di ungkapke wae ki, ketimbang memdem..
hahahaha.. ini mau ane ungkapin.
Jadi gini, ane dari keluarga yang cukup heterogen. Bapak Islam campur kejawen, ibu non islam.
dan dua orang tua ane termasuk orang yg tidak begitu menjalankan syariat agamanya.
Hasilnya seperti ane ini..
tapi ane beryukur, justru ane bebas mempelajari agama apapun, ane anggep tidak ada kotak yang membatasi ane.
soal pilihan beragama, ane yakin ente juga bukan org yang bebas milih agama, pasti dipilihkan oleh orang tua kan. waktu daftar sekolah SD, ngisi formulir kependudukan.
KTP ane kebetulan Islam.. karena terlanjur dipilihkan islam, tapi orang tua ane membebaskan kalau mau pindah.
Nah ane berusaha menjalankan syariat2. sholat, puasa dan lainnya.
Selanjutnya apa yang terjadi? ane gak menemukan makna apapun. sholat hanya seperti membaca mantra-mantra arab, walaupun ane tau terjemahannya. Puasa hanya sekedar menahan haus dan lapar kemudian menikmati makan yg pada saat buka.
sehingga ane lompat langsung mempelajari apa yg org sebut hakikat.
Mempalajari makna sholat, makna puasa, dan lainnya. Melalui seorang guru di dampingi banyak buku,
Apa yang terjadi saat ane coba belajar hakekat dari seorang guru itu. Ane malah disuruh beberapa hal:
1. Ane harus bisa melepaskan seluruh hal yang ada dalam pikiran ane. termasuk pengetahuan ane tentang islam. karena itu dianggap akan membelenggu pikiran ane.
2. Ane harus meniadakan Tuhan, agar ane jadi tau nantinya makna Tuhan yang sejati.
3. Lupakan tentang makna sholat, puasa dan lainnya, dan harus mulai dari kosong.
Apa para suhu ada yg ngalamin hal serupa seperti ane, atau ane emang blm layak belajar tentang hakikat?
Ah... mungkin ane salah milih guru ini..
Guru ane ini tampangnya tidak seperti kebanyakan guru.
Hanya seorang petani yg saat ini sedang asyik belajar hidroponik.