Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Duh... saya jadi malu, dipanggil 'guru' oleh seorang guru... :malu:

Ilmu terkini tentang ejaan dan tata tulis cerita, bisa digunakan untuk projek selanjutnya kok, Om.
Mungkin itulah tujuan Neng @merah_delima bikin trit ini, supaya kualitas tulisan kita semua makin bagus. :)
Iya Kang, ane yang yang masih ijo dalam dunia menulis jadi bisa belajar untuk menulis lebih baik..
Kang PB selalu merendah. :)
 
Iya Kang, ane yang yang masih ijo dalam dunia menulis jadi bisa belajar untuk menulis lebih baik..
Kang PB selalu merendah. :)
Ane juga masih mentah koq, Om. .
Masih terus belajar dan belajar..
Dan di sinilah kita berada, untuk belajar bersama-sama :)

Eh. .maaf ya, Neng @merah_delima ..
kita malah bikin gaduh di sini .. hihi
 
Permisi, Neng @merah_delima ..
Aku ikut sumbang sedikit ilmu, ya.

****

Contoh Salah Kaprah dalam Berbahasa Indonesia di Kehidupan Sehari-hari


1. Tegar

"Semoga keluarga yang ditinggalkan dalam musibah ini dapat bersikap tegar."

Pada awalnya (cek Kamus Umum Bahasa Indonesia, karya W.J.S Purwadarminta), kata tegar berarti keras kepala, kepala batu dan ngeyel. Namun, entah sejak kapan kata ini bertambah makna (menjadi dua makna) yaitu tabah; kuat; sabar. Padahal makna kedua ini bertolak belakang dengan yang pertama. Entah kenapa pula, dalam keseharian, makna kedua yang lebih sering beredar seperti pada kalimat contoh di atas.


2. Ubah vs rubah

"Kau boleh acuhkan diriku dan anggap ku tak ada
Tapi takkan merubah perasaanku kepadamu"


Apa yang janggal dari lirik salah satu lagu yang pernah hits di radio ini? Ada apa dengan kata ubah?

Ya, dalam bahasa formal atau informal, seringkali kata ini dieja dengan kata rubah atau merubah. Ketika kata ini diberi imbuhan me-, kata yang terbentuk adalah mengubah (me+ubah=meng+ubah) dan bukan merubah. Merubah bisa saja berarti menjadi (seperti binatang) rubah.


3. Absensi vs presensi

Absensi Kehadiran Peserta Seminar Pembangunan Infrastruktur Indonesia

Apa yang keliru dari tulisan itu? Ya, benar. Yang keliru adalah penggunaan absensi yang disertai dengan kata kehadiran. Absen dipungut dari bahasa Belanda (absent), berarti tidak hadir atau tidak masuk. Jadi, kalau absensi digabung dengan kehadiran maka akan jadi arti yang berbeda dan bertentangan. Lebih baik tulisan absensinya dihilangkan.

Namun begitu, penggunaan kata mengabsen (pemanggilan daftar hadir agar tahu mana yang hadir dan tidak) atau absensi (daftar ketidakhadiran) sah-sah saja digunakan.

Sinonim presensi: hadir, masuk
Antonim presensi: mangkir, bolos, perlop, madol, tidak hadir


4. Nol atau kosong?

A: Mbak, saya mau pesan taksi.
B: Oh, baik. Berapa nomor teleponnya, Pak?
A: nol delapan satu tiga…
B: kosong delapan satu tiga…
A: Nol, Mbak. Bukan kosong.


Sebagian dari kita sering menemukan “perlakuan” seperti itu. Ya, ini terjadi karena ada yang menyamakan peran angka nol (0) yang diambil dari bahasa Belanda (nul), dengan kata kosong. Dalam penjelasan Tesaurus Bahasa Indonesia, padanan untuk nol itu kosong, namun hanya diberi label cak (cakapan alias tidak resmi; informal). Sementara makna kedua adalah hampa; nihil dan keduanya merupakan kata sifat. Padahal kata nol pada contoh di atas merupakan kata bilangan, bukan kata sifat.

Kalau ada yang masih ingat iklan layanan internet oleh Telk*m dan sering diputar pada televisi swasta pada awal milenium ini: Telk*m-net Instan 080989999, mungkin ada yang berprasangka hal ini yang memperkuat penggunaan nol menjadi kosong menjadi kaprah.


5. Ke luar vs keluar

Mana yang tepat:
Sandra akan pergi ke luar negeri
atau
Sandra akan pergi keluar negeri?

Walaupun dua kata ini ditulis berbeda, namun saat diucapkan, kedengarannya sama saja. Sebetulnya, dua kata ini sangat beda. Ke luar merupakan bentuk preposisi, sama seperti ke dalam, ke mana, ke sana, di atas, di mana dll. Kalau kita contohkan dengan: Sandra akan pergi ke luar negeri. Sebut saja ia akan ke Singapura. Artinya, Sandra akan pergi ke luar dari negeri Indonesia menuju Singapura.

Sedangkan keluar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai kata kerja (verba) dan bermakna ’bergerak dari sebelah dalam ke sebelah luar’. Coba kita cari, apa lawan dari kata keluar? Ya, jawabannya adalah masuk. Contoh lain kata keluar:
Ia dikeluarkan dari sekolahnya karena didapati mengonsumsi narkoba di kelas
atau
Shanti mengeluarkan beberapa uang receh setelah pengamen itu menyanyi.

Kedua contoh ini mencerminkan makna memindahkan sesuatu dari dalam (dari dalam sekolah dan dari dalam saku). Nah, sesuai dong kalau lawannya adalah masuk?


6. Pasca vs paska

Kuliah Perdana Paska Sarjana Sekolah Tinggi Intelijen Negara

Akhir-akhir ini para pembawa berita di televisi sering membubuhkan kata pasca untuk mengganti kata sesudah atau setelah. Mungkin kata itu terdengar lebih keren dibandingkan dua kata padanannya. Hal itu sah-sah saja. Tapi masalahnya banyak yang menulis atau membaca kata ini dengan ejaan paska. Kesalahan lain adalah memisahkan penulisan pasca dengan kata apa pun yang melekat setelah kata itu. Misalnya, pasca bayar, pasca SBY atau pasca tsunami.

Lalu, bagaimana dengan contoh di atas? Salahnya ganda.

Pasca merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta dan dalam penulisannya mesti digabung karena termasuk bentuk terikat. Ada juga penulisan yang menggunakan tanda strip (-) seperti pasca-SBY, maksudnya setelah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono; pasca-SBMPTN, setelah ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Selain itu, bedakan penulisan pascatsunami dengan pasca-Tsunami Aceh. Pascatsunami, penulisannya dirangkai karena tsunami yang dibahas merupakan kejadian alam yang umum sedangkan pasca-Tsunami Aceh lebih khusus.


7. Garang vs gahar

Maksud hati ingin memberikan nilai garang, seram, keras atau laki banget, hal yang terucap malah kata gahar. Entah kenapa kata ini dipadankan dengan empat kata sebelumnya. Menurut KBBI, arti kata gahar adalah: menggosok secara kuat. Tapi kalau menurut Kamus Slang Indonesia, kata gahar baru senada dengan empat contoh di atas. Ini berarti, kata gahar belum diakui sebagai kata resmi dan bersifat informal, hanya digunakan waktu percakapan santai saja.

Kata yang berasal dari bahasa Jawa ini, bukan tidak mungkin mengalami nasib yang sama dengan tegar (memiliki dua makna padahal awalnya cuma satu), akhirnya bermakna dua dan saling tidak berkaitan satu sama lainnya. Hanya sayang sekali, kalau memang artinya berbeda dan itu berawal dari kekeliruan tapi dimaklumkan lalu “direstui” masuk kamus besar.


8. Dipungkiri atau dimungkiri?

Saya yakin, sebagian besar dari kalian pasti lebih akrab dengan dipungkiri. Tapi, dari dua pilihan di atas, dimungkiri lebih tepat karena kata dasarnya adalah mungkir. Kalau dicek di www.asalkata.com, kata ini diserap dari bahasa Arab: munkir.

Kalau masalah makna, KBBI memaknainya dengan: (1) tidak mengaku(i); tidak mengiyakan, (2) tidak setia; tidak menepati (janji); menolak; menyangkal.

Tetapi, saat dipakai dengan imbuhan, kenapa jadi (di)pungkir(i), ya? Bahasawan Ivan Lanin berpendapat, ini mungkin karena para penutur menyangka bentuk pasifnya turunan dari kata pungkir yang huruf “p”-nya mengalami pelesapan saat diberi imbuhan “me-“: “memungkiri“. Dengan kata lain, salah kaprah ini terjadi karena banyak orang tidak tahu bentuk aktifnya memungkiri, terus malah mengira, "Ah.. pasti kata dasarnya pungkir, huruf "p" melebur jadi "m", jadi bentuk pasifnya dipungkiri!" Profesor Harimurti Kridalaksana menyinggung gejala ini sebagai derivasi balik (back-derivation atau back-formation). Derivasi balik, menurutnya sebagai proses pembentukan kata berdasarkan pola-pola yang ada, tanpa mengenal atau mempertimbangkan unsur-unsurnya.

Padahal, yang tepat adalah bentuk aktifnya memungkiri dan pasifnya dimungkiri.


9. Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72!

Dirgahayu berasal dari bahasa Sanskerta ‘dīrghāyu’, yang berarti semoga panjang umur (long live). J.S. Badudu, tokoh bahasa Indonesia juga pernah membahas ini di Koran Suara Pembaruan 28 tahun yang lalu. Selama ini, dirgahayu banyak diartikan sebagai ‘selamat ulang tahun’ ternyata mempunyai arti ‘(mudah-mudahan) berumur panjang’. Mengapa bukan ‘panjang umur’? Ingat hukum DM (diterangkan menerangkan) & MD-nya (menerangkan diterangkan) STA (Sutan Takdir Alisjahbana): kata nomina, selanjutnya kata sifat. Baik, kembali lagi ke bahasan. Jadi, coba bayangkan arti dari slogan di atas: semoga panjang umur kemerdekaan Republik Indonesia ke-67. Padahal lebih pas kalau diubah menjadi: Selamat ulang tahun ke-67 Republik Indonesia – Semoga panjang umur!


10. Kita versus kami

Kita dan kami terkadang dianggap sama meskipun artinya berbeda. Namun, saya kerap menemukan penggunaan kita dalam sebuah kalimat namun maksud penuturnya adalah kami. Lihat salah satu contoh judul berita di bawah ini:

Mabes Polri: Kita Harus Dewasa, Tak Kaitkan Persoalan Individu Jadi Persoalan Institusi

Apakah kita (semua pembaca tulisan dari berita tersebut) ini merupakan anggota Markas Besar Kepolisian RI? Tentunya, maksud pak Polisi ini adalah dia dan koleganya di kantor pusat kepolisian itu (baca: kami). Entah karena kadung biasa atau khawatir dikira ekslusif, terpilihlah kita alih-alih kami.

Kita merujuk pada pronomina persona pertama jamak, yang berbicara bersama dengan orang lain termasuk yang diajak bicara. Kami merujuk pronominal yang berbicara bersama dengan orang lain (saya dan yang lain, tak termasuk kamu) dan tidak termasuk orang yang diajak berbicara). Sementara, kita menyertakan lawan bicara (saya, kamu dan yang lainnya). Mengutip Ivan Lanin, perihal kita (inklusif) dan kami (ekslusif) ini masuk ranah linguistik dengan istilah clusivity atau klusivitas. Klusivitas lumrah tersua pada bahasa dalam rumpun Austronesia, termasuk bahasa kita.


11. Karut marut vs carut marut

Persebaya Carut-Marut, Bonek Versi YSS Belum Turun ke Jalan

Dua kata ini merupakan jenis kata ulang berubah bunyi, laiknya pernak-pernik, lenggak-lenggok, tindak-tanduk, sayur-mayur atau lauk-pauk. Meskipun sepintas dua kata ulang ini mirip, ternyata maknanya berbeda. Karut (menurut KBBI), punya makna: kusut; kacau tidak keruan. Sedangkan karut-marut juga berarti kusut (kacau); rusuh dan bingung (tentang pikiran, hati, dsb); banyak bohong dan dustanya (tentang perkataan, dsb.).

Lalu apa arti carut-marut? Carut sendiri berarti "keji, kotor, cabul" (dalam konteks perkataan). Sedangkan carut-marut berarti "perkataan yang keji, berkata kotor atau bersumpah-serapah". Kalau Anda melihat ada teman yang mengumpat menggunakan kata kotor, itu artinya ia sedang bercarut-marut.

Nah, coba bandingkan judul berita yang disebutkan di atas. Maksud hati sang wartawan ingin menyampaikan kondisi Persebaya yang kusut secara organisasi, namun malah menyiratkan bahwa Persebaya kesal dan berkata yang bukan-bukan. Salah kata berakhir menjadi salah makna.


12. Sosial media vs media sosial

Sebenarnya, ini contoh yang sederhana. Penyerapan istilah asing tentu mengikuti kaidah bahasa yang jadi penyerap. Untuk konteks ini, berlaku hukum DM dan MD, menerangkan diterangkan dan diterangkan menerangkan. Terjemahan social media tentunya media sosial, bukan? Bukan sosial media. Media adalah rupa dari menerangkan dan sosial adalah rupa dari diterangkan. Artinya, media sosial itu adalah media untuk seseorang atau kelompok bersosialisasi dengan orang lain. Lalu bagaimana dengan sosial media?

****

Sekian sedikit ilmu dari saya, semoga bermanfaat. :)
 
Gak nyangka saya masih buanyaak belajar.. terimakasih om..
heheu..
Kembali kasih, Om ... hehe
Kita sama-sama belajar yuk di sini :)

maksih ya neng atas colekannya...

om @praharabuana

muachhh.. i lov u.. makasih atas ilmunya...
I love you too, Om Jo .. :o

Terima kasih Mbak Era udah manggilin ane mbak.

Untuk pak guru PB terima kasih atas sharing ilmunya, sangat bermanfaat buat memperbaiki penulisan ane.
Makasih juga , Om Rad.. semoga bermanfaat :)

Napa baca tulisan om PB kepala saya jadi pusing yaa?
Jangankan Om Thunks.. ane juga bingung sendiri baca tulisan ane, hihi. .
Btw. .selamat terbebas dari pasungan , Om.. :D
 
Kalau kalimat "Neng, keluarinnya di dalam atau di luar?"
"Keluarinnya di dalam aja, baaaang!"

Kumaha atuh ari nu kitu?
Kata 'baaaang' seharusnya dimulai dengan huruf kapital alias huruf besar, Kang. :)

Nah lho... dikoreksi sama Pak Guru , hihi
 
Yaa kalau itu mah emang salah.
"Keluar di dalam"nya itu yg jadi masalah. Yang baru kepikiran semenjak gabung forum semprot
Keluar dan ke luar punya fungsi dan makna masing-masing, Om.
Keluar adalah kata kerja (verba), sementara ke luar adalah kata keterangan (adverbia).
Kalau kalimat keluar di dalam masih bisa dimengerti, karena kata dalam adalah kata sifat (adjektiva). Yang ambigu adalah ketika kita menulis kalimat ke luar di dalam.
Bapak dan Ibu Guru yang lain, mungkin ada yg bisa mengoreksi dan menjelaskan dengan lebih rinci? :)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd