Cara Pemakaian Tanda Baca Berdasarkan Aturan PUEBI
Penggunaan tanda baca perlu diatur sehingga tidak menimbulkan tafsir yang berlebihan pada konteks kalimat tersebut. Beberapa tanda baca yang ada didalam aturan PUEBI, diantaranya; tanda titik (.), tanda koma ( , ), tanda titik koma ( ; ), tanda titik dua ( : ), tanda hubung (-), tanda pisah (–), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda elipsis (…), tanda petik (“…”), tanda petik tunggal (‘…’), tanda kurung ((…)), tanda kurung siku ([…]), tanda garis miring (/), tanda penyingkat atau apostrof (‘). Penggunaan tanda baca pada aturan PUEBI sebagai berikut.
A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat.
Contoh:
Adik menangis sejak tadi pagi.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Contoh:
a. 1. Patokam Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
2. Patokan Khusus
Catatan:
(1) Tanda titik
tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam suatu perincian.
Contoh:
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai 1) bahasan nasional yang berfungsi, antara lain, a) lambang kebanggan nasional, b) identitas nasional, dan c) alat pemersatu bangsa; 2) bahasa negara…
(2) Tanda titik
tidak diapakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu angka.
(3) Tanda titik
tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan, grafik, atau gambar.
Contoh:
Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia
Tabel 1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia
Bagan 2 Struktur Organisasi
2. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh:
pukul 02.45.21 (pukul 2 lewat 45 menit 21 detik)
00.00.30 jam (30 detik)
3. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit.
Contoh:
Moeliono, Anton M. 1989.
Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
Contoh:
Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.
Catatan:
(1) Tanda titik
tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:
Dia lahir pada tahun
1995 di Jakarta.
Nomor rekening panitia seminar adalah
00123487908.
(2) Tanda titik
tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, ilustrasi, atau tabel.
Contoh:
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
Tabel 5 Perbedaan Penggunaan Mesin Listrik dan Mesin Motor
(3) Tanda titik
tidak diapakai di belakang (a) alamat penerima dan pengirim surat serta (b) tanggal surat.
Contoh:
Yth. Direktur Taman Ismail Marzuki
Jalan Cikini Raya No. 73
Menteng
Jakarta 10330
B. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembagian.
Contoh:
Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
2. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dansedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).
Contoh:
Dia membaca cerita pendek,
sedangkan adiknya melukis panorama.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimat.
Contoh:
Supaya memiliki wawasan yang luas,
siswa harus banyak membaca buku.
Catatan: Tanda koma
tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
Contoh:
Siswa harus banyak membaca buku supaya memiliki wawasan yang luas..
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, sepertioleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.
Contoh:
Orang tuanya kurang mampu.
Meskipun demikian, anak-anaknya berhasil menjadi sarjana.
5. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti 0, ya, wah, aduh, atauhai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
Contoh:
Wah, bukan main!
Cantik sekali kamu hari ini,
Dik?
6. Tanda koma koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh:
Kata nenek saya, “Kita harus saling tolong-menolong dalam hidup ini.”
Catatan:
Tanda koma
tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.
Contoh:
“Wow, indahnya pantai ini!” seru wisatawan itu.
7. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:
Dekan Fakultas, Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
8. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh:
Gunawan, Ilham. 1984.
Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau akhir.
Contoh:
Sutan Takdir Alisjahbana,
Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Contoh:
B. Ratulangi, S.E.
Catatan:
Bandingkan
Siti Khadijah, M.A. dengan
Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
11. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh:
12,5 m
Rp750,00
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.
Contoh:
Pejabat yang bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama tujuh hari.
Semua siswa,
baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan paduan suara.
13. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/salah pengertian.
Contoh:
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
C. Tanda Titik Koma ( ; )
1. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat majemuk.
Contoh:
Ayah menyelesaaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah; Adik membaca cerita pendek.
2. Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa.
Contoh:
Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
(1) berkewarganegaraan Indonesia;
(2) berijazah sarjana S-1;
(3) berbadan sehat; dan
(4) bersedia ditempatkan di seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma.
Contoh:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; apel, dan jeruk.
D. Tanda Titik Dua ( : )
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan.
Contoh:
Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
2. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh:
Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi
a. persiapan,
b. pengumpulan data,
c. pengolahan data, dan
d. pelaporan.
3. Tanda titk dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
a. Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara : Aulia Arimbi
4. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh:
Ibu : “Bawa koper ini, Nak!”
Amir : “Baik, Bu.”
5. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka.
Contoh:
Horison, XLIII, No. 8/2998: 8
Surah Albaqarah: 2-5
E. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris.
Contoh:
Kini ada cara baru untuk meng-
ukur panas.
2. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.
Contoh:
anak-anak
mengorek-orek
3. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
Contoh:
11-12-2013
k-e-t-u-a
4. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan.
Contoh:
ber-evolusi bandingkan dengan be-revolusi
meng-ukur bandingkan dengan me-ngukur
dua-puluh-lima ribuan bandingkan dengan dua-puluh lima-ribuan
5. Tanda hubung dipakai untuk merangkai
se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital
se-Indonesia,
se-Jawa);
ke- dengan angka (peringkat
ke-4);
angka dengan
-an (tahun 1990
-an);
kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari
-H, sinar
-X, ber
-KTP, di-
SK-kan);
kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan
-Nya);
huruf dan angka (D-3, S-1); dan
kata ganti
-ku,
-mu, dan
-nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital (KTP
-mu, SIM-
nya).
Catatan:
Tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf.
Contoh:
LP3I (
Lembaga
Pendidikan dan
Pengembangan
Profesi
Indonesia)
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing.
Contoh:
di-
upgrade
di-
sowan-i (bahasa Jawa, ‘didatangi’)
7. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan.
Contoh:
Kata
pasca- berasal dari bahasa Sanksekerta.
Akhiran
-isasi pada kata
betonisasi sebaiknya diubah menjadi
pembetonan.
F. Tanda Pisah (–)
1. Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Contoh:
Kemerdekaan bangsa itu–saya yakin akan tercapai–diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
Keberhasilan itu–kita sependapat–dapat dicapai jika kita mau berusaha keras.
2. Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain.
Contoh:
Soekarno–Hatta–Proklamator Kemerdekaan RI-diabadikan menjadi nama bandar udara internasional.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
Contoh:
Tahun 2010–2013
Jakarta–Bandung
G. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Contoh:
Siapa pencipta lagu “Ketika Kaki dan Tangan Berkata”?
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:
Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.
H. Tanda Seru
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Contoh:
Sungguh Indah Pantai Menganti ini!
Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia!
I. Tanda Elipsis (…)
1. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan.
Contoh:
…, sesat dijalan.
Penyebab kemunduran … akan diteliti lebih lanjut.
Catatan:
(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
(2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).
2.Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.
Contoh:
“Menurut saya … seperti … bagaimana, Pak?”
“Jadi, pada intinya … oh, waktunya sudah selesai.”
Catatan:
J. Tanda Petik (“…”)
1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Contoh:
“Merdeka atau mati!” seru Bung Tomo dalam pidatonya.
Menurut pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, “Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan.”
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Contoh:
Sajak “Pahlawanku” terdapat pada halaman 125 buku itu.
Marilah kita menyanyikan lagu “Syukur”!
3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh:
“Tetikus” komputer ini sudah tidak berfungsi.
Dilarang memberikan “amplop” kepada petugas!
K. Tanda Petik Tunggal (‘…’)
1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain.
Contoh:
“Kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang!’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Bu Ramdan.
2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan.
Contoh:
tergugat ‘yang digugat’
tadulako ‘panglima’
money politics ‘politik uang’
L. Tanda Kurung ((…))
1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Contoh:
Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).
Lokakarya (
workshop) itu diadakan di Solo.
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
Contoh:
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan.
Contoh:
Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Transjakarta.
4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai penanda pemerincian.
Contoh:
Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
(1) akta kelahiran,
(2) ijazah terakhir, dan
(3) surat keterangan kesehatan.
M. Tanda Kurung Siku ([…])
1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau keompok kata sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.
Contoh:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
Ulang tahun [Proklamasi Kemerdekaan] Republik Indonesia dirayakan secara khidmat.
2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat dalam tanda kurung.
Contoh:
Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 45–48]) perlu dibentangkan disini.
N. Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim;
Contoh:
Nomor: 8/KL/III/2016
Jalan Mantan IX/20
tahun ajaran 2017/2018
2. Tanda garis miring dipakai sebagai ganti kata dan, atau, serta setiap.
Contoh:
mahasiswa/mahasiswi ‘mahasiswa dan mahasiswi’
buku dan/atau majalah ‘buku dan majalah
atau buku atau majalah’
3. Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.
Contoh:
Buku
Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak beberapa kali.
Asmara/n/ dana merupakan salah satu tembang macapat budaya Jawa.
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu.
Contoh:
Dia ‘kan kudatangi. (‘kan = akan).
5-2-’16 (‘16 = 2016)
SEMOGA BERMANFAAT.