Tempat berjualan nanah dan lendir Madu basah menetes dari atap nya Mengaliri bibir perempuan-perempuan centil Jentik jemarinya tarikan bisik rayu
di rumah bordil ku, waktu telah tergadai tak ada yang pagari paha dari dahaga kami adalah ratu-ratu senja
Di rumah bordil ku Gadis-gadis berganti rupa Pertapa tua menjelma pemuda Muram lantak di belahan dada
Lalu mengapa masih terpana disana? Kemarilah dan gulati raga...
Kalau tidak bisa melihat gambar dalam thread, kemungkinan browser Anda menggunakan fitur adblocker.
Silakan masukkan alamat website forum ini pada daftar pengecualian di setting adblocker.
Menyaksikan dunia Lewat jendela kehidupan kita Dapatkah kita melihat semua disana? Yang nyata..yang benar Untuk jarak sejauh ini Dari pemahaman kebenaran kita
Membuat lebih keinginan Membuat kita sedikit tuk 'melihat'..
Hal yang menggelikan dari waktu ialah karena ia selalu berlalu. Namun ingatan tidak bersahabat dengan waktu. Sebaliknya ia sangat setia. Di dalam ingatanlah orang orang yang kau cintai..hidup selamanya.
Angin, bagaikan hati yang berenang dalam akumulasi perkataan Awan, sebuah suara yang di tembakkan menuju masa depan
Bulan, satu perasaan terguncang di dalam cermin yang goyah Bintang-bintang, tetesan air mata yang lembut dalam satu aliran yang meluap
Angin, menghentikan kata-kata bagaikan sebuah ilusi lembut Awan, pecahan masa depan laksana suara yang jauh
Bulan, satu aliran perasaan pada udara yang berkabut Bintang-bintang, patah dan bergoyang, seperti air mata yang tak dapat disembunyikan.
Tidakkan ini indah, Jika kita berjalan bersama-sama satu sama lain, berpegangan tangan Aku ingin pergi, Menuju kotamu, rumahmu, ke dalam pelukanmu Di malam yang membingungkan
Wajah itu, Sebuah sentuhan lembut, Yang dilarutkan oleh pagi hari, Aku bermimpi...
Di ladang yang begitu hijau dan bebas, benih-benih menatap ke atas
Awan-awan pelihara mereka dari cahaya
Dan langit menangis,
meneteskan air mata seputih salju
Tetapi, keheningan...masa penantian benih-benih yang begitu rapuh,
merindukan matahari tuk bersinar
Jauhkan musim dingin yang gelap, datanglah musim semi
Benih-benih mudaku sekali lagi akan menatap langit
Dan ku tahu mereka kan tumbuh kuat
Hatiku, berenang Dalam perkataan yang dipikul oleh angin Sebuah suara, memantul Pada satu esok yang dibawa oleh awan
Jantung, berdebar Pada sebuah cermin dimana bulan gemetar Bintang-bintang berjatuhan, meluap Bagaikan air mata yang lembut
Kata-katamu, menghentikan angin Adalah bagaikan sebuah ilusi Hari esok, memisahkan awan-awan Adalah satu suara yang jauh
Sebuah perasaan mengalir Dalam cermin dimana sinar bulan merembes ke dalamnya Bintang-bintang goyah, berjatuhan Laksana air mata yang tak dapat kau sembunyikan
Saat malam memanggil Untuk hatimu Ku tinggalkan tubuhku Aku bermimpi Digenggam oleh hati tak berhias Dipeluk oleh waktu abadi Dan memimpikan satu impian Yang meleleh di pagi hari
Jadilah seksama, Tuhan sedang memperhatikan. Dalam satu jalan yang digelapkan oleh malam, tolong hubungkan tangan kami bersama-sama Sekalipun aku sendirian dan sangat jauh, Dia kan selalu menemukan ku. Dia datang untuk mengajariku segalanya yang Dia tahu Sekalipun aku tak lagi ingat, Dia akan mengajari ku berulang kali.
Tapi apa yang harus ku lakukan setelah aku mengetahui segalanya?
Diperempatan jalan, Sisi ruam terbengkalai Beku Membungkam Langkah terseok Dari satu titik,ke titik lain Tersamar.. Retak retak tak kasat mata Elegi yang tak pernah mampu bercerita
Melayang dalam dingin Sudut bibir yang menggigil
Tak satu hangat mampu sembuhkan Hilang nada dari dada Pasa suatu masa yang tak berulang
Mungkin elegi tak pernah pergi Mungkin tak sampai hati Mungkin Tak kan pernah datang lagi...