Kubam Kodew
Semprot Kecil
- Daftar
- 21 Mar 2014
- Post
- 76
- Like diterima
- 3
Maaciihhhh ooommm nya...memang pujangga sejati...selalu menikmati apa yang disuguhkan di hati...
Kadang... bahasa itu hanya terlintas begitu saja sih ommm... ada baiknya kalo lebih banyak baca karya sastra klasik..Aku kadang bingung nyari bahasa yg ngena kek puisinya mbak era.
Pagiiiiiiii oommmm suhu....Hmmm...
Boleh tanya nggak ya....
Pagiiiiiiii oommmm suhu....
Boleh kooo nanya.... silahkan.....
Jadi gini oommm nya...Kok puisi terakhir dalem banget ya sist...
Berasa jeritan hatiiii
Terinspirasi dari apa atau siapa dan berasa apa atau menasehati siapa sist?
Jadi gini oommm nya...
Dulu pas masih jaman kuliah, pernah dapet tugas buat cerpen atau puisi.. tapi, penulisannya harus melalui observasi.
Nah..
Kebetulan era punya temen yg gitu itu (kupu2 malam), jadi daripada repot2 nyari inspirasi, era ambil aja tema kupu2 malam.. dengan tokoh inspirasi temen era tadi..
Jadi...
Secara khusus si temen ini cerita tentang hidupnya, giman rasanya menjalani kehidupan ganda (menjadi kupu2 malam dan menjadi seorang mahasiswi).. dan dari cerita dia ini, era bisa memposisikan diri sebagai dia, karna imajinasi era memposisikan era adalah dia..
Nah...
Setelah selesai ebservasi dan penelitian, era buat bbrapa puisi yang bertemakan kehidupannya.
Itulah latar belakang kumpulan puisi "Kupu-kupu Malam"
Yuppsss... tribute to someone...Sippp... Soo... Tribute to yahhh....
Nicee...
Emang nggak jauh dari sebuah puisi dimana puisi adalah penyampaian hati yang paling dalam...
Lelakiku...
Tiada lara yang membunuhku
Selain luka melihat padam kobar asamu
Terhempas di kesunyian dalam rindu
Merana bak menanti hujan di musim kemarau
Lelakiku...
Ragaku terkungkung noda
Tenggelam dalam kelamnya malam
Tiada lagi kesucian
Tiada lagi jalan terang
Tuk pulang ke pelukanmu
Lelakiku...
Datanglah jika itu inginmu
Rebahkan lelah tubuhmu di pangkuanku
Biarkan aku membelaimu dengan sisa doaku
Sebelum waktu berhenti atas jiwaku
Special credit to @kadele
Fantastis...Perempuanku,
Hentikan gundah akan raga yang tersesat di lembah nista
Hentikan semua resah akan jiwa yang dikangkangi dosa
Sebab nasib tak selalu secerah siang
Perempuanku,
Jika takdir adalah bait kehidupan
Janganlah gundah menjadi rima dalam hidupmu
Bukankah doa adalah sebaik-baiknya pengasah asa?
Perempuanku,
Aku tahu asaku pudar
Terhempas gelombang rindu
Tapi bukankah manusia tak harus sama?
Pandanglah rembulan itu, meski ia tak secantik wajahmu
Perempuanku,
Datanglah kemarin
Kita berlayar bersama dalam bahtera
Menuju janji sesuci zam-zam
Agar waktu berhenti dalam senyum