Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Poèmes et poésie d'amour - KUMPULAN SAJAK-SAJAK NUBI



Rumah Bordil


Tempat berjualan nanah dan lendir
Madu basah menetes dari atap nya
Mengaliri bibir perempuan-perempuan centil
Jentik jemarinya tarikan bisik rayu

di rumah bordil ku,
waktu telah tergadai
tak ada yang pagari paha dari dahaga
kami adalah ratu-ratu senja

Di rumah bordil ku
Gadis-gadis berganti rupa
Pertapa tua menjelma pemuda
Muram lantak di belahan dada

Lalu mengapa masih terpana disana?
Kemarilah dan gulati raga...
 
2515296178615849e3248221bf4b42435fc11a9b.jpg


Sang Pelacur

ia bujuk jiwa hadir ke dunia,
mengajarnya untuk bercinta
seakan cinta ...nafas terindah di dunia

jiwa lalu luka oleh duka...
sekujur tubuhnya terikat
diberangus gairah

ia buka kelopak jiwa dari tapa
suguhkan kecup kecup mawar dari lembah betina
lena sang jiwa terpana belalakkan mata

namun ia pula yang perosok jiwa ketengah selangkang basah
mengawini malam demi malam
lebur jajakan badan!

ia..adalah cinta....
yang busungkan dada bangga
setiap jiwa lahir karena cinta!

 


Dua Perempuan Lesbian Dalam Lukisan

Gambar dua wajah perempuan
Terjebak bingkai kaku
Luka di matanya berwarna biru
Dicambuk perdebatan yang tak sudah-sudah

Sejuta rindu karam dalam arsiran-arsiran hitam
Cat dan tinta seakan tak mau tahu
Rintih dan kesakitan yang tak terlukiskan

Tiba tiba salah satu berucap:

"Kau, aku, takkan bisa keluar dari lukisan itu

Peradaban akan memburu nafas kita
Sebelum sempat berubah warna!"
 


Sisi Jalan

Bersama asap putih mengepul kisah
Gugusan impian terpecah

Kucoba pejam pelupuk mata
Sejenak kembali
Pada masa silam

Asap dan bau parfum murahan
Perempuan seperjalanan
Kulit mulus yg diam diam menua, terbalut busana terbuka ,

menggoda
Sekumpulan lalu kumbang kerumuni pinggang telanjang
Tergopoh datang lagi seorang manusia jalang

Mungkin kau tak tahu...
Dari sebrang jalan kuperhatikan langkahmu
Gerak tubuhmu
Mungkin dapat kubayar waktu waktu kita yang hilang'

Berharap kita duduk saling berhadapan,
Disini ....di sisi jalanku
Lalu kutawarkan sekaleng bir

Dan bersama kita tertawai kehidupan....
 


Once Upon A Time

Apa sempat kau tangkap
Geliat manja itu saat ku tatap?

Mungkin tak terlalu asing bagimu,
Para pria ramai menaruh harap
Dada tertegak
Bibir terkuak

Ah wanita-ku...
Aku tahu, yang kupunya hanyalah waktu
Sebelum malam ini akhirnya berlalu, di depan meja bar
mengagumimu

Kau..sebuah gitar ..dan lirik lirik jazz yang menghipnotis
 


Anjing Peminum Arak

Botol botol berserak
Makian cacian jadi penganggan
Anjing-anjing peminum arak
Gelak sesumbar mengumbar cemar

Kau..anjing peminum arak
Berapa banyak lagi badan untuk di gerayangi?
Berapa tegak lagi, matamu membelalak?

Perempuan muda, tunggu anjing puas regak arak
Istri bunting resah diatas ranjang,
Kapan anjingku berhenti mabuk?
Kapan anjingku pulang?

Malam sumringah di pojok di rumah birahi
Pesta dari petang ke petang
Botol botol arak berserak

 


Singgasana Kertas

Singgasanaku terbuat dari kertas...
Berukir guratan
Dari sekumpulan mimpi mengelupas

Tahta yang berajut perca cerita-cerita tak berlanjut...
Halaman terakhirnya, terkandas pada seringai malam yang ganas...

Aku raja
Aku bisu
Aku murid Yesus yang tak tersebut

Dibalik kerudung senja, tlah kugumuli kekasihku
Antara bibir basah dan goresan tinta

Ya
Singgasana ku terbuat dari kertas...
Coba tak kau lekas-lekas hempas
Karena setiap syairnya...adalah nafas
 


Sang Waktu

Duduklah sebentar,
Biar ku tuang secangkir cinta
Kedalam jiwa mu yg nanar...

Tak perlu melirik jam di dinding
Karena separuh waktu kita, tak berdetak disana

Mari bermukim layaknya musafir
Yang telah berjalan lintasi seribu gurun tak bertuan

Lepas kan lelah ke langit merah
Cumbui bibir oase sampai basah jiwa kita

Duduklah sebentar lagi,
Kelak kau akan mengerti
Bahwa waktu tak bisa mengulang dirinya sendiri
 
25152959f2562abb78b523b276faf902faca3933.jpg


Dreaming


Angin, bagaikan hati yang berenang dalam akumulasi perkataan
Awan, sebuah suara yang di tembakkan menuju masa depan

Bulan, satu perasaan terguncang di dalam cermin yang goyah
Bintang-bintang, tetesan air mata yang lembut dalam satu aliran yang meluap

Angin, menghentikan kata-kata bagaikan sebuah ilusi lembut
Awan, pecahan masa depan laksana suara yang jauh

Bulan, satu aliran perasaan pada udara yang berkabut
Bintang-bintang, patah dan bergoyang, seperti air mata yang tak dapat disembunyikan.

Tidakkan ini indah,
Jika kita berjalan bersama-sama satu sama lain, berpegangan tangan
Aku ingin pergi,
Menuju kotamu, rumahmu, ke dalam pelukanmu
Di malam yang membingungkan

Wajah itu,
Sebuah sentuhan lembut,
Yang dilarutkan oleh pagi hari,
Aku bermimpi...
 


Simple life

Katakan padaku
Aku tidak sendirian
Katakan padaku
Kita tidak sendirian di dunia ini

Apakah engkau ingat
Ketika hal-hal sederhana membuat kau bahagia?

Apakah kau ingat
Ketika hal-hal kecil membuat kau tertawa?

Tahukah kau
Hidup dapat jadi sederhana

Tahukah kau
Hidup itu sederhana

Karena
Hal yang terbaik dalam hidup akan datang


 


Seeds of Love


Di ladang yang begitu hijau dan bebas,
benih-benih menatap ke atas
Awan-awan pelihara mereka dari cahaya
Dan langit menangis,
meneteskan air mata seputih salju

Tetapi, keheningan...masa penantian benih-benih yang begitu rapuh,
merindukan matahari tuk bersinar
Jauhkan musim dingin yang gelap, datanglah musim semi
Benih-benih mudaku sekali lagi akan menatap langit
Dan ku tahu mereka kan tumbuh kuat

 


Melting in the morning


Hatiku, berenang
Dalam perkataan yang dipikul oleh angin
Sebuah suara, memantul
Pada satu esok yang dibawa oleh awan

Jantung, berdebar
Pada sebuah cermin dimana bulan gemetar
Bintang-bintang berjatuhan, meluap
Bagaikan air mata yang lembut

Kata-katamu, menghentikan angin
Adalah bagaikan sebuah ilusi
Hari esok, memisahkan awan-awan
Adalah satu suara yang jauh

Sebuah perasaan mengalir
Dalam cermin dimana sinar bulan merembes ke dalamnya
Bintang-bintang goyah, berjatuhan
Laksana air mata yang tak dapat kau sembunyikan

Saat malam memanggil
Untuk hatimu
Ku tinggalkan tubuhku
Aku bermimpi
Digenggam oleh hati tak berhias
Dipeluk oleh waktu abadi
Dan memimpikan satu impian
Yang meleleh di pagi hari
 


Teach Me Lord


Jadilah seksama, Tuhan sedang memperhatikan.
Dalam satu jalan yang digelapkan oleh malam, tolong hubungkan tangan kami bersama-sama
Sekalipun aku sendirian dan sangat jauh, Dia kan selalu menemukan ku.
Dia datang untuk mengajariku segalanya yang Dia tahu
Sekalipun aku tak lagi ingat,
Dia akan mengajari ku berulang kali.

Tapi apa yang harus ku lakukan setelah aku mengetahui segalanya?

 


Sajak Gombal

Jika kau tak mampu jadi bintang,
Jadi kembang sajalah
Agar dapat kupandangi siang dan malam

Jika kau tak sanggup meraih rembulan
Raih saja tanganku
Sekedar sentuhan agar kau tenang, aku rasa aku masih mampu

Jika kau tak bisa jadi jadi pujangga,
Jadi sajak sajalah
Maka akan kubacakan kau dengan lantang dihadapan dunia
 


Pecundang Kesiangan

Sebelum jam dua belas
Sepanjang ingatan berdentang
Berkali kali aku telah dikelabui waktu

Ku kira ini masih pagi
Sebanyak pikiran menerawang
Sebanyak itu jiwaku melayang-layang,
Ke tempat kau berdiam

Namun, angan
Sekali lagi hanya angan
Telah jadikanku pecundang

Yang tak pernah bangun
Dari tidur siang yg panjang

 


Elegi ~ verse 2

Diperempatan jalan,
Sisi ruam terbengkalai
Beku
Membungkam
Langkah terseok
Dari satu titik,ke titik lain
Tersamar..
Retak retak tak kasat mata
Elegi yang tak pernah mampu bercerita

Melayang dalam dingin
Sudut bibir yang menggigil

Tak satu hangat mampu sembuhkan
Hilang nada dari dada
Pasa suatu masa yang tak berulang

Mungkin elegi tak pernah pergi
Mungkin tak sampai hati
Mungkin
Tak kan pernah datang lagi...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd