Hari jumat 20 Februari 2015 Jam 05:30 kami bangun, mandi dll, kemudian mengecek kondisi sepeda, cek tekanan ban dan melumasi rantai, setelah sarapan jam 07:00 kami meninggalkan penginapan

kami berjalan ke arah timur, dipersimpangan jalan dilapangan golf, kami bertanya pada tukang ojeg arah menuju bendungan Manganti.
Oya gan, rute yang kami ambil adalah jalur alternatif, bukan jalur utama via majenang dikarenakan saran dari rekan goweser kami di Bandung, katanya via majenang jalannya jelek banyak lubang, selain itu banyak truk dan kendaraan besar lainnya,
makanya kami coba lewat jalur alternatif via Sidareja.
Setelah dapat petunjuk dari mas mas tukang ojeg, kami lanjutkan perjalanan kembali, sebenarnya kami tidak akan ke Bendungan Manganti, hanya saja jalur yang ditempuh arahnya sama.

Disepanjang jalan kami disuguhi pemandangan yg cukup indah dipandang mata, sawah hijau terhampar disepanjang jalan, kontur jalan cenderung datar, tetapi ane merasa kayuhan sepeda ane berat banget, akhirnya kami berhenti cek sepeda, dan ternyata kampas rem belakang sepeda ane habis gan, otak atik bentar lalu perjalanan dilanjutkan, 30 menit kemudian tibalah kami di penyebrangan yang kami tuju, kami naik rakit melintasi sungai Citanduy yang membentang memisahkan provinsi JABAR-JATENG.


ongkos naik rakitnya murah banget, hanya seribu rupiah per orang itu sudah include sepeda, kurang lebih 5 menit naik rakit ane tiba di Cipari, ini sudah masuk Jawa Tengah gan, masuk ke wilayah kabupaten Cilacap.
Memasuki Cipari kontur jalan variatif gan, ada datar, ada tanjakan, ada juga turunan, dan aspalnya mulus gan.





setelah menyempatkan diri foto foto bernarsis ria di perkebunan jati, kami lanjutkan perjalanan, kurang lebih 20 menit kemudian, kami tiba di stasiun Cipari, dekat dengan pemandian air panas Cipari, disitu kami istirahat sejenak disebuah warung untuk ngopi.
disini kami mulai merasakan keramahan warga sekitar yang nyaris tidak kami temui di kota besar, diwarung tersebut ane dan adul pesen kopi item tanpa gula, sedangkan jalil pesen es campur, si empunya warung menawarkan kami beberapa sisir pisang ambon, terasa nikmat sekali gan, dan ketika kami hendak pamit untuk bayar, Pak Haji pemilik warung memberikan dengan cuma cuma pisang yang beliau sajikan tadi ( gratisan ).

Perjalanan pun kami lanjutkan kembali, menyusuri jalanan aspal Karangpucung-sidareja, keramah tamahan warga sekitar kami rasakan kembali disepanjang jalan, saat kami berpapasan dengan mbah-mbah yang bersepeda, mereka selalu memberikan senyuman yang ramah kepada kami, harum rokok kretek khas daerah Jawa Tengah yang aromanya menyengat seperti aroma bau kemenyan sering kami dapati disepanjang perjalanan.
Tak terasa waktu sudah menunjukan jam 11:15 WIB. kami mencari tempat untuk ISHOMA, karena saat itu bertepatan dengan hari Jumat, maka kami mencari warung nasi yang dekat dengan masjid, pilihan kami tertuju pada sebuah rumah makan padang di jalan raya Gandrungmangu yang letaknya tak jauh dari masjid.

Jam 13:15 selesai ISHOMA, kami lanjutkan perjalanan.
Perjalanan kali ini terasa lebih berat jika dibandingkan dengan hari kemarin, selain karena stamina yang sudah terkuras dihari pertama, juga karena cuaca yang jauh lebih panas dibandingkan hari kemarin.
Diperjalanan kami tak lupa bertanya pada warga sekitar untuk meyakinkan bahwa kami tidak salah jalur walaupun kami sudah berkali kali cek via google map, tapi tak afdol rasanya jika kami tidak bertanya pada orang yang kami temui, kami bertanya letak padang golf Tritih, menurut warga sekitar jaraknya kurang lebih sekitar 50km lagi via jalan Jeruk Legi.
Sepeda kami kayuh dengan kecepatan rata rata 20 km per jam . Jam 14:27 kami tiba disebuah daerah yang bernama Kubang Kangkung,
Tepat disini terdapat perkebunan karet dan jati yang dikelola oleh PTPN IX Kubang Kangkung, lokasinya yang sejuk menjadikan daya tarik bagi kami untuk beristirahat sejenak sambil menikmati kelapa muda yang banyak dijual di warung disepanjang Kubang Kangkung ini.
oya gan, disini terdapat Waduk kubang kangkung, yang konon ceritanya dibangun pada masa penjajahan Belanda untuk menampung air bersih, karena pada musim kemarau saat itu sering terjadi kekeringan di daerah ini.



setelah menikmati segarnya kelapa muda, sepeda kami kayuh kembali, selang beberapa menit kemudian, kami tiba di padang golf Tritih Cilacap, jalanan tidak semulus aspal di Kubang kangkung, aspal yang kasar serta lubang yang lumayan dalam banyak kami jumpai, memaksa kami untuk memperlambat kayuhan sepeda kami.
Jam 15:20 kami tiba di bunderan Kota Cilacap, beristirahat sejenak di bengkel motor sambil bertanya pada petugas bengkel arah menuju Pantai Ayah, setelah mendapatkan petunjuk arah, kami lanjutkan perjalanan, belum lama kami kayuh sepeda, Adul yang berjalan lebih dulu tiba tiba menghentikan laju sepedanya, ane tanya kenapa, dia menjawab "ada tukang mie ayam nih" jawab dia dengan ekspresi wajah yang memelas layaknya orang yang sudah tiga hari tidak makan, kami sepakat berhenti makan mie ayam sambil melaksanakan shalat Ashar.
Ngobrol ngobrol sama yg jualan mie ayam, katanya jarak ke pantai ayah masih sekitar 60km, dengan kondisi kami yang sudah mulai lelah, prediksi waktu tempuh ke pantai Ayah kurang lebih 4 jam perjalanan.

Setelah isi perut dan solat asar, kami kayuh lagi pedal sepeda kami, jalanan disini cenderung lurus panjang jarang belokan.
Jalanan datar nyaris tidak ada tanjakan, seharusnya kami bisa kayuh sepeda dengan kecepatan tinggi, tapi apa daya, otot betis dan otot paha kami sudah tidak bisa diajak high speed, ditambah maaf "bokong" yang terasa panas dan lecet karena terlalu lama duduk diatas sadel memaksa kami untuk berjalan pelan diselingi beberapa kali istirahat kecil sekedar melemaskan otot dan minum air mineral.
Jam 18:15 kami tiba disebuah daerah kalau tidak salah nama daerahnya Kesugihan, kami berhenti untuk melaksanakan shalat maghrib, lalu nongkrong sebentar disebuah toko disamping masjid.
Saat itu keadaan sedang mati lampu, Ngobrol ngobrol sama orang disekitar toko, katanya kalo pake motor, perjalanan ke pantai ayah kurang lebih 30 menit, kami mulai senang gan, dengan estimasi motor = 30 menit, kalo sepeda dengan kondisi yang mulai capek paling 30x4=120 menit alias 2 jam.
Oke cabut, semangat mulai tumbuh kembali, karena ingin rasanya segera sampai ke penginapan untuk mengistirahatkan tubuh yang terasa sangat lelah ini.

Jalanan sangat gelap gan, karena mati lampu, menurut orang orang ditoko tadi ada kabel listrik yang putus karena tertimpa pohon yang roboh akibat terpaan angin yang cukup kencang tadi sore, sumber penerangan saat itu hanya lampu sepeda yang menempel di masing masing sepeda kami, kendaraan lain pun sangat jarang kami temui di jalanan, baik itu motor ataupun mobil, jalanan sangat sepi sekali, di kiri-kanan jalan hanya hamparan sawah yang sangat luas, sesekali diselingi kompleks pemakaman yang luas, aroma harum bunga kamboja dan suara binatang malam mengiringi perjalanan kami, suasananya rada rada horor, hehehehe, wajar saja, kami bertiga yang terbiasa denga hingar bingar kota, kini harus menempuh perjalanan yang sangat sunyi dan gelap.

90 menit berlalu sejak kami istirahat terakhir tadi, tapi belum kami lihat tanda tanda akan segera tiba di pantai Ayah. jalanan sudah mulai terang dan tidak terlalu sepi dan yang pasti suasana sudah tidak angker lagi, kiri kanan banyak kami temui pemukiman warga, jarum jam saat itu menunjukan pikul 20:05, kami beristirahat disebuah toko sambil mengisi ulang perbekalan air mineral kami.
Pemilik toko dengan keramahannya mengajak kami berbincang hanya saja dia hanya bisa berbicara bahasa daerah setempat ( bahasa jawa banyumasan ) ane yang kebetulan orangtua berasal dari daerah JATENG bisa menangkap apa yang dia sampaikan walau rada rada sedikit bingung, sedangkan Adul dan Jalil tampak kebingungan, kepala mereka hanya manggut manggut seolah olah paham apa yang saya dan pemilik toko perbincangkan, padahal saya yakin seyakin yakinnya bahwa mereka tidak mengerti samasekali.
Untuk yang kesekian kalinya orang yang ngobrol dengan kami menganggap kami "gila" padahal seperti apa yang ane kemukakan di awal, petualangan kami belumlah seberapa bila dibandingkan dengan para senior bike touring lainnya.
Ane sempat kaget, ketika si pemilik toko berkata bahwa di pantai Ayah tidak ada penginapan, dia menyarankan kami untuk pergi ke goa Jatijajar, goa yang terkenal akan keindahannya, letaknya sekitar 20km arah utara pantai Ayah.
Masa sih di tempat wisata ga ada penginapan, gumam ane dalam hati.

Singkat cerita kami lanjutkan perjalanan, dengan rasa frustasi yang sudah menyelimuti diri kami karena sudah kelelahan, medan yang kami lalui sama dengan sebelumnya, jalanan datar yang lurus memanjang puluhan kilometer membuat perjalanan menjadi sedikit terasa membosankan,
Satu jam berlalu, akhirnya aroma laut mulai kami rasakan, saat dipersimpangan, kami sempat bertanya pada pengendara sepeda motor, lagi lagi dia bilang bahwa di pantai Ayah tidak ada penginapan, dia pun menyarankan pada kami untuk mencari penginapan di goa Jatijajar, saran yang sama dengan pemilik toko tadi.
Dengan kebaikan hatinya, pengendara motor tersebut bersedia mengantarkan ( mengawal ) ke pantai Ayah, 15 menit berlalu kami masuk ke kawasan pantai Ayah, dan si pengendara motor yang baik hati pamit pada kami untuk melanjutkan perjalanannya, terimakasih Mas, semoga Alloh SWT. membalas kebaikan anda.
Suasana sangat ramai disini, nampak puluhan orang berdiri diatas jembatan untuk memancing ikan, jembatan inilah yang menjadi perbatasan antara Kabupaten Cilacap dengan Kabupaten Kebumen.

Kondisi kami sudah sangat lelah, stamina yang tersisa tinggal 5 persen lagi, kami sempat berpikir untuk bermalam di masjid, karena perjalanan menuju goa Jatijajar masih membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam perjalanan lagi, tapi karena kami ingin beristirahat yang berkualitas ditempat yang nyaman, walau lelah, terpaksa kami lanjutkan perjalanan menuju Goa Jatijajar, sambil berjalan ane usulkan untuk mengisi perut terlebih dahulu, karena hari semakin malam, ane khawatir di penginapan tidak ada yang jual makanan, saat kami sedang mencari penjual makanan, kami mendengar teriakan dari dalam toko yang menjual pulsa ( counter HP ) seorang ibu muda dan seorang pria berusia 40 tahunan dengan perawakannya yang tegap mirip seorang tentara menghampiri kami.
Dia memberi tahu pada kami bahwa di pantai Ayah ada sebuah wisma milik Perhutani yang bisa kami sewa untuk bermalam, Subhanalah baik sekali orang itu, setelah berterimakasih, kami lanjutkan perjalanan menuju Wisma tersebut.
jalanan sangat gelap, karena sama sekali tidak ada lampu penerangan jalan ditambah dengan pepohonan besar dipinggir jalan yang membuat suasana menjadi terasa mencekam.
Setelah 5 menit kami berjalan, tiba tiba ada sepeda motor yang mendekati kami, sempat berfikiran negatif pada orang tersebut, dalam hati ane berkata

" wah jangan jangan dia seorang preman atau begal yang sedang marak diberitakan di media masa "

kami pun semakin waspada terhadap orang tersebut, dan ternyata dia adalah seseorang yang menyimak perbincangan kami di counter HP tadi, lalu dia berkata

"ayo bos ikutin saya, nanti saya anterin sampai wisma "

Alhamdulillah, ternyata kami sudah salah sangka terhadap orang tersebut yang ternyata mempunyai niat baik terhadap kami.
beberapa menit berlalu, tibalah kami di wisma Perhutani yang kami tuju, wisma tersebut nampak sepi, dan pintu pagarnya pun sudah digembok, lalu orang yang mengantarkan kami menelpon si penjaga wisma yang bernama ibu Saripah, tak lama berselang datang ibu Saripah, kemudian orang yang memandu perjalanan kami ke wisma ikut pamit untuk pulang, tak lupa kami mengucapkan terimakasih akan kebaikan beliau sambil memberikan beberapa lembar rupiah sebagai rasa terimakasih kami, walaupun sempat ditolak setelah kami paksa akhirnya dia menerima juga.

Kami diajak masuk oleh ibu Saripah, dipersilahkan melihat lihat kondisi kamar, ruangan kami rasa sangat nyaman sekali gan, setelah tanya harga, ternyata cukup mahal, untuk kamar yang besar tarifnya 700.000 sedangkan kamar yang lebih kecil tarifnya 450.000 rupiah itupun seharusnya satu kamar maksimal untuk dua orang saja.
Kami nego dulu dengannya, tapi dia tetep teguh pendirian ga mau nurunin harga.
akhirnya ane mengeluarkan jurus andalan SSI, dengan wajah yang sangat memelas diselingi rayuan memuji paras ibu Saripah yang sudah tua namun masih tetap cantik serta doa agar semoga kalo Ibu Saripah mau menolong kami ane doakan Ibu Saripah panjang umur, murah rejeki, diberikan kebahagiaan serta kesehatan, juga Ibu Saripah bisa segera menunaikan ibadah haji, dan apa yang terjadi sodara sodara..... ternyata ibu Saripah luluh juga hatinya, dan memberikan harga yang sangat jauh lebih murah dari yang ia tawarkan tadi, Alhamdullilah,,,,, rejeki anak soleh lagi nih.

Sepeda kami masukan kedalam garasi, lalu kami melepas pannier ( tas sepeda ) untuk dibawa kedalam kamar, sebelum beristirahat kami sempatkan untuk makan terlebih dahulu, masuk ke lokasi pantai Ayah ( nama lainnya Pantai Logending ) ternyata tidak ada yang menjual nasi gan,hanya ada yang jual mie ayam, mau tidak mau, untuk kedua kalinya di hari ini kamipun makan mie ayam lagi.
Cerita dengan pemilik warung, katanya di pantai ini tidak ada penginapan karena sekitar lokasi ini tanah nya milik perhutani gan, jadi hanya perhutani lah yang punya wewenang untuk mendirikan pemukiman, si pemilik warung pun berkata kalo misalkan di wisma perhutani penuh
bisa memanfaatkan ( numpang tidur ) di posko TNI AL yang letaknya disebelah masjid di pantai Ayah, tidak dikenakan tarif katanya, tergantung keikhlasan dan pengertian kita terhadap para Tentara yang sedang piket di posko tersebut.


jam 22:30 Setelah menikmati semangkuk mie ayam dan segelas teh panas, kami bergegas kembali ke wisma, mandi, ngobrol sebentar kemudian tidur.
Total jarak yang kami tempuh dihari kedua ini adalah 126KM.

Hari ketiga perjalanan

Sabtu 21 Februari 2015 jam 05:30 kami bangun, mandi, shalat dll, kemudian kami keluar kamar, nampak ibu Saripah sedang menyiapkan satu poci teh manis untuk kami, kami memasang kembali tas pannier kami sambil mengecek kondisi sepeda kami, setelah dipastikan kondisi sepeda tidak ada masalah, kami pamit kepada ibu Saripah, kemudian keluar wisma menuju pantai Ayah/Logending.
Tak lupa ritual narsis pun kami lakukan disekitar pantai Ayah.










Kami berdiskusi sejenak tentang rute yang akan kita lalui, karena berdasarkan penuturan warga sekitar yang kami temui, mereka menyarankan pada kami untuk menempuh jalur goa Jatijajar, karena walaupun jaraknya sedikit lebih jauh, tetapi tracknya cenderung ringan, ( jarang tanjakan ), tapi bila lewat Karang Duwur, perjalanan lebih dekat, tapi tanjakannya parah gila katanya.
Akhirnya kami sepakat untuk melewati Karang Duwur saja, karena penasaran seberat apa sih tanjakan yang diceritakan itu.
Jam 06:30 kami meninggalkan pantai ayah.

Perjalanan baru 2 menit berlalu, kami langsung disuguhi tanjakan yang lumayan berat, semakin lama kami mengayuh sepeda, tanjakan pun semakin berat.
Adul berada didepan ane, penuh konsentrasi dia mengayuh sepeda untuk menaklukan setiap tanjakan, sedangkan jalil berada dibelakang ane, terdengar jelas jalil bersenandung menyanyikan lagu "Minyak Wangi"

"syooolaliii laliiiiii olaaa ohh lalaaaaaa"

bukannya dia tidak merasakan capek gan, tapi itu adalah akal akalan dia agar tidak nampak lelah dihadapan ane dan Adul ( metode menyembunyikan suara nafas yang ngos ngosan )
40 menit berlalu, adul sudah menunggu disatu tempat yang lokasinya lumayan menarik untuk dijadikan studio foto dadakan, ane pun menghampirinya, lima menit kemudian jalil tiba diiringi dengan nafas yang tidak teratur alias ngos ngosan, dia sudah tidak bernyanyi lagi gan, jangankan bernyanyi, untuk menghela nafaspun sepertinya dia kesulitan.
Ane langsung mengeluarkan HP ane untuk bernarsis ria, ccekidot








Setelah dirasa cukup, kami lanjutkan perjalanan, kami berfikir tanjakan yang kami lalui tadi adalah tanjakan terakhir, tapi baru saja kami mengayuh sepeda dihadapan kami telah nampak tanjakan yang kemiringannya lebih berat dari tanjakan sebelumnya, mau tidak mau inilah kenyataan yang harus kami hadapi, dengan Bismillah, sepeda pun kami kayuh dengan perlahan tapi pasti.
Kurang lebih 30 menit kami mengayuh sepeda, tibalah kami dideretan perkampungan warga, kami beristirahat sambil mencari sarapan, tapi sayang tidak ada yang jualan bubur atau apapun yang cocok untuk makan pagi, kemudian Adul mengambil 3 sisir pisang yang ditata rapi di etalase warung, satu sisir kami makan dilokasi ( lumayan untuk ganjal perut ) dua sisir lagi kami bawa untuk perbekalan.

kami sempat berbincang dengan Mbah putri pemilik warung, katanya cucu beliau ada yang kuliah di Jogja, menurutnya kalo bawa motor lama perjalanan kurang lebih 3 jam sampai di kota jogja. saat itu waktu menunjukan pukul 08:10 wib. estimasi kami, akan tiba di Jogja sekitar jam 18:00, oke... perjalanan pun kami lanjutkan kembali, Mbah pemilik warung berkata masih ada dua tanjakan lagi yang kemiringannya jauh lebih berat dari tanjakan sebelumnya, mendengar cerita mbah tersebut, Ilham nampak pucat pasi, raut wajahnya tak kuasa menyembunyikan rasa takut yang teramat sangat.
Kamipun melanjutkan perjalanan, dan benar saja, baru sekitar 50 meter kami kayuh sepeda, tanjakan berat dan lumayan panjang telah menyambut kedatangan kami. seperti biasa, Adul lebih dahulu sampai di ujung tanjakan, kemudian ane lalu Jalil, setelah mengatur pernafasan, kami lanjutkan kembali perjalanan, dan benar saja, tanjakan didepan kami jauh lebih berat dari tanjakan sebelumnya, tapi semangat kami semakin terbakar, karena menurut mbah tadi, inilah tanjakan terakhir jalur Karang Duwur,

Singkat cerita, dengan bersusah payah kami lalui tanjakan ini, diakhir tanjakan nampak sebuah pasar kecil, kamipun beristirahat, disebuah warung, sambil sarapan tahu petis dan menikmati segelas kopi hitam tanpa gula, nampak diujung pasar terdapat turunan yang sangat curam sekali, kami lalu bertanya pada orang yang nongkrong di warung itu, "mas, ini jalurnya tinggal turun aja ya mas?"
"wah nggak mas, masih ada satu tanjakan lagi yang berat dan panjang sekali" jawab seorang pria setengah baya yang sedang menghisap rokok kretek beraroma kemenyan itu.
wah informasi dari si mbah diwarung tadi nggak valid nih gerutu kami bertiga.

Setelah stamina pulih, kami lanjutkan perjalanan menyusuri turunan yang sangat curam, kemudian jalanan datar lalu tanjakan panjang, dipinggir jalan nampak kerumunan anak Sekolah Dasar bertepuk tangan menyemangati kami, dengan iseng ane bertanya "Bapak mana Bapak??" diluar dugaan mereka menjawab polos apa adanya "Bapak kerjo nang kebon" ( Bapak lagi kerja di kebun ) satu jawaban diluar prediksi ane, karena bila kami bertemu anak anak Sekolah Dasar di Bandung bila ditanya "Bapak mana Bapak" mereka pasti menjawab " di Jonggol atau wakwawwwww" mungkin anak anak disini tak pernah nonton sinetron wakwaww yang sedang ngehits itu.

Tanjakan yang kami lalui ini sebenarnya tidak lebih berat dari tanjakan sebelumnya, hanya saja lebih panjang serta sengatan sinar matahari yang mulai menampakan kegagahannya membuat kayuhan kami terasa semakin berat.
Kurang lebih 30 menit berlalu, kami tiba diujung tanjakan, beristirahat kembali disebuah warung, menambah perbekalan air mineral, dan benar saja, menurut penjaga warung, sehabis ini tidak ada tanjakan lagi, jalanan cenderung menurun, kabar gembira bagi kami, terutama bagi Jalil yang sempat berkata pada ane bahwa staminanya sudah habis, kegembiraan nampak terlihat jelas diwajahnya persis seperti anak kecil yang dibelikan eskrim dia bersenandung lalu dengan semangat mengajak kami untuk segera melanjutkan perjalanan, tentu saja hal yang tidak biasa, karena biasanya dialah yang selalu ingin berlama lama saat istiraha

Perjalanan kami lanjutkan, benar saja jalanan cenderung turun, beberapa menit kemudian kami tiba di kawasan wisata Pantai Menganti, menurut cerita dari teman teman kami, pantai Menganti indah sekali gan, bisa dibilang Bali nya Kebumen, namun demi menghemat waktu dan tenaga, kami tidak mampir ke Pantai Menganti, karena jalanan menuju pantai cenderung turun yang pastinya kami akan melahap kembali tanjakan dijalur yang sama selepas dari pantai
15 menit berlalu kami tiba di kawasan wisata Pantai Suwuk yang nampak sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan, kami masuk kelokasi dengan membayar tiket Rp.3000 per orang, seperti biasa kami melakukan ritual bernarsis ria.

Dipantai Suwuk sarana lumayan lengkap, ada penyewaan odong odong ( mobil gowes ) yang bisa digunakan keliling pantai, juga ada sebuah pesawat terbang ditengah kolam renang yang sudah dialih fungsikan menjadi prosotan tempat bermain anak anak.


Kurang lebih 30 menit kami berada dilokasi pantai, kami lanjutkan kembali perjalanan.
Baru 20 menit kami kayuh sepeda dari pantai Suwuk, ane mengajak Adul dan Jalil untuk mencari masjid atau pom bensin untuk buang hajat, cuaca sangat panas, sinar matahari sangat terasa menyengat, tak lama kemudian kami tiba disebuah masjid, lalu ane bergegas ke toilet, setelah buang hajat ane sengaja siram tubuh ane yang berpakaian lengkap ( mandi tanpa buka baju ) dan ajaibnya belum lima menit pakaian yang nempel di tubuh ane langsung kering kembali, ane ajak adul dan Jalil untuk beristirahat dulu di masjid sambil nunggu matahari tidak terlalu terik, saat itu waktu menunjukan Jam 11:00 wib, disebrang masjid ada banguna ruko beberapa unit, jalil mengajak sekalian aja makan siang disini, ane dan adul pun mengiyakan, ga ada yang jualan nasi disekitar ruko ini, hanya ada satu unit ruko yang menjual makanan disini, dan makanan yang dijual adalah mie ayam, haduhhhh lagi lagi mie ayam.

Kami pun izin pada pemilik toko yang berjualan mie ayam tersebut untuk numpang istirahat, karena mie ayam belum tersedia, dia baru saja buka toko.
Kami bertanya, adakah jualan es dawet?, lalu si mas itu menjawab " tidak ada mas tapi kalo mau bisa saya belikan" jawabnya dengan bahasa Indonesia yang terdedngar kaku.
lalu mas itu pergi membelikan kami es, ketika ane hendak menuangkan es kedalam gelas, es tumpah kena baju ane Hu, lalu ane masuk lagi ke toilet masjid, lalu mandi lagi tanpa melepas busana, ketika sampai di warung mie ayam, pakaian ane sudah kering lagi hu, bayangin aja ama suhu betapa panasnya cuaca saat itu.

Ngobrol sama penjual mie ayam itu, kalo ga salah namanya Mas Rudi, ternyata dia aslinya orang Bandung juga, tapi sudah 15 tahun menetap di Kebumen, jadi sudah kagok kalo bicara bahasa sunda, jangankan bahasa Sunda, bahasa Indonesia pun terdengar kaku, lagi lagi kamipun berbincang dengan bahasa Jawa, seperti biasa Adul n jalil melongo mendengarkan percakapan kami,
Ternyata mas Rudi ini adalah anggota TEXAS ( Tiger Kebumen Asociate )
Waktu Dzuhur sudah tiba, namun tidak terdengar suara adzan dari masjid, menurut Mas Rudi, di masjid ini hanya terdengar adzan saat waktu subuh dan maghrib saja jawabnya, entah kenapa alasannya.
setelah Shalat Dzuhur kami lalu memesan mie ayam, jam 12:30 udara sejuk yang kami nantikan tak kunjung datang, yang ada malah sinar matahari yang semakin menyengat.
Ilham sempat mengajak kami untuk melanjutkan perjalanan, tapi ane bantah ajakannya, "istirahat aja dulu Lil sampai jalanan sejuk, kalo maksain gowes saat panas gini, stamina cepat habis" Jalil pun setuju.

Jam 13:30 cuaca masih panas terik, Jalil memaksa untuk melanjutkan perjalanan, dengan dalih nanti pasti kemaleman kalo ga lekas jalan, tapi jujur gan mental ane sudah down kalo harus panas panasan di jalan.
Ane sarankan bagaimana kalo kita loading ( naik kendaraan/bis ) sampai Kota Kebumen dengan maksud begitu sampai Kota Kebumen, cuaca sudah tidak panas lagi, namun dengan lantang Jalil menepis ide ane.
"apaan naik bis ogah ahh, walopun sampe jam berapapun ke tujuan, ga ada cerita kita harus loading dulu, pokoknya harus full gowes"
setelah sedikit berdebat, ane setuju untuk full gowes, Jalil pun setuju untuk beristirahat sampai cuaca sedikit sejuk,
Jujur ane salut kepada mental bajanya Jalil, dia memang terkenal pantang menyerah gan orangnya, bahkan dulu saat kondisi baru sembuh dari sakit, dan kadar hemoglobin dalam darahnya masih rendah, dia memaksakan diri untuk gowes, walauoun dokter mewajibkan dirinya untuk bedrest.
Dari Jalil ane belajar bahwa "seberat apapun cobaan yang kita hadapi, dengan kemauan serta tekad yang bulat, semua pasti bisa diatasi." angkat topi buat Jalil.
kami tiduran di emperan toko, Mas Rudi dengan berbaik hati menyajikan satu bakul buah rambutan bagi kami, "ini gratis mas, ga usah bayar, saya dapet metik langsung dari kebon" jawabnya.
lagi lagi rejeki anak soleh gan dapet rambutan gratusan.

Jalanan yang kami lalui benar benar berat, jalan berlubang beberapa kilometer kami lalui, tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 18:00 tapi suasana masih terang, kami tiba di daerah Ketawang, istirahat disebuah warung yang biasanya jadi tempat peristirahat supir pengangkut pasir, karena 100 meter didepan warung terdapat pantai yang dieksploitasi pantainya untuk menjadi tambang pasir,
setelah membeli air mineral, kami lanjutkan kembali perjalanan.
Jalanan semakin parah hu, hari sudah gelap, tak jarang velg sepeda kami menghajar lubang yang cukup dalam setelah kurang lebih 5km kami melintasi jalan berlubang, kami masuk jalan Deandels, aspalnya sangat mulus gan, jauh lebih mulus daripada paha neng Rosa kembang desa di kampung kami, soalnya dipaha sebelah kanan neng Rosa terdapat bekas luka kena knalpot, dan di paha kirinya terdapat bekas luka jatuh dari pohon kersen waktu kecil dulu
emoticon-Ngakak (S)
intermezo hu
emoticon-Blue Guy Peace
.

Jalanan yang mulus membuat kami seakan lupa dengan tubuh yang kelelahan, jam 20:00 kami sempat beristirahat untuk makan sate di sebuah persimpangan jalan Jalur Pantai Selatan, Temon Kab. Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Alhamdulilah Hu, kami sudah sampai di Yogya walaupun belum sampai rumah.
Setelah makan sate, kami melanjutkan perjalanan menuju Sleman, akhirnya kami tiba di Rumah saudaraku pukul 23:00




Pulang ke Bandung sepeda dipaket via herona dan kami bertiga menggunakan kereta Api
 
Terakhir diubah:
Kamis 19 Februari 2015, jam 05:30 kami berangkat dari rumah kami, rasa kantuk sangat terasa karena malamnya ane baru bisa tidur jam 02:00,
Wah istirahat bentar sebelum perjalanan jauh itu nekad sih 🤣
Tapi wajar sih susah tidur kalau mau memulai sesuatu yg baru, excitingnya buat jadi susah tidur

Baru baca awalan, dilanjut nanti
 
Beuhh jauh bgt, kl pagi ngider jamu "jamu jamuuu", kl malem jadi starbikes di taman suropati 😝 seneng om? Wkwkwk

Aku yg bacanya aja ampe ngos ngosan aplg yg ngejalanin. Mantulll 👍
---
Btw selama pandemi masih suka pada gowes jauh ngk? Pake masker kan engap~
Terakhir gowes jauh masa pandemi tanggal 4-5 april 2021 Bandung - Pangandaran - Bandung 442km sendirian gapake masker lah gowes mah, kemarin pas wajib masker juga Ridwan kamil instruksi langsung buat goweser atau yang jogging boleh untuk tidak memakai masker.



 
Terakhir diubah:
Terakhir gowes jauh masa pandemi tanggal 4-5 april 2021 Bandung - Pangandaran - Bandung 442km sendirian gapake masker lah gowes mah, kemarin pas wajib masker juga Ridwan kamil instruksi langsung buat goweser atau yang jogging boleh untuk tidak memakai masker.



Aku kalo long ride ga berani sendiri sih, kalo ada apa2 biar ada temennya 😅
 
Aku kalo long ride ga berani sendiri sih, kalo ada apa2 biar ada temennya 😅
Ane kl lagi galau biasanya dilampiasin dengan main motor trail atau sepedahan sendirian.
Solo riding dengan jarak yang jauh sendirian itu bukan semata cuma olahraga, tapi bagiku sebagai bentuk pengabdian kecilku kepada Tuhan.
 
MENCARI SUNYI DI SITU CISANTI

situ Cisanti merupakan titik nol kilometer sungai Citarum.
Rumah - Cisanti - Rumah total 116 Km
Start 05:30 sampai Cisanti 09:00
Pulang 10:00 sampai rumah 14:15



 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
keren, Threadnya anak2 MTB..
salam satu aspal (dari pengguna RB)..

btw ada yang lagi mantengin tour de ijen 2024 ga yaa... :cendol:
 
keren, Threadnya anak2 MTB..
salam satu aspal (dari pengguna RB)..

btw ada yang lagi mantengin tour de ijen 2024 ga yaa... :cendol:
Etape 1 parah banget
Etape 2 agak mending
Etape 3 dekat finish malah macam dengar radio
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd