Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Tanpa goresan tinta, terukir senyum indah sang Dewi malam

Mencoba menyapa semburat rona jingga berhias kilau bintang

Berbisik lirih tiupan anging membelai pucuk Pinus ,

Membuat bait syahdu nyanyian ratap,

Membuai jiwa lelah melangkah menuju mimpi semu,

Mencoba tegar menantang mimpi, bermodal asa yang terpupuk

Bagai arak - arakan awan membawa angan terbang laksana parade kunang - kunang menerobos rimba gelap

Akankah ada tempat untuk segenggam harapan yang hampir usang namun terlalu indah untuk di gapai
 
Terakhir diubah:


Lelakiku.... bukan lelakiku
Hangat peluknya hanya sesaat
Kala fajar menyingsing
Ia pun hilang terserap waktu

Lelakiku... sentah siapa dia
Melumat bibirku hanya sesaat
Kala fajar menyinsing
Ia pun hilang bersama hari

Mungkin...
Aku hanya boneka
Diatas panggung sandiwara birahi
Lekuk tubuhku hanya pajangan
Demi nikmat si lelaki

Ketika senja bermula
Aku adalah putri impian
Ketika malam berakhir
Aku adalah binatang jalang


:rose::rose::rose::rose:
Special credit to @BL4CKDEV1L
 


apa yang kita katakan pada kenyataan
terkadang hinaan dan cemoohan yang terciptakan
kita hanya dapat melihat tetapi tidak merasakan
hingga semua mudah untuk di lontarkan

kemampuan diri dalam kehidupan
kesempurnaan yang hadir dan kita dapatkan
sehingga kata kekurangan sudah jauh kita tinggalkan
disitulah nurani selalu mengabaikan rasa kemanusiaan

salahkah mereka yang masih diselimuti kesusahan
mencari jalan kebenaran yang mereka inginkan
dengan mudah kita untuk menyalahkan
sesungguhnya mereka juga inginkan kebaikan

gelak tangis anaknya datang menyapa
dalam rasa lapar mengiba manja
sanggupkah kita mengartikan airmatanya
hinakah mereka dalam berdoa

hanya tangisan dibalik senyuman
dalam harapan untuk sebuah kesempatan
pertaubatan dan suatu kebahagiaan
untuk anak-anak mereka yang belum tau dosanya di kenyataan

ingatlahlah tuhan itu maha penyayang umatnya
kita sebagai manusia tidak boleh menentukan kepastian
kebijaksanaan dan sebuah pertolongan
secuil harapan untuk membuka sebuah jalan mereka

By. ARYA KELANA
02/02/2015

Izin posting puisi nih ya suhu. :capek:

walaupun copas sih hehehehehe :ampun::ampun::ampun:




 
Terakhir diubah:


Ijinkan aku menari
Bersama kelam bayangku
Lagukan syair kepedihan
Iringi tetes air mata tak bertuan

Mimpi-mimpi terakhir
Hancur bersama malam
Tiada asa tersisa
Bersama nada-nada lirih

Menangis...
Menjerit...
Tiada pelukan tempat bermanja
Kala senja merayap pelan

Gelap tertawa ria
Nista seakan memeluk erat
Aku terikat dalam dosa
Abadi... hingga detik terakhir

Kemana kubawa raga fana ini
Pulang...?
Hanya neraka yang membuka pintu
Untuk kupu-kupu malam


:rose::rose::rose::rose:
 
Masih adakah yang menyimpan rindu sedalam ombak di laut, yang merelakan dirinya lebur terhantam karang demi memeluk pasir yang menantinya di pantai ?

Masih adakah yang memendam rindu sebagaimana rembulan yang menantikan hangatnya dekapan mentari, walaupun dia tahu senja akan terlebih dulu menyelimuti sang mentari

Masih adakah yang menyanjung rindu seperti embun yang senantiasa menyejukkan pagi, meskipun hadirnya hanya sekejap di penghujung fajar
 
Kemaren sore aku melihat kupu-kupu, rupanya cantik sayapnya warna merah delima, yang ini kupu-kupu sore.
Aku tangkap kupu-kupu dengan jaring, dia diam saja.
Aku bawa dia ke rumah untuk menemani hari dengan siang malamnya.
Ingat hari, bukan aku.!
Hari kadang cerah, kadang mendung, tapi dia selalu terang dan gelap.
Hari senang aku bawakan kupu-kupu merah delima, dia ingin mempersuntingnya, untuk menghias taman yang ada bunga, karena sebenarnya bunga adalah nyawa taman, dan nyawa kupu-kupu mencari madu.
Aku senang, waktu-waktu sudah lengkap, dan lengkap itu akhir dari segalanya.
 
Kupu Malam dan Purnama I


si gadis, mirah

berkaca dengan luka di air matanya

merasa nista atas dirinya sendiri


di belakangnya, purnama

mendaraskan doa yang tak putus

melalui warna

dan sedikit dingin yang genit

mencubit kulit


“segala keindahan untukmu, manis

semoga kenangan indah tak lekang

dan semua yang pahit luruh

seperti gugur daun jati

di musim kemarau

dan sebagainya, dan sebagainya”


tubuh si gadis

tak juga beranjak dari muka cermin

pipinya tersayat oleh segaris

pilu


purnama tak berhenti melafazkan puja

berharap sang gadis, mirah

menoleh padanya

mengalihkan pandang dari kesedihannya

yang siasia
 
Mohon maaf buat Mba Era udah mengganggu dengan puisi2 jelek saya. Mohon maaf juga dalam puisi2 ane nama Mba jadi "Mirah". Semata2 cuma demi kepentingan puitisasi. :ampun:
:ampun:

Terima kasih untuk coretan2 indahnya suhu...

Terima kasih karena sudi meluangkan waktu untuk mengunjungi dan menorehkan tinta di trit era... terima kasih :kk:
 
:ampun:

Terima kasih untuk coretan2 indahnya suhu...

Terima kasih karena sudi meluangkan waktu untuk mengunjungi dan menorehkan tinta di trit era... terima kasih :kk:
Ane masih nubitol Mba Era. Tapi alhamdulillah udah page 14. Dari kemaren ane gemes ngeliat tritnya page 13 terus, heheh. Duh, ketauan ngasal deh. :p
 


Senja datang lagi...tapi tidak denganmu
Menyisipkan seutas rindu
menertawakan sepi yang mendekapku


lalu..

malam pun kembali...tapi tidak denganmu
menghadiahkan kebekuan gelap
menertawakan rintih tentang cinta tak berbalas


dan..

pagi pun menjelang..tapi masih tanpamu
menyerahkan semangat yang redup
membungkus serpihan hati yang terkoyak


musim akan berlalu..berganti musim
ragaku akan tertelan waktu
namun...
mimpiku tetaplah mimpi usang itu
mendekapmu walau hanya sesaat


:rose::rose::rose::rose:

Njlebbbb ke hati, mengalir ke sudut mata
 
Terkadang rasa sunyi mendekap kalbu...
Melayangkan segala rasa dalam hampa...
Betapa inginnya menari bersama kumbang madu...
Namun ternyata hanyalah sebuah fatamorgana semata...

Berlalulah wahai sang waktu...
Bungkam segala keluh - kesah tak berguna...
Lalu segeralah lantunkan sebuah lagu...
Dimana sang kupu - kupu mulai menari ceria...

:bye:

______________:ngacir:__________
 


Semburat rindu dalam keheningan senja
Menggoreskan sebaris perih
Dalam kekosongan menatap cakrawala
Temaran
Seolah redup menjelang ajal

Menatap hampa langit jingga
Sepi terhanyut dalam nestapa semesta
Perih
Kesunyian di ujung waktu

Ilusi derai tawa bak pesta pora
Menghilang dalam nista malam
Pedih... perih
Suciku terkubur dilembah hitam

Pesona senjaku memudar
Teriring ratap pilu kupu-kupu malam
Lirih...
Menyambut malam dalam tangis


:rose::rose::rose::rose:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd