Wkwkwkw... kijang 1 juga suka omelete.. Wah ada selarik toh, baru ngeh aku. Tengkiu ya sis.Kijang 2 sukanya omelete kak
btw. Selarit = selarik?
Hmmmmhh ya deh yg ga jumblu...liat burung aja tdi... Happy weekend juga.. bukan masalah telur, yg penting makan bareng siapa..
Selarik itu lebih beraturanKijang 2 sukanya omelete kak
btw. Selarit = selarik?
Tambah bikin mumet wkwkkwwkSelarik itu lebih beraturan
Kalo bahasa jawa selarik itu jentrek jentrek..
Selarit penggambaranya itu lebih tipis dan ga begitu jelas kelihatan.
Mudeng?
Aku sih enggak
Hahaha... ya udah bagus, bang. Lebih pontensial buat nulis puisi. Ihiy..Jomblo loh akunya, Padahal udh mau karatan,,
Jangan nginjek kaki ku ye om. Ni udah dipojokan juga aku dari 2015.hahahaha.. anggap aja kayak lagi jongkok dipojokan.. crot crot..
Ya udin mkn telor dl bang, abis itu buat puisi telor ya.Aduh, mau nulis puisi soal telor setengah mateng malah laper...
ini autokanibalismeTelurku dua
Masuk penggorengan
Setengah mateng
Mulus bak puding
Taburi merica
Mandiin kecap
Done
Kumakan telurku yang dua itu
Sendiri
*fak, puisi apa ini
Cakep banget, sis ra. Rin suka yang ini...Senja...
Menorehkan sayup² lirih suaramu
Menggema disekujur tubuhku
Menggeliat dalam asa tak berpuan
Kamu, yg tak bisa kusebut..
Jakarta, 4 April 2021 - 19:11
Oy, kn disini puisi. Malah nyebut Voldemort. WkwkwkVoldemort.
Ijin simpan yak..Aku mau berpuisi aja.. om @LinduJiwo kuposting puisi lama... Semoga berkenan @RinChan dan @Rara25 juga permohonan maaf uk Miss @Anggelaw
SAJADAH
Dari surau ini
Kudengar lirih derak janteramu, sayup dan manis
Kubertanya dalam hati, untuk baju yang bagaimana
Sehingga kau amat perlu akan benang sariku
Untuk segera siang hari ini menenunnya
Ditengah terik siang yang durjana
Lalu terdengar desah ujung jubahmu, di tikar tua surau ini
Ku bertanya dalam hati, ketika aku sampai kepada fajar
Setelah rampung sujud syahwi
Untuk keperluan yang bagaimanakah
Sehingga kau perlu sedemikian pagi
Menemuiku di sini
Juga ketika surat An-Nas tengah menadahi embun pagi
Engkau bergegas membentangkan fajar
Lalu sunyi tinggalah sebagai sunyi
Seperti ada yang kau tinggalkan untukku
Ternyata telah kau beri aku sehelai kain sajadah
Untuk mensujudkan gerak hidup matiku disitu
Ia terbuat dari benang sariku
Dari kejujuran dan sandiwaraku
Dari hitam putih, dari segalaku
Lalu atas kebaikan yang tak terhingga ini, Tuhanku
Aku tak punya apa-apa untuk-Mu, selain kedua telapak tangan
Yang selalu tertengadah keatas langit-Mu
Dalam rinduku yang gemetar kutulis sajak ini
Kuantar ke-Arsy-Mu yang fitri
Ampunilah pendo’a yang hina ini
mentang-mentang mau bulan puasa, puisinya jadi bertema relijius begini. Tapi penutupan masih minggu depanAku mau berpuisi aja.. om @LinduJiwo kuposting puisi lama... Semoga berkenan @RinChan dan @Rara25 juga permohonan maaf uk Miss @Anggelaw
SAJADAH
Dari surau ini
Kudengar lirih derak janteramu, sayup dan manis
Kubertanya dalam hati, untuk baju yang bagaimana
Sehingga kau amat perlu akan benang sariku
Untuk segera siang hari ini menenunnya
Ditengah terik siang yang durjana
Lalu terdengar desah ujung jubahmu, di tikar tua surau ini
Ku bertanya dalam hati, ketika aku sampai kepada fajar
Setelah rampung sujud syahwi
Untuk keperluan yang bagaimanakah
Sehingga kau perlu sedemikian pagi
Menemuiku di sini
Juga ketika surat An-Nas tengah menadahi embun pagi
Engkau bergegas membentangkan fajar
Lalu sunyi tinggalah sebagai sunyi
Seperti ada yang kau tinggalkan untukku
Ternyata telah kau beri aku sehelai kain sajadah
Untuk mensujudkan gerak hidup matiku disitu
Ia terbuat dari benang sariku
Dari kejujuran dan sandiwaraku
Dari hitam putih, dari segalaku
Lalu atas kebaikan yang tak terhingga ini, Tuhanku
Aku tak punya apa-apa untuk-Mu, selain kedua telapak tangan
Yang selalu tertengadah keatas langit-Mu
Dalam rinduku yang gemetar kutulis sajak ini
Kuantar ke-Arsy-Mu yang fitri
Ampunilah pendo’a yang hina ini