Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.

LOUNGE UNDER THE ICEBERG [Freud as an anchor]

Teorinya menarik utk dibahas, terlebih narsisme ada beberapa jenisnya, semoga next bisa aku bahas mendetail, thank u informasinya yaa Hu πŸ˜ŠπŸ™
Coba baca atau cari buku il principe karya machiavelli, banyak juga di youtube yang bahas tentang buku itu, walaupun buku itu terbit jaman abad pertengahan, dan sempat di banned sama gereja, tapi penjelasan di buku itu menurut aku sangat relate dengan kondisi politik jaman sekarang.
 
Coba baca atau cari buku il principe karya machiavelli, banyak juga di youtube yang bahas tentang buku itu, walaupun buku itu terbit jaman abad pertengahan, dan sempat di banned sama gereja, tapi penjelasan di buku itu menurut aku sangat relate dengan kondisi politik jaman sekarang.
Good reference, duh kl udah soal politik, aku mundur deh..aku org awam yang sulit menyusun kalimat utk berbicara πŸ˜†
 
So for the recap,
Kenali polanya -> step back / grey rock method -> resilience

Bang, menurut abang, misalnya ni, di hubungan suami istri yang toxic, what are the odds for using this formula, a family with children,
So for the result is can we cut that pattern, burn bridges or we can stay in that circle?

yesss, mam...


keuntungan di marriage life karena ada full komitmen aja sih. based on that harusnya bisa built the bridge not burn the bridge. baiknya memang dan harus cut the pattern, exhausted kl stay in the circle.
the odds of it, bisa kasih tau problem masing" pasangan, tapi kalo enggak bisa di ajak deep talk heart to heart. way out yang gak enak cuma take it or leave it.
step back juga penting when shit happen.
analoginya kayak dua orang saling pegang tali. kalo ada yang narik, salah satunya harus kendorin talinya.
tapi kalo dua"nya saling tarik terus, lambat tapi pasti bakalan putus.


dan idealnya toxic in marriage ini harus di validasi oleh profesional ya, kita enggak bisa gak bisa/boleh menjugde pasangan kita itu toxic, meskipun udah tick all the boxes.
sad factnya: children tend to be copycat parents behavior when facing the problem.

please, take my advice just for reference due i'm not a professional / marriage counselour.
 
yesss, mam...


keuntungan di marriage life karena ada full komitmen aja sih. based on that harusnya bisa built the bridge not burn the bridge. baiknya memang dan harus cut the pattern, exhausted kl stay in the circle.
the odds of it, bisa kasih tau problem masing" pasangan, tapi kalo enggak bisa di ajak deep talk heart to heart. way out yang gak enak cuma take it or leave it.
The consequences are for the children, take it or leave it.. But in my honest opinion, the children aren't supposed to accept the impacts of what their parents decided..
Ini yg buat berat mengambil keputusan ya, tapi udah banyak case yg aku liat ketika udah toxic marriage nya, anak gk akan dijadiin alasan utk Gk pisah, gk kebayang kuatnya determinasi dr salah satu pihak..

step back juga penting when shit happen.
analoginya kayak dua orang saling pegang tali. kalo ada yang narik, salah satunya harus kendorin talinya.
tapi kalo dua"nya saling tarik terus, lambat tapi pasti bakalan putus.
Ini analogi yg tepat menurut aku..
Ada lagi analogi yg aku suka, menjaga hubungan itu ibarat menggenggam pasir, terlalu erat akan jatuh semua dari sela2jari, tp kalau direnggangkan pasti akan hilang juga..


dan idealnya toxic in marriage ini harus di validasi oleh profesional ya, kita enggak bisa gak bisa/boleh menjugde pasangan kita itu toxic, meskipun udah tick all the boxes.
sad factnya: children tend to be copycat parents behavior when facing the problem.

please, take my advice just for reference due i'm not a professional / marriage counselour.
This is so true,
children tend to be copycat parents behavior when facing the problem -> this copying behavior may become their coping mechanism to deal with lots of their problems..

So do i bang, pokoknya disclaimer kl di thread ini buat brainstorming dan kali aja dgn sharing bisa nambah pengalaman, untuk tau air laut asin kan gk harus nyemplung ya bang 😁...
bukan cm ttg mental health aja, kadang penyakit juga kita self diagnosed sendiri berdasarkan info mbah gugel 😩..
Stay healthy selalu bang dan makasiy buat penjelasannya πŸ™πŸ˜Š
 
The consequences are for the children, take it or leave it.. But in my honest opinion, the children aren't supposed to accept the impacts of what their parents decided..
Ini yg buat berat mengambil keputusan ya, tapi udah banyak case yg aku liat ketika udah toxic marriage nya, anak gk akan dijadiin alasan utk Gk pisah, gk kebayang kuatnya determinasi dr salah satu pihak..

pernah kenal beberapa single mom, banyak yang memilih untuk lebih baik jadi single mom,
dan beruntungnya mereka bisa mendidik anaknya jauh lebih baik di bandingkan saat masih keluarganya utuh.
mereka bisa bagi waktu antara keluarga dan kerjaannya, enggak mudah tapi feasible. tapi mungkin itu cuma fenomena aja ya.
in generally, mungkin banyak juga yang bertahan karena anak dengan pembelaan "gak mau anak" jadi korban broken home"
lah padahal mah parents yang gak sehat juga bisa bikin efek broken home. πŸ˜‚


Ini analogi yg tepat menurut aku..
Ada lagi analogi yg aku suka, menjaga hubungan itu ibarat menggenggam pasir, terlalu erat akan jatuh semua dari sela2jari, tp kalau direnggangkan pasti akan hilang juga..

jadi inget analogi ini tapi buat orang yang posesif sih, cuma beda materialnya beras.
"pasangan kita tuh kayak beras, tampung pake tangan kuncup dan jangan dikepal terlalu keras nanti berasnya malah keluar dari sela jari."

This is so true,
children tend to be copycat parents behavior when facing the problem -> this copying behavior may become their coping mechanism to deal with lots of their problems..

yup, couldnt agree more..
butuh edukasi pelan" untuk cut the toxic generation.


So do i bang, pokoknya disclaimer kl di thread ini buat brainstorming dan kali aja dgn sharing bisa nambah pengalaman, untuk tau air laut asin kan gk harus nyemplung ya bang 😁...
bukan cm ttg mental health aja, kadang penyakit juga kita self diagnosed sendiri berdasarkan info mbah gugel 😩..
Stay healthy selalu bang dan makasiy buat penjelasannya πŸ™πŸ˜Š

iya juga sih ya, buat awareness juga.

you too, sis.. my pleasure..
 
Hi sis Dee, gimana kabar? udah sehat kah?
Hi there, warga trit Freudian

Duuh aku ketinggalan banyak topik nih, hehehe. Mau reply kalian moga masih relate soalnya topik udah ganti wkwkwk, I'll catch up soon hihii

Boundaries adalah hal yang sangat sulit diterapkan di seseorang yang serba gak enakan, aku sendiri belajar membuat boundaries saat usia 40, yesss forty, dan aku belajar itu dari mahasiswa ku ketika jd counselor di salah satu kampus, ashamed? Of course not, gk ada kata terlambat utk belajar hal2baru yang positif.
I feel you sis Dee. Sama, aku juga pernah jadi orang yg gak enakan kok. Tapi lama kelamaan aku yg merasa tersiksa wkwkwk. Akhirnya aku coba untuk jujur sama diri sendiri, identifikasi batasan mana yg aku bisa tolerir dan yg kelewatan. Dari situ mulailah pengalamanku yg baru, stop jadi org yg gak enakan.

Btw, kapan2 boleh gak bagi pengalaman sis Dee pas jadi konselor? kayanya menarik, but if only you wanna share ya
.emang harus di lawan rasa gak enakan itu.. Even it feels like shit inside πŸ˜…πŸ˜…
Yess, gak enakan sometimes menyiksa. Even feels like shit inside, as you said.
Gak enakan itu kan dari POV kita. Misal, merasa egois kalau nolak bantuin orang walaupun menguras pikiran dan emosi. Atau merasa kasian sama seseorang sampai kita rela mengorbankan diri sampai kita merasa susah.
Bukan berarti kita gak boleh baik sama orang, tapi mengutamakan diri sendiri sebenarnya bentuk self love.
Setelah aku pahami, self love dan egois itu berbeda. Kalau self love tu mengutamakan diri sendiri dengan menghargai orang lain. Kalau egois lebih ke mengutamakan diri sendiri dengan mengabaikan hak/mengganggu org lain.

is there any kind of suggestion to set or showing the boundaries, sis?
Dare to say 'no' or 'dislike', with honesty and respect.
Kata 'tidak' dan 'tidak suka' kalau kita tunjukkan dengan manner, lebih bisa diterima sebagian orang. Mungkin cara simpel menurutku begitu, Bang Sam.
 
Hi sis Dee, gimana kabar? udah sehat kah?
Thank God better than before walau harus kontrol lanjutan hehehe semangat sehat, sakit gk enak 😌
Semoga kita semua selalu sehat sehattt yaaa jiwa raga.. Aamiin

Duuh aku ketinggalan banyak topik nih, hehehe. Mau reply kalian moga masih relate soalnya topik udah ganti wkwkwk, I'll catch up soon hihii
Makanya aku ganti gk setiap seminggu sekali, there are so many topics in this particular field, so one topic in two weeks shouldn't be problem hehehhe, eh kl misalnya km mau nyumbang artikel boleh banget lhooo.. Mungkin aja beda POV dlm cara penyampaiannya, no matter who's TS is.. Just consider you as a guest star TS, Random thoughts aja hahaha

I feel you sis Dee. Sama, aku juga pernah jadi orang yg gak enakan kok. Tapi lama kelamaan aku yg merasa tersiksa wkwkwk. Akhirnya aku coba untuk jujur sama diri sendiri, identifikasi batasan mana yg aku bisa tolerir dan yg kelewatan. Dari situ mulailah pengalamanku yg baru, stop jadi org yg gak enakan.
Jd intinya Identify boundaries dlu ya nette, ini trnyata efektif bgt ya,
Sama persis kayak pembahasan aku sama abang aku, dapat insight ttg ini.
Jadi hal pertama yg kita musti ketahui itu adalah kepasitas diri kita, ketika kita tau batas kemampuan kita, kita mampu utk bisa mengatakan "Ya" Atau "tidak" Terhadap hal2yg dlunya kita terbiasa utk jd org "gak enakan", bukan masalah -harus tega- tapi mengenal diri kita sendiri and this is related with us setting the boundaries for ourselves. Thank u for sharing the pattern yaa nette πŸ₯°.

Btw, kapan2 boleh gak bagi pengalaman sis Dee pas jadi konselor? kayanya menarik, but if only you wanna share ya
Aku gk lama di sana, less than a year, tp belajar banyak dr kampus itu, dr co-worker, dr anak2nya. Kebanyakan yg aku handle adalah anak2ADHD, atau yg rebellious in minor level, beberapa kali nanganin mahasiswa tantrum, tp untungnya gak sampe harmful, kebanyakan yg mereka keluhkan itu karena tuntutan orgtua yg terlalu tinggi ekspektasinya, ada yg memang sudah terdiagnosa sedari dini, ada juga anak yang belum mengetahui kondisinya and tried seeking for help, aku juga handle orangtuanya yg non-stop mengeluhkan setiap detail perkembangan si anak.. So... Hehehe it's an expensive experiences to deal with these kind of situation.. Sayangnya gk bisa lanjut karena walaupun aku kuat berhadapan dengan begitu banyak problematik anak dan orang tua di segala level, tp aku gk bisa berhadapan dengan bos yg toxic, so I quit before I loose my self..

Yess, gak enakan sometimes menyiksa. Even feels like shit inside, as you said.
Gak enakan itu kan dari POV kita. Misal, merasa egois kalau nolak bantuin orang walaupun menguras pikiran dan emosi. Atau merasa kasian sama seseorang sampai kita rela mengorbankan diri sampai kita merasa susah.
Bukan berarti kita gak boleh baik sama orang, tapi mengutamakan diri sendiri sebenarnya bentuk self love.
Setelah aku pahami, self love dan egois itu berbeda. Kalau self love tu mengutamakan diri sendiri dengan menghargai orang lain. Kalau egois lebih ke mengutamakan diri sendiri dengan mengabaikan hak/mengganggu org lain.
Nahhh, self love does really exist right? And not just some meme in a good quote, ketika aku nemuin arti sebenarnya dr self love, walau dampaknya belum se-powerfull yg dipikirkan, aku jd lebih bisa menghargai diri sendiri dan mengontrol reaksi aku ke masalah2yg dihadapi (semoga aja dtgnya gak keroyokan ya hahaha), Tiny things that I do for me already makes me happy..
Thank you for your in sight yaaa Annette.. Makasih udah percaya utk sharing di thread ini.. πŸ₯°πŸ₯°
 
Dare to say 'no' or 'dislike', with honesty and respect.
Kata 'tidak' dan 'tidak suka' kalau kita tunjukkan dengan manner, lebih bisa diterima sebagian orang. Mungkin cara simpel menurutku begitu, Bang Sam.

simple tapi berat ya... sis. πŸ˜…
IRL udah pake unggah ungguh tetep aja kek gak bisa nolak.
apalagi urusannya ama kerabat dan klien. mending fruit kid / orang lain aja deh yang ngomongin. cari bantalan mode:on πŸ™ˆ


Aku gk lama di sana, less than a year, tp belajar banyak dr kampus itu, dr co-worker, dr anak2nya. Kebanyakan yg aku handle adalah anak2ADHD, atau yg rebellious in minor level, beberapa kali nanganin mahasiswa tantrum, tp untungnya gak sampe harmful, kebanyakan yg mereka keluhkan itu karena tuntutan orgtua yg terlalu tinggi ekspektasinya, ada yg memang sudah terdiagnosa sedari dini, ada juga anak yang belum mengetahui kondisinya and tried seeking for help, aku juga handle orangtuanya yg non-stop mengeluhkan setiap detail perkembangan si anak.. So... Hehehe it's an expensive experiences to deal with these kind of situation.. Sayangnya gk bisa lanjut karena walaupun aku kuat berhadapan dengan begitu banyak problematik anak dan orang tua di segala level, tp aku gk bisa berhadapan dengan bos yg toxic, so I quit before I loose my self..

baru ngeh kalo sis pernah jadi konselor.
setuju ama sis annette, share experiencenya. pasti banyak warna yang menarik dari posisi konselor.
tapi sekali lagi, if you want it, too.


Nahhh, self love does really exist right? And not just some meme in a good quote, ketika aku nemuin arti sebenarnya dr self love, walau dampaknya belum se-powerfull yg dipikirkan, aku jd lebih bisa menghargai diri sendiri dan mengontrol reaksi aku ke masalah2yg dihadapi (semoga aja dtgnya gak keroyokan ya hahaha), Tiny things that I do for me already makes me happy..
Thank you for your in sight yaaa Annette.. Makasih udah percaya utk sharing di thread ini.. πŸ₯°πŸ₯°

nambahin dikit ya sis...
kita tau tentang diri sendiri tapi kadang kita enggak kenal cukup baik dengan diri kita sendiri.
kontemplasi salah satu jembatan yang bisa bikin kita lebih sayang, deket dan kenal ama diri sendiri.
 
simple tapi berat ya... sis. πŸ˜…
IRL udah pake unggah ungguh tetep aja kek gak bisa nolak.
apalagi urusannya ama kerabat dan klien. mending fruit kid / orang lain aja deh yang ngomongin. cari bantalan mode:on πŸ™ˆ
Simple in disguise ya bang πŸ˜†


baru ngeh kalo sis pernah jadi konselor.
setuju ama sis annette, share experiencenya. pasti banyak warna yang menarik dari posisi konselor.
tapi sekali lagi, if you want it, too.
Tipis tipis bisa bang, aman hehehe..
Aku belum buat topic buat minggu ini ni bang, kepala aku penuh kecemasan dengan sakit yg lg aku alamin, padahal mah gk perlu cemas ya, cukup dijalanin aja, tp lumayan exhausted, seminggu bisa 2 kali je puskesmas, 2 kali ke rumah sakit.. Huff...
So sorry kl belum ada update ya Freudian πŸ™πŸ™( not me hahaha)...

nambahin dikit ya sis...
kita tau tentang diri sendiri tapi kadang kita enggak kenal cukup baik dengan diri kita sendiri.
kontemplasi salah satu jembatan yang bisa bikin kita lebih sayang, deket dan kenal ama diri sendiri.
Gak banyak org memiliki kesempatan utk mengenal dirinya sendiri ya bang, salah satu bentuk positif being alone is you can learn to hear what yourself want and need.. Walau aku sampe skrg belum maksimal juga.. Tp kalau org dengan Environment yg terbiasa rame/banyak orang, kadang suara org yg lbh keras terdengar (in hypothetical),
Pokoknya semoga semua selalu sehat yaaa...
 
Simple in disguise ya bang πŸ˜†

exactly... sis πŸ˜…

Tipis tipis bisa bang, aman hehehe..
Aku belum buat topic buat minggu ini ni bang, kepala aku penuh kecemasan dengan sakit yg lg aku alamin, padahal mah gk perlu cemas ya, cukup dijalanin aja, tp lumayan exhausted, seminggu bisa 2 kali je puskesmas, 2 kali ke rumah sakit.. Huff...
So sorry kl belum ada update ya Freudian πŸ™πŸ™( not me hahaha)...

waduuuh.... teuteup cemunguuut kamunya... πŸ’ͺπŸ’ͺπŸ’ͺ


Gak banyak org memiliki kesempatan utk mengenal dirinya sendiri ya bang, salah satu bentuk positif being alone is you can learn to hear what yourself want and need.. Walau aku sampe skrg belum maksimal juga.. Tp kalau org dengan Environment yg terbiasa rame/banyak orang, kadang suara org yg lbh keras terdengar (in hypothetical),
Pokoknya semoga semua selalu sehat yaaa...

even orang yang udah kenal dirinya sendiri aja suka denial...sis. πŸ€ͺ
it's okay to be alone, "Being alone doesn't kill you but feeling lonely does"
semoga keriuhan kamu cepat mereda ya.

pokokna mah "everything happen for a reason"
kita kuat, kita hebat, kita bisa hadepin semua masalah kok tapi sambil nangis. ✌️πŸ€ͺ


have a great day....
 
exactly... sis πŸ˜…
waduuuh.... teuteup cemunguuut kamunya... πŸ’ͺπŸ’ͺπŸ’ͺ
even orang yang udah kenal dirinya sendiri aja suka denial...sis. πŸ€ͺ
it's okay to be alone, "Being alone doesn't kill you but feeling lonely does"
semoga keriuhan kamu cepat mereda ya.

pokokna mah "everything happen for a reason"
kita kuat, kita hebat, kita bisa hadepin semua masalah kok tapi sambil nangis. ✌️πŸ€ͺ

have a great day....
Akan ku hadapi semua tapi sebentar.. Beli kupi dlu ya bang πŸ˜†πŸ˜πŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜Š
You too bang have a great day πŸ₯°
 
CHAPTER 8

PLAYING VICTIM aka VICTIM MENTALITY and NPD (Narcissistic Personality Disorders)


Salah satu tipe orang yang paling sulit untuk dihadapi adalah orang yang memiliki Victim mentality atau Si Paling Korban.
Playing victim adalah salah satu bentuk mekanisme pertahanan ego yang kurang matang, menyalahkan situasi atau orang lain, atas apa yang dialaminya.
Gk perlu intro panjang2karena mungkin banyak victim mentality di sekitar kita sehingga kurang lebih familiar dengan gangguan kejiwaan yang satu ini....

Penyebab:
Umumnya karena pernah sakit hati, mungkin dibeda-bedakan di lingkungan rumah, dituntut atau dimanipulasi oleh orang tua atau orang terdekat sekitar. Teori yang disampaikan oleh "Jesse lantang (pastor/psikolog)" cukup bisa diterima secara logika, yaitu biasanya, orang-orang yang playing victim dan memiliki dampak NPD adalah orang-orang yang gk megang duit, dia akan selalu merasa menjadi korbannya, bedanya seorang NPD yang berduit, mereka akan love bombing, memberikan segalanya bahkan lebih dr apa yang mereka punya dan ketika mereka gk mendapatkan apa yang mereka inginkan dari orang tertentu, semua akan berbalik, diomongin negatif, diputar balik fakta, dijelek-jelek-in dsb.

Dampaknya:
Dapat berujung ke NPD (Narcissist Personality Disorder), mereka kurang memiliki tanggungjawab, dalam hal rasionalisasi cenderung selalu mencari alasan, "aku seperti ini karena....",
Cenderung proyeksi atau menyalahkan orang lain yang seharusnya tanggungjawab ada di dirinya sendiri.
Mereka cenderung closed minded dan tidak punya empati. Karena mereka lebih mementingkan dirinya sendiri.
Memiliki Self pity yang tinggi, self pity adalah rasa mengasihani diri sendiri dengan berbagai cerita sedih versinya, jauh beda dengan self love, yg sebelumnya pernah dijelaskan Annette kalau self love itu mencintai diri sendiri tanpa menyakiti hak orang lain.

How we deal with that kinda person?
Menjauh, namun jika opsi tersebut terlihat sulit, berusaha untuk konfrontasi dengan kalimat yang tidak defensif, contoh:
"Turut sedih kamu harus ngalamin hal kayak gitu, tp sepertinya tidak tepat menaruh seluruh tanggungjawab ke orang lain yang seharusnya menjadi tanggung jawab mu.."
"I respect your feelings, but i can't compromise everytime to make you more comfortable."

Etc...


JAGA BATASAN ATAU JARAK AMAN, jika mampu.. 😌


Learn how to protect our energy and set healthy boundaries with;
β€’ Jangan sampai terpengaruh dengan perasaan bersalah. Salah satu senjata manipulatif yg digunakan adalah rasa bersalah.

β€’ Berempati tanpa harus terlibat. Serahkan keputusan selanjutnya ke mereka.

β€’ Buat batasan yang jelas. Informasikan batasan yang perlu di buat jika perlu.

β€’ HINDARI "MEMPERBAIKI" MASALAH MEREKA. sebenarnya tindakan ini bukan hanya mengaburkan boundaries kita, tp juga membuat orang dengan victim mentality semakin jauh dr rasa bertanggungjawab atas dirinya sendiri.


PEOPLE WITH VICTIM MENTALITY DON'T WANT SOLUTIONS, THEY WANT AN AUDIENCE.


"Real struggle wants to heal, while victim mentality wants to stay stuck, and it's not our obligation to fixed people who doesn't want to be fix."

Orang playing Victim tuh jago bikin plot twist, lo putar cerita bikin diri lo keliatan paling tersakiti, padahal yang lo lukai justru orang yang paling percaya sama lo, rumus playing victim tu gampang, tinggal cerita setengah, tambahin air mata sedikit dan tunggu simpati datang dari orang yang nggak tahu apa-apa. Kalau semua orang tuh salah di cerita lo dan lo selalu jadi tokoh utamanya, mungkin yang perlu lo rubah bukan orangnya, tapi sudut pandang dalam melihat semuanya, kalau nggak mau berubah ya nggak apa-apa, terusin narasi lo, bikin semua orang tepuk tangan buat peran Victim yang lo mainin kalau memang itu bisa buat lo bahagia.

~β€’~​

NPD
Narcissistic Personality Disorders



NPD adalah gangguan kepribadian di mana seseorang:
1. Selalu ingin dikagumi.
2. Merasa si paling dalam segala aspek.
3. Merendahkan atau mengabaikan perasaan orang lain.
4. Sering memanipulasi demi keuntungan pribadi
5. Merasa istimewa dan hanya ingin bergaul dengan orang selevel.
6. Mudah tersinggung jika dikritik.
7. Terlihat percaya diri tapi di dalamnya menyimpan rasa tidak aman.

Penyebab NPD:
Seseorang yang selalu ingin tampil, ingin dipuji, ingin dominan, tidak empati kepada orang lain bisa dikarenakan dari dulu sering dipuji dan diangkat-angkat atau sebaliknya dia defisit attention, kekurangan pujian, kekurangan perhatian, terkadang ada beberapa hal yang memang perlu diapresiasi, tapi tidak perlu berlebihan karena salah satunya yang menyebabkan NPD adalah pola pengasuhan yang menjadikan akhirnya seseorang tidak mau merasa salah dan tidak pernah mau mengakui kesalahannya karena seringkali dipuji.
Bisa dikategorikan spt di bawah ini:
- Genetik atau faktor keturunan,
- Lingkungan (terlalu sering dikritik saat kecil),
- Perkembangan otak (struktur dan fungsi otak yang berbeda).

Ciri-ciri NPD:
1. Tidak pernah merasa bersalah,
2. Tidak memiliki empati,
3. Playing Victim,
4. Patological liar atau kebiasaan berbohong yang kompulsif,
5. Sering membuat janji manis atau konstan drama,
6. Selalu merasa putus asa, marah-marah sampai memfitnah atau menjelek-jelekkan orang lain,
7. Keinginan yang berlebihan untuk dihargai dan dipuji.

Lucunya NPD cuma jahat sama orang yang dekat dengan dia, kalau cuma deket-deket gitu aja nggak akan ada masalah sama dia, NPD itu bermasalah ketika lo udah ada hubungan emosi sama dia, di situ baru dia menunjukkan sifat-sifat narsistiknya, karena sewaktu lo mempunyai hubungan yang memakai emosi, di situ membutuhkan komunikasi dua arah, Nah lo nggak akan dapat sama orang narcissistic, persis kayak ngobrol sama tembok, karena di pikirannya yang penting itu adalah kehidupan dia, keuntungan yang dia peroleh.

Seorang NPD tidak dapat disembuhkan (info dari berbagai pendapat dari para psikolog atau psikiater - source: Google), membutuhkan obat dan terapi dari psikiater profesional, karena pengidapnya tidak pernah merasa sakit. Mereka tidak melihat ada yang salah dengan dirinya, justru orang lain lah yang dianggap salah.

NPD hidup dalam dunia ilusi di mana dirinya selalu benar, paling pintar, paling hebat, maka bagaimana mungkin seseorang mau diobati kalau dia bahkan tidak mau mengakui penyakitnya.

Berbeda dengan gangguan kejiwaan lain, NPD menolak introspeksi, empati mereka cacat, rasa bersalah nyaris tidak ada, dan mereka selalu punya topeng untuk menutupi wajah aslinya, bahkan terapi pun sering gagal karena mereka akan memanipulasi terapisnya. Hingga kini tidak ada obat tidak ada terapi yang benar-benar bisa mengubahnya, yang bisa dilakukan hanya satu, melindungi diri dari memiliki hubungan secara emosional dengan mereka.

Kali ini sulit untuk sharing experience, karena terlalu sensitif pembahasannya (according to my experience only, karena kalau sharing pengalaman org lain, kurang dapet feeling-nya), mungkin ada yang willingly share with us all of your experience.. Its an honor to provide the time and place πŸ₯°πŸ₯°.

Stay Sane ❀
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd