Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.

LOUNGE UNDER THE ICEBERG [Freud as an anchor]

BabyDee

Suhu Semprot
Donatur
Female
Daftar
13 Apr 2023
Post
3.112
Like diterima
40.779
Salam hormat kepada Staff Admin, Supmod, Momod dan para Subes, Dee minta izin untuk membuat Thread di forum tercinta ini. Mohon koreksi jika Dee salah tempat.

Udah lama banget mau buat thread kayak gini, karena banyaknya waktu yang dimiliki, jadi gw punya banyak kesempatan untuk mengenal diri sendiri, dari segi emosi, mindset, perilaku dan tindakan, dari pengaruh masa lalu, masa skrg ini dan trauma2yg bahkan gw sendiri gk sadar punya itu..
Sulit, sampai skrg pun masih terus belajar untuk memahami, mengerti, memaklumi dan menerima diri ini, mungkin cm gw yg ngerasain, atau mungkin gw gak sendirian, harapan gw dengan adanya thread ini, banyak yang bisa lebih sayang dan perduli dengan dirinya sendiri, tanpa bermaksud menjadi egois, tapi quote "Love yourself" beneran bukan hanya sekedar kata2klise.

Setelah tanya2dgn supmod dan momod, akhirnya Dee memutuskan utk taruh thread ini di sub-forum kesehatan, karena kalau ajang curhat, hal tsb sudah bisa dilakukan di H2H. Thread ini akan membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan kepribadian, mental health issues atau hal2yg berhubungan dengan hal tsb.

DISCLAIMER: Dee bukan seorang psikolog apalagi psikiater tersumpah, apapun yang disampaikan di thread ini bukan informasi mutlak karena disampaikan berdasarkan pengalaman (pribadi dan orang sekitar), pengamatan, pengetahuan dan informasi tambahan dari berbagai sumber, sejatinya gk ada ilmu pasti. Semua orang cenderung memiliki kemampuan untuk menemukan solusi dari masalah yg sedang dihadapi, hanya saja setiap orang seringkali butuh bantuan untuk "mendorong" kemampuan tsb. Gw cuma ingin brainstorming, diskusi, berbagi pendapat, jika memang berguna, Thank God, jika pun tidak ada yg notice, biar gak ilang aja, apa yang pernah gw peroleh di bangku pendidikan dlu, dan ini juga sebagai self-reminder utk selalu menjadi waras dan fulfilled. Jika ada tulisan gw yg melenceng, salah atau harus dikoreksi, dipersilahkan dengan sangat, jgn sungkan ya. Sebelumnya maaf kalau tata bahasa yg gw gunain kadang berantakan, karena gw ada kecenderungan dyslexia (diagnosis resmi, bukan self diagnosed). Semoga aja gak terlalu menyulitkan bagi yang membaca.

[Prolog]
Alasan kenapa gw menggunakan judul "Di bawah gunung es", karena gw mengambil analogi dari teori Freud (salah satu tokoh Psikologi) tentang kepribadian seseorang, Freud percaya bahwa konflik antara id, ego, dan superego dapat menyebabkan masalah psikologis. Gambaran kepribadian sebagai interaksi antara tiga elemen adalah:

- Id:
Berada di bagian dasar gunung es, mewakili dorongan naluriah dan keinginan dasar manusia seperti lapar, haus, dan seks. Id bekerja berdasarkan prinsip kesenangan, mencari kepuasan instan tanpa mempertimbangkan konsekuensi.

- Ego:
Berada di tengah-tengah, sebagian terlihat di atas permukaan dan sebagian lagi di bawah. Ego adalah bagian yang berusaha menyeimbangkan tuntutan id dengan realitas dan nilai-nilai moral yang dibawa oleh superego. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, berusaha menunda kepuasan id hingga waktu dan tempat yang tepat.

- Superego:
Juga berada di sebagian atas dan bawah gunung es. Superego adalah aspek moral dan idealis dari kepribadian, yang mencakup kesadaran moral dan nilai-nilai yang ditanamkan oleh masyarakat. Superego berusaha mengendalikan id dan mendorong ego untuk bertindak sesuai dengan standar moral yang tinggi.
Tapi gw bukan ingin memfokuskan tentang teori dr Freud, anggap aja teori ini sebagai jangkar di thread ini.
[little note:]
Menurut wikipedia, Gunung es (in english: iceberg) adalah suatu bongkahan besar es air tawar yang telah terpecah dari gletser atau ice shelf dan mengambang di perairan terbuka. Umumnya, sekitar 90% volume gunung es berada di bawah permukaan laut, dan bentuk bagian tersebut sulit diperkirakan hanya berdasarkan apa yang tampak di permukaan.
Kebayang gk kl alam bawah sadar kita jauh lebih besar dari alam sadar yang "menurut kita" bisa kita kendalikan. Jadi, kalau diibaratkan elemen kepribadian kita dalam bentuk gunung es, bisa dilihat di gambar bawah.

[Source: google]
Conscious= alam sadar
Preconcious= alam pra-sadar
Unconscious= alam bawah sadar

Terms and Conditions
• Thread ini akan diupdate setiap hari Senin, baik dengan topik yang berbeda atau sama (jika diperlukan).
• Dibebaskan jika ada yang ingin berdiskusi dengan sopan sesama member.
• RESPECT is a must.
• Hal lain menyusul...


Chapter 1
• OVERTHINKING [OVT] •


Alasan gw ingin membahas ttg ovt pertama kali, karena gw pernah mengalami ovt yang agak lumayan parah. Ini bukan penyakit, tapi suatu kondisi di mana ketika seseorang memikirkan suatu hal secara berlebihan dan berulang-ulang, seringkali berujung pada pikiran negatif dan kecemasan.
Ada kutipan menarik, "Idle mind is a devil's playground", pikiran yang nganggur adalah tempat main iblis, ada benarnya juga karena ovt itu sebenarnya memikirkan hal2yang blm pasti terjadi, dan belum tentu akan kejadian. Ibarat pohon, pikiran ovt itu dimulai dari 1 ranting, lalu bisa berkembang menjadi bercabang-cabang.
Overthinking itu ada jenis-jenisnya lho, gw coba jelasin ya apa aja...
1. Ruminasi:
Perasaan bersalah dan menyesal muter-muter di kepala, mikirin hal yang udah lewat. Contoh: kenapa gw ngomong gitu ya? Gimana kalo nanti dia salah paham?
2. Worrying:
Mikirin hal yang belum kejadian dan membuat stress. Contoh: kl gw kaaih kado, nanti dia mikir apa ya...
3. Decision Paralysis:
Terlalu fokus pada detail masalah, sehingga sulit untuk membuat keputusan atau mengambil tindakan. Contoh: kalo gw pilih yang ini takutnya salah deh..
4. Self-criticism:
Kritik diri yang berlebihan, seringkali merasa tidak aman, dan membandingkan diri dengan orang lain secara negatif. Contoh: dia koq bisa lolos ya, apa karena gw begini (insecure judgement)..
5. Mind reading:
Asumsi tentang apa yang orang lain pikirkan tentang diri kita, atau mencoba memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan. Contoh: dia cemberut aja, kayaknya gara2gw deh...
6. Hopelessness:
Merasa tidak berdaya dan terjebak dalam pikiran negatif tentang keadaan saat ini, seringkali merasa sia-sia. Contoh: coba gw gak jual barang ini, gw gak akan di kondisi kayak gini...
7. Catastrophic Overthinking:
Membayangkan skenario terburuk, yang dapat menyebabkan perasaan putus asa, depresi, dan kecemasan. Contoh: bentar lagi mau interview tp gw belum menguasai penuh materi, pasti gw gagal dan ditolak lgs.. Gk ada harapan bagi gw utk diterima...

See? Dari semua jenis ovt, gk ada yg berujung positif, that's why we need to control our ovt.

"Try to become the master of our mind"

Gw mau sharing sama para OVT di luar sana utk salah satu dari sekian banyak solusi yg gw gunain sampe skrg (yup, gw masih ovt tapi gw masih terus belajar utk mengurangi cengkeramannya), skrg OVT gw udah gk terlalu brutal seperti dlu, nama metodenya adalah teknik 5-4-3-2-1 atau biasa di sebut grounding, ini bukan menghitung, tp untuk meredakan "badai" yg sedang terjadi dalam pikiran para OVT. Sebelumnya gw pikir grounding itu menyatu dengan alam, ternyata gk cuma itu.

Here it is...
5
Lihat sekeliling, sebutkan 5 hal yg bisa km perhatiin, mulai dari bentuk, warna, gk usah diucapin, cukup amatin, km sedang ngajak pikiranmu pulang.
4
Sentuh 4 benda sekitarmu, rasakan teksturnya, hangat, dingin, kasar, lembut, rasakan sentuhan pada kulitmu, tubuhmu sdg bicara, dengarkan.
3
Tutup mata sebentar, cari 3 suara yang bisa kamu dengar, semua suara yg kamu dengar adalah pintu menuju sadar.
2
Tarik nafas perlahan, apakah ada 2 aroma yang bisa kamu cium? Hidung kamu bisa menjadi penuntun bagi dirimu.
1
Apa rasa terakhir di lidahmu? Air putih? Kopi? Sebutkan 1 rasa yang bisa kamu kecap, kamu memiliki kesadaran penuh saat ini...

Gw kadang melakukan acak, karena hanya mengingat angka2nya, tapi itu membantu ketika OVT gw agak sedikit keterlaluan, angka 3 yang paling gw suka, karena gw ngerasa paling tenang di step itu, semoga membantu yang OVT, atau mungkin ada yang gunain solusi lain berkenan di share di sini, dipersilahkan dengan sangat 🙏
"Keep sane, healthy and happy".
•❤•
 
Terakhir diubah:
Chapter 2
•SILENT FATIGUE•


Kita semua pasti pernah ngalamin kelelahan. Kadang kelelahan karena melakukan aktivitas banyak, kadang kelelahan padahal nggak ada aktivitas apapun yang kita lakukan. Lelah itu bukan berarti kita lemah, tapi sinyal yang diberikan tubuh padahal kl dilihat dari luar tubuh terlihat baik-baik aja tapi hati bisa juga lelah. Aku mau ngenalin salah satu kondisi di mana kondisi tsb bisa mempengaruhi emosi atau mental di diri seseorang. Namanya silent fatigue.

Kita nyimpan Kelelahan yang nggak bisa dijelaskan. Rasa capek yang terus menumpuk di dalam. Jarang nangis tapi bukan karena nggak sedih tapi karena nggak tahu harus nangis karena apa dan sama siapa.

Silent fatigue adalah kondisi kelelahan emosional atau mental yang tidak tampak secara fisik. Ia tidak berteriak minta perhatian, tapi menggerogoti pelan-pelan dari dalam. Salah satu alasan Kenapa silent fatigue tidak disadari oleh orang-orang yang mengalaminya, karena fisik kita tetap berfungsi, kita tetap bekerja, kita tertawa, berkomunikasi dengan orang sekitar dan menjalani hari seperti biasanya. Tapi di dalam tubuh kita, ada pikiran yang lelah, hati yang penuh, dan emosi yang menumpuk tanpa kita beri ruang untuk bernafas.

Gejala:
Mudah marah, tidak bersemangat, sulit fokus, perasaan kosong, insomnia, dan rasa jenuh yang tidak jelas penyebabnya semua bisa jadi tanda silent fatigue.

Buat apa sih kita peduli sama hal-hal kayak gini? Kondisi seperti silent fatigue yang kita nggak sadar kalau kita ngalamin hal tsb, kalau nggak kita tanganin bisa berubah menjadi burnout, kecemasan kronis, atau depresi. Mengabaikannya bukan solusi, tapi untuk memahami dan memprosesnya adalah langkah awal.

Apa yang bisa kita lakukan ketika kita sadar kalau kita mengalami silent fatigue?
Kita perlu sadari ritme hidup kita.
Beri waktu untuk istirahat, bukan hanya untuk tubuh, tapi juga pikiran.
Kita bisa ceritakan ke orang yang kita percaya, jika memang kita butuh bantuan profesional, jangan malu untuk melakukannya, ada beberapa orang yg memang sulit utk bercerita dan memendam sendiri, take a baby steps..
Lelah itu sangat manusiawi, kita tidak harus selalu menjadi kuat.

Cerita sedikit, gw ada di kondisi di mana gw lelah dgn rutinitas gw yang bisa dibilang gk ngapa2in, saat ini adalah waktu terlama gw nganggur, keluar rumah hanya jika ada yang booking atau jika ada budget lebih (itupun sgt jarang). Di dalam rumah pun gk banyak aktivitas yg bisa dilakukan, tapi gw belajar dr burnout gw dlu, dulu pernah burnout karena selama 5 tahun menghadapi chaos-nya jalanan di Jakarta, pulang pergi Pamulang - Sudirman bawa motor sendiri, jd ngerasa kayak pembalap karena helm gw fullface dan gk bisa pakai helm half-face (intermezzo sedikit 😆), sampe di titik gw udah gk sanggup menghadapi "kelelahan" di jalanan, padahal pekerjaan gw di kantor yg steady, stabil dan besar, dengan gaji yang sgt lumayan, pun gk ada masalah sama co-worker. Tapi pikiran gw menyerah dan akhirnya berujung ke resign, walau sempet di tahan sama pimpinan, tp ttp gk bisa.
Dulu gw gk perduli kalau otak gw kelelahan, asalkan fisik gw masih sehat dan berfungsi spt biasanya, gw pun gk sadar kl tubuh gw ngasih sinyal2yg makin lama makin parah. Agak lama stay di rumah akhirnya membuat burnout gw berangsur pulih dan siap kerja lagi. Itu dulu, skrg dengan gw yg hanya di rumah aja dan gk ada kegiatan apapun, gw belajar utk "berkenalan" dgn diri gw sendiri, capek bgt emang, gk kebayang merasa jd gk berguna dan gk ada penghasilan tetap, terlebih di usia skrg, jauh dr kata mapan, tapi pelan2gw coba berinteraksi sama diri sendiri, ngobrol sama "Dee" yg selama ini masih bertahan, apa yang disuka, apa yang gak disukai. Aneh bgt ya kedengerannya, ngobrol sama diri sendiri kayak org gila, tapi dgn begitu, gw baru sadar, kl diri gw juga perlu didengar, ketika sedang down dan merasakan silent fatigue, gw mencoba cari tau apa yang dibutuhin sama tubuh ini, sama pikiran ini. Istirahat gak melulu tentang jam tidur yang banyak, istirahat bisa berarti, pause dr yg membuat kita lelah, stop mencemaskan hal-hal yang diluar kendali kita. Gw bisa belajar utk memilah permasalahan yang dihadapi dan bagaimana menyikapinya.
Banyak banget hal yg udah gw lakuin di rmh, walau sering juga jd kaum rebahan juga. Gw berusaha menggali jiwa seni gw, menggambar doodle, melukis, mewarnai, crafting, bikin puisi, baca buku (walau sulit karena gw type visualisasi bukan imajinatif), skrg udah gak sesering dulu, skrg lagi sering crocheting dan otak-atik isi rumah.

Intinya, ketika kita ngalamin silent fatigue, kita butuh berhenti sejenak, memberikan oksigen ke otak, grounding juga bisa jd salah satu therapy, di mana ketika kaki kita menyentuh tanah basah atau rumput, rasanya kayak menyalurkan kelelahan kita untuk kita kembalikan ke bumi.
"It's okay to feel tired,
it's okay to be not okay".

• ❤ •
 
berkontemplasi salah satu cara buat ane biar bisa tetep waras dengan segala keriuhan di kepala.
akhirnya mengalami sendiri, bapak-bapak yang suka duduk sendirian di balkon sambil ngopi ama ngerokok itu gue.
 
berkontemplasi salah satu cara buat ane biar bisa tetep waras dengan segala keriuhan di kepala.
akhirnya mengalami sendiri, bapak-bapak yang suka duduk sendirian di balkon sambil ngopi ama ngerokok itu gue.
Banyak yang gak memiliki kesempatan ini, karena saking riuhnya isi dalam kepala, sampai gak bisa mendengar apa yang diinginkan tubuh, stay sane bang ❤
 
Chapter 3
• ANHEDONIA •



Perkenalkan, aku Anhedonia, pernah denger gak?

Aku bukan nama dari salah satu diagnosa kesehatan mental, tapi aku adalah suatu gejala dari diagnosa yang lebih spesifik dalam gangguan mental, seperti depresi dan skizofrenia, aku dapat mempengaruhi aktivitas atau kegiatan sosial kalian, aku juga dapat mempengaruhi sensasi tubuh kalian seperti ketika kalian berpelukan atau bersentuhan dengan sahabat, keluarga atau pasangan, tindakan-tindakan tersebut sudah tidak lagi memberikan sensasi nyaman seperti dulu. Ketika makanan favoritmu menjadi hambar dan tidak ada keinginan lagi untuk memakannya. Ketika kumpul dengan teman-teman sudah tidak lagi merupakan hiburan bagi kalian.
Ketika seseorang memiliki aku dihidupnya, mereka tidak lagi merasakan euforia di saat-saat tertentu seperti dulu.
Aku bisa menjadikan kalian mati rasa.

Aku seringkali disalahartikan dengan depresi, padahal aku bukan depresi, kalau ingin tahu perbedaan aku dengan depresi, kita lihat di bawah ini..

- Depresi vs Anhedonia -

Kalau Depresi, kalian merasakan kesedihan atau kekosongan yang terus-menerus. Sedangkan kalau aku (anhedonia), yang kalian rasakan adalah mati rasa secara emosional atau kosong.
Depresi masih bisa menikmati sesuatu, tapi jarang, itupun kadang-kadang. Sedangkan aku, tidak bisa merasakan kesenangan sama sekali.
Kalian yang terdiagnosa depresi memiliki motivasi rendah KARENA putus asa, sedangkan seseorang yg terdiagnosa anhedonia, motivasi rendah mereka KARENA kurangnya minat.
Seseorang yang depresi bisa menangis terus menerus atau tidak terkendali dan menghindari orang karena kesedihan. Tapi aku bisa menyebabkan kalian tidak memiliki air mata, tidak ada emosi dan memilih menghindari orang karena tidak ada gunanya.

Ada yang relate?

Disclaimer [again]; Thread ini bukan untuk self-diagnose ya, sekali lagi, utk memutuskan seseorang terdiagnosa sesuatu membutuhkan ahli resmi dibidangnya dengan dukungan serangkaian tes psikologi, 1 atau 2 gejala kita relate, bukan berarti kita terdiagnosa hal tsb.

Ada 2 kategori Anhedonia, SOCIAL anhedonia, yang berarti kehilangan interest atau kepuasan utk hal2yang berhubungan dengan koneksi antar sesama manusia, afeksi dan secara kehilangan

Yang kedua adalah PHYSICAL atau SENSORY anhedonia, kehilangan kesenangan akan hal2yang ada di dalam kesehariannya, seperti makanan, hobi, bahkan sex terasa datar.

Anhedonia bisa dibilang Dopamine burnout. Otak kalian, terutama system limbic (system yg mengatur pergerakan di otak dengan fungsi tubuh) terbiasa mengejar "pleasure" atau kesenangan, asupan sosial media nonstop, kerja yang berlebihan, mencari validasi secara terus menerus. Ada lonjakan kecil dopamin yang berulang, sampai di titik di mana sudah tidak ada sama sekali lonjakan. Otak kalian jadi mati rasa, bukan harfiah "mati", bukan juga "rusak", hanya saja overwhelmed karena rangsangan yang diterima terlalu berlebihan. Tenang aja, kalian bukannya tidak bersyukur, kalian hanya kelelahan.

Lalu bagaimana bisa menimbulkan percikan-percikan dopamine itu kembali agar aku tidak lama-lama bersarang di diri kalian...

Beri jeda diri kalian terhadap sosial media, biarkan system saraf kalian me-reset kembali. Lakukan hal yang kreatif, yang berbeda dari keseharian atau rutinitas kalian, tujuannya adalah agar bisa berekspresi, tidak perduli hasilnya jelek atau bagus. Gerakkan tubuh kalian, bisa berjalan, menari (paling enak kl joget konyol di saat gk ada yg melihat 😆), tujuannya untuk mengeluarkan emosi yang tertahan, coba pelankan ritme hidup, maksudnya ketika biasanya segala sesuatu harus dilakukan ter-rencana, tidak boleh meleset satu detikpun, maklumi diri, be kind to your self.

Sebenarnya kalian enggak kehilangan passion terhadap hal-hal dalam hidup koq, aku hanya menguburnya saja sehingga membuat kalian berada di mode bertahan hidup.

Contoh kasus seseorang yang mengalami anhedonia, sebut saja Mawar, ketika Mawar menderita anhedonia dia terbaring berbulan-bulan di kamarnya, dia kehilangan keinginan untuk makan, minum,berinteraksi, bahkan untuk melihat layar handphone pun dia tidak sanggup karena dia merasa sangat-sangat lelah dengan segalanya. Satu-satunya alasan Mawar memaksakan dirinya untuk minum satu gelas sehari hanya agar dia bisa pipis, makan pun dia paksakan hanya dengan mie instan mentah. Mawar tinggal sendiri jadi ketika dia menderita anhedonia berbulan-bulan, tidak ada orang yang menyadarinya bahkan keluarganya pun tidak mengetahuinya, tapi ketika keluarganya datang dan melihat kondisi di sekeliling tempat tidur penuh dengan bungkus mie instan dan Mawar terbaring lemah tak berdaya akhirnya dibawa ke rumah sakit untuk pengobatan, dia juga dibawa ke psikolog, ternyata karena anhedonia yang dideritanya sudah parah jadi dia dilarikan ke psikiater.
[INFO] Perbedaan antara psikolog dan psikiater, kalau untuk psikolog terkadang kondisi-kondisi yang diderita tidak diperlukan adanya pengobatan medis dari dalam, bisa dilakukan dengan terapi atau metode 1on1 (semacam curhat), kalau psikiater cenderung lebih banyak kasus yang mengharuskan untuk mendapatkan perawatan dari dalam dan luar, jadi diperlukan Obat-obat an dan juga terapi.
Setelah beberapa bulan, Mawar yang sempat kurus kering, mendapatkan berat badannya semula, Mawar bilang terkadang anhedonia kembali dirasakannya, jika itu terjadi, Mawar akan istirahat sejenak, mengumpulkan energi untuk melawan rasa itu dan melanjutkan aktivitas rutinnya.
Mawar berpesan, bagi orang-orang yang merasakan hal ini, kalau dirasa sudah tidak sanggup, jangan ragu untuk mencari pertolongan, jangan malu untuk ke psikolog, ada hal-hal yang memang kita tidak bisa lawan sendirian, meminta bantuan bukan berarti lemah tapi karena kita sayang dengan diri kita sendiri.
Stay sane ❤

" The more perfect the person is on the outside, the more demons they have on the inside".
- Freud -
 
at the certain point,
anhedonia juga punya kecendrungan untuk su!c!de.
karena mereka udah ngerasa lubang yang ada di hatinya udah terlalu besar,
hal baik yang ada pun enggak mampu buat nutup lubang besar itu.
he cried for God help but it seems, forsaken by God.
 
at the certain point,
anhedonia juga punya kecendrungan untuk su!c!de.
karena mereka udah ngerasa lubang yang ada di hatinya udah terlalu besar,
hal baik yang ada pun enggak mampu buat nutup lubang besar itu.
he cried for God help but it seems, forsaken by God.
Kayaknya gangguan mental yg severe rata2punya kecenderungan ke situ ya..
That's why we need a strong support system in our life, keseringan anggota keluarga yg jd penopang, sedihnya banyak juga yg memiliki keluarga justru malah jd penyebab gangguan2kesehatan mental lainnya..
 
indeed, miss.
sad factnya adalah kecendrungan untuk "itu" ternyata genetik,
dan fikiran untuk "itu" juga akan selalu ada, gak akan pernah hilang.
terapi dan obat cuma memperkecil / mengurangi fikiran untuk "itu"
in the end support system yang strong juga akhirnya akan jadi pasien psikolog juga.
 
indeed, miss.
sad factnya adalah kecendrungan untuk "itu" ternyata genetik,
dan fikiran untuk "itu" juga akan selalu ada, gak akan pernah hilang.
terapi dan obat cuma memperkecil / mengurangi fikiran untuk "itu"
in the end support system yang strong juga akhirnya akan jadi pasien psikolog juga.
Iya, aku pernah baca, sekitar 45% hal itu diturunkan secara genetik, udah ada banyak penelitian, luar negeri atau dalam negeri ttg hal tsb, tp ada banyak faktor yg mempengaruhi juga, salah satunya lingkungan sekitar. Sad but true..
 
Iya, aku pernah baca, sekitar 45% hal itu diturunkan secara genetik, udah ada banyak penelitian, luar negeri atau dalam negeri ttg hal tsb, tp ada banyak faktor yg mempengaruhi juga, salah satunya lingkungan sekitar. Sad but true..
yup, faktor lingkungan sekitar pasti lebih dominan efeknya ke depresi.
treatment lingkungan sekitar dan keluarga pun, juga bikin orang depresi makin depresi.
mereka diceramahin, kurang sholat lah / jauh dari tuhan, lebay, gak bersyukur, etc.
padahal mereka cuma butuh dipeluk aja dan divalidasi perasaannya.
no need to say anything, just hug them.
 
yup, faktor lingkungan sekitar pasti lebih dominan efeknya ke depresi.
treatment lingkungan sekitar dan keluarga pun, juga bikin orang depresi makin depresi.
mereka diceramahin, kurang sholat lah / jauh dari tuhan, lebay, gak bersyukur, etc.
padahal mereka cuma butuh dipeluk aja dan divalidasi perasaannya.
no need to say anything, just hug them.
Bener banget bang, kita-orang dewasa yg seeking help itu bukan cacat otak yg gk paham mana yg benar dan salah, ketika kita berbuat sesuatu, kesadaran kita paling dalam pun tau resiko apa yg akan dihadapi..
Salah satu alasan kenapa banyak yg bilang ke aku kalau curhat atau cerita dengan stranger itu lebih nyaman dibandingkan cerita dengan orang yang kenal di real life, karena minimnya judgement dan blaming..
Mayoritas orang tua jaman dlu di Indonesia pola asuhnya kurang lebih sama, kl skrg sudah banyak yg share pengalaman ttg bagaimana pentingnya memvalidasi perasaan anak sejak dini, kalo nangis, ya gak apa apa utk nangis, itu manusiawi, setelah itu orgtua memberi penjelasan ttg perasaan "sedih" si anak, ttg penyebabnya dan membantu anak menerima emosi tsb alih-alih menyangkalnya..
Itu salah satu cara yg aku gunain ketika ada org yg penuh amarah interaksi ke aku.. Instead of marah balik, aku mikir kenapa dia bisa marah, apa triggernya, apa dia lg mengalami kesulitan, atau dia sebenarnya hanya ingin didengar/divalidasi perasaannya..
Kalau aku yg lagi marah, aku balikin ke diri aku, apa perlu marah2? Kalau aku marah2aku dapat yg aku inginkan apa enggak? sambil ngingetin kl marah itu ngebuang energi kita..worth it apa enggak.. Usaha itu sgt ngebantu aku jd bisa manage anger issues yg gak perlu..
 
couldn't agree more,
but not everyone can do like you do.
and its not easy to handle the anger, right?
 
couldn't agree more,
but not everyone can do like you do.
and its not easy to handle the anger, right?
Sgt Sgt Sgt sulit.. I've must experience my rock bottom to reach this kind of mindset...
Sempet kepikiran mau bahas anger management.. Atau abang ada saran issues yg lebih menarik mungkin?
 
Sgt Sgt Sgt sulit.. I've must experience my rock bottom to reach this kind of mindset...
Sempet kepikiran mau bahas anger management.. Atau abang ada saran issues yg lebih menarik mungkin?
anger management juga menarik sih,

ane enggak ngikutin banget teori freud, hanya yang berhubungan aja.
kebetulan tadi miss bikin chapter 3 ttg anhedonia, langsung kayak aha moment.
chapter itu deket banget soalnya, terasa personal aja.
 
anger management juga menarik sih,

ane enggak ngikutin banget teori freud, hanya yang berhubungan aja.
kebetulan tadi miss bikin chapter 3 ttg anhedonia, langsung kayak aha moment.
chapter itu deket banget soalnya, terasa personal aja.
Aku gk khusus bahas ttg Freud aja, cuma buat prolog ttg apa yg kita bahas.. Jd ada gambaran selain alam sadar, ada juga alam bawah sadar dan alam diantaranya.
Juga hal2seputar mental health issues yg sgt banyak orang gk sadari dimiliki.. Aku baru sadar aku punya trauma masa kecil di saat aku udah dewasa..
Anger management itu relate bgt sm aku di akhir remaja menuju ke awal dewasa 😅 semoga kuat nulisnya hehehe..
Makasih ya bang udah berinteraksi di thread sepi pengunjung ini.. Tp aku seneng nulisnya.. Yang dlu memorinya tumpul jd di asah lg 🥰
Kl ada yg mau aku bahas, do not hesitate to request yaa bang 😊😊
 
Wah, aku sebagai orang yg "mengaku2" freudian harus stay on tuned di sini selalu nih.

Ijin nyimak sis @BabyDee. :horey:
I'm definitely not a "Freudian", aku wanita yg memiliki banyak poros.
Monggo 🙏, sharing2juga boleh
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd