Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Timnas Sepakbola Indonesia

[size=+2]Bahrain Waspadai Gonzales-Bepe
[/size]

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelatih timnas Bahrain, Peter Taylor, mengatakan timnya akan mewaspadai tiga pemain tim nasional Indonesia, pada pertandingan lanjutan Grup E kualifikasi Piala Dunia 2014 zona Asia, Selasa (6/9/2011), yaitu Cristian 'El Loco' Gonzales, Bambang Pamungkas, dan Muhammad Ridwan.

"Pertandingan nanti adalah pertandingan yang berat. Ada tiga pemain yang kami waspadai. Mereka adalah nomor 9 (Gonzales), kapten tim (Bambang), dan pemain bernomor punggung 22 (M Ridwan)," jelas Taylor usai memimpin latihan di Lapangan C.

"Kami sengaja mempercepat jadwal keberangkatan ke Indonesia. Pasalnya, kami harus cepat beradaptasi dengan perbedaan waktu yang dimiliki Bahrain dan Indonesia," lanjutnya.

Bahrain mengincar poin penuh usai bermain imbang tanpa gol dengan Qatar pada pertandingan sebelumnya. Sementara itu, pertandingan nanti bukan merupakan pertemuan pertama kedua tim.

Mengacu statistik pertandingan, kedua tim telah bertemu lima kali. Bahrain menelan dua kekalahan, dua hasil seri, dan satu kali imbang. Pertemuan terakhir kedua tim terjadi di babak penyisihan grup Piala Asia 2007. Saat itu, Bahrain ditekuk 1-2.

Selain itu, Indonesia juga punya rekor bagus pada laga kandang. Dari delapan laga kandang, Firman Utina dan kawan berhasil memetik tujuh kemenangan.

Boaz Salossa gak dihitung sebagai pemain berbahaya yach???

Waspadalah... Waspadalah...
 


menunggu aksi Pemain Terbaik Indonesia 2011 melawan bahrain
 
Sdh tidak sabar menanti 2 tgl yg amat sangat keramat, tgl 6 & 9 September 2011.
 
[size=+2]Timnas Latihan Tertutup[/size]

JAKARTA, KOMPAS.com -Tim nasional menggelar latihan tertutup dalam uji coba di lapangan Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senin (5/8/2011) malam. Latihan ini dilakukan untuk persiapan duel lawan Bahrain dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2014 zona Asia Grup E, Selasa (6/9/2011).

Panitia lokal untuk media, Asep Saputra, mengatakan, setiap jurnalis yang hendak meliput latihan tersebut hanya diberi kesempatan selama 15 menit untuk mengabadikan timnas. Ini dilakukan sesuai permintaan sang pelatih. "Ini permintaan Win (Rijsbergen)," katanya.

Dalam latihan tersebut, skuad Indonesia terlihat lengkap. Boaz Solossa dan Ahmad Bustomi, yang sebelumnya absen, pun sudah mulai bergabung dengan pasukan "Merah Putih". Hanya kiper Ferry Rotinsulu yang tak terlihat dalam latihan tersebut karena mengalami cedera ketika tampil dalam laga persahabatan melawan Jordania beberapa waktu lalu.

Bambang Pamungkas dan kawan-kawan memulai latihannya dengan berlari memutari lapangan. Para pemain melakukan juggling bola bersama rekannya masing-masing. Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin, Penanggung Jawab Timnas Bernhard Limbong, dan Wakil Ketua Umum PSSI Farid Rahman terlihat memantau kesiapan tim.

Latihan ini merupakan bagian dari persiapan timnas dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2014 Grup E zona Asia melawan Bahrain besok malam. Pertandingan tersebut sangat penting bagi timnas. Kemenangan menjadi harga mati setelah mereka menelan kelahan 0-3 dari Iran pada laga perdana, Sabtu (2/9/2011) lalu.
 
[size=+2]Presiden Akan Nonton Timnas Vs Bahrain[/size]

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dijadwalkan menyaksikan langsung laga Tim Nasional melawan Bahrain dalam kualifikasi Pra- Piala Dunia 2014 Zona Asia Group E, Selasa (6/9/2011) pukul 19.00, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.

Dalam laga itu, Timnas harus menang untuk menjaga peluang lolos ke babak berikutnya.

"Harapan Presiden tentu masyarakat, baik yang hadir langsung maupun masyarakat luas, memberikan dukungan kepada Timnas. (Dukungan) ini tentu sangat penting untuk memotivasi Timnas," kata Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha, Senin (5/9/2011) di Bina Graha.

Menurut Julian, Presiden akan menyaksikan laga tersebut dari tribun kehormatan didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono. Sejumlah keluarga Presiden diperkirakan juga ikut menyaksikan berikut sejumlah perangkat yang melekat di Presiden, seperti ajudan dan Pasukan Pengamanan Presiden.

Laga kandang Timnas ini cukup menentukan untuk melaju ke babak berikutnya setelah beberapa waktu lalu takluk 0-3 dalam laga tandang melawan Iran.

[size=+3]Semoga mitos buruk [size=+1](timnas selalu kalah dan apes kalau ditonton SBY)[/size]
Tidak Terbukti
[/size]
 
[size=+2]Ini Janji Boaz untuk Timnas[/size]


JAKARTA, KOMPAS.com — Striker Boaz Solossa berkomitmen penuh membela kesebelasan nasional Indonesia. Pemain Persipura Jayapura itu berjanji memberikan yang terbaik untuk bangsa dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2014 Grup E zona Asia, Selasa (6/9/2011).

"Saya telah berkomunikasi dengan dia. Sudahlah, sekarang persoalannya sudah selesai. Dia juga berjanji berbuat yang terbaik untuk bangsa ini," jelas Penanggung Jawab Timnas Bernhard Limbong, Senin (5/9/2011).

Dengan alasan keluarga, Boaz memilih tidak memperkuat timnas dalam laga uji coba melawan Palestina dan Jordania. Pencetak gol terbanyak Liga Super Indonesia itu juga absen dalam duel perdana Indonesia versus Iran, Jumat (2/9/2011).

Karena sikap Boaz tersebut, Limbong bertemu dengan Boaz untuk menanyakan komitmen penyerang asal Papua itu dalam membela timnas. Limbong juga menyatakan bahwa Boaz akan memberikan pernyataan tertulis terkait komitmennya membela tim "Merah Putih".

Ketika disinggung masalah tersebut, Limbong mengatakan, "Saya kira itu urusan saya dengan yang bersangkutan. Dia benar-benar ada urusan keluarga dan sekarang sudah selesai. Dia berjanji tidak akan membuat hal yang sama lagi di masa yang akan datang."

Selain Boaz, gelandang Ahmad Bustomi dipastikan tampil pada pertandingan besok. Kedua pemain tersebut diharapkan mampu menambah daya gedor pasukan Merah Putih.
 
[size=+2]PREVIEW: Indonesia Harus Bermain Agresif[/size]
Kehadiran Boaz Solossa membuat Rijsbergen mudah menerapkan permainan agresif.
Oleh Donny Afroni

Kekalahan 3-0 dari Iran memaksa Indonesia harus bermain agresif untuk meraih kemenangan guna menjaga peluang lolos ke putaran empat Pra Piala Dunia 2014 zona Asia.

Saat melawan Iran, pelatih Wim Rijsbergen menerapkan strategi bertahan untuk mencuri angka di kandang lawan. Namun kali ini, permainan agresif diperlukan guna meraih hasil maksimal di kandang sendiri.

Hanya saja, Indonesia yang bertindak sebagai tuan rumah justru mengalami kendala dalam hal persiapan menjelang laga ini. Tim Garuda baru mendarat di Jakarta, Minggu (4/9) malam WIB. Praktis Indonesia hanya punya waktu istirahat satu hari.

Dukungan puluhan ribu suporter yang berada di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta di pertandingan nanti akan menjadi obat mujarab dalam membangkitkan motivasi pemain mengatasi kelelahan mereka.

Di lain sisi, kondisi Bahrain sedikit lebih diuntungkan. Tim besutan Peter Taylor itu tiba di Jakarta satu hari lebih awal dibandingkan Indonesia. Di saat pemain Indonesia masih berada di atas pesawat, pasukan Bahrain sudah menggelar latihan.

Taylor pun mengaku sudah mengantungi kelemahan yang dimiliki timnas senior, dan akan menerapkannya di atas lapangan pada pertandingan nanti. Taylor sendiri sudah melihat langsung permainan Indonesia ketika beruji coba melawan Yordania.

Bahrain pun tak mau kehilangan angka dalam laganya melawan Indonesia. Hasil imbang tanpa gol ketika menjamu Qatar menjadi kerugian bagi tim Annabi. Kekalahan bisa membuat mereka di dasar klasemen Grup E.



Komentar pelatih :

Peter Taylor, pelatih Bahrain:
"Kami sudah mendapatkan kelemahan Indonesia, dan akan diterapkan dalam pertandingan nanti."

Wim Rijsbergen, Pelatih Indonesia
"Kami harus bermain maksimal di kandang sendiri untuk meraih kemenangan."


KONDISI TIM:


[size=+1]Indonesia[/size]

Wim Rijsbergen menghadapi masalah baru menjelang pertandingan ini. Rijsbergen tidak bisa menurunkan dua pemain akibat akumulasi kartu kuning, yakni M Ilham dan Zulkifli Syukur. Ironisnya, kedua pemain itu menempati sektor kanan tim Merah Putih.

Perombakan komposisi pemain terpaksa dilakukan Rijsbergen, mengingat kedua pemain tersebut kerap diturunkan. Ricardo Salampessy yang kembali dipanggil berpeluang menempati bek kanan. Sedangkan posisi M Ilham akan diserahkan kepada M Ridwa.

Keinginan Rijsbergen untuk memperagakan permainan ofensif terbantu dengan hadirnya Boaz Solossa di pertandingan ini. Striker asal Persipura Jayapura itu sudah mengikuti latihan bersama tim malam ini.

Dengan hadirnya Boaz, maka Rijsbergen bisa menduetkan pemain tersebut dengan Cristian Gonzales di lini depan. Sementara Bambang Pamungkas yang kembali dipercaya menyandang ban kapten akan berada di belakang kedua pemain itu.

Kehadiran kembali M Nasuha usai menjalani sanksi akumulasi kartu bisa memperkuat sektor kiri timnas senior. Rijsbergen tentunya akan menginstruksikan pemain agar mewaspadai umpan lambung dan eksekusi bola mati yang diperagakan Bahrain.


[size=+1]Bahrain[/size]

Peter Taylor berusaha maksimal mempersiapkan diri menghadapi dua laga perdana mereka di Grup E. Hasil imbang tanpa gol melawan Qatar membuat Taylor mendapatkan kelemahan yang akan dieleminir ketika melawan Indonesia.

Hal itu disebabkan Taylor tidak mempunyai waktu yang banyak untuk menangani Bahrain, mengingat ia belum lama dikontrak sebagai pelatih negeri jazirah Arab itu. Taylor pun pernah mengaku baru mengetahui persepakbolaan Bahrain dari dunia maya.

Taylor lebih fokus membenahi masalah teknis tim besutannya. Ia tidak terkendala dengan absennya para pemain. Permasalahan yang didapat dari duel melawan Qatar adalah mandulnya barisan depan, mengingat Bahrain banyak mendapatkan peluang untuk mencetak gol.

Bahrain dalam motivasi tinggi setelah mereka dua kali nyaris tampil di putaran final Piala Dunia. Terakhir, Bahrain disingkirkan Selandia Baru, sehingga gagal mentas di Afrika Selatan 2010.


PERKIRAAN SUSUNAN PEMAIN


Indonesia (4-3-1-2)

Boaz Solossa - Cristian Gonzales

Bambang Pamungkas

Firman Utina - Ahmad Bustomi - M Ridwan

M Nasuha - Hamka Hamzah – M Roby - Ricardo Salampessy

Markus Haris Maulana





Bahrain (4-4-2)

Ismaeel Abdullatif - Husain Ali

Salman Isa - Hamad Rakea - Hussai Ali Baba - Saleh Abdulhameed

Mohammed Hussain – Abdulla Al Marzooqi - Mahmood Abdulrahman – Raseed Al Hooti

Sayed Mohammed Jaffar
 
Horayyyyyy di TV gw Indonesia menang 1-0 melawan bahrain ^.^

*Gregetan lagi ngeliat pemain Timnas ditambah lagi penonton GBK yang bawa petasan dan oknum yang meloloskannya... Grrrrrr
 
Kalah 0 - 2
Kecewa, kecewa, kecewa, kecewa, kecewa, kecewa...


[size=+3]
Wim Akan Mencari Amunisi Baru
[/size]

JAKARTA, KOMPAS.com - Pascakekalahan 0-2 dari Bahrain, pelatih tim nasional Indonesia, Wim Rijsbergen, mempertimbangkan mencari pemain baru guna memperkuat skuadnya.

"Saya harus bisa menemukan pemain yang tepat untuk bisa menaikkan permainan. Saya berharap ada pemain lain yang mungkin bisa membantu," jelas Wim usai pertandingan.

Wim memang memiliki waktu cukup panjang untuk mengevaluasi timnya. Pasalnya, Indonesia akan kembali bertanding melawan Qatar pada 11 November nanti.

Sementara itu, Wim tidak memungkiri bahwa kekalahan timnya tidak terlepas dari kurang maksimalnya permainan Bambang Pamungkas dan kawan-kawan. "Apa yg kita lihat anak-anak muda ini belum siap untuk games internasional. Ini realitanyasnya dan kita belum bisa berbangga," jelas pelatih asal Belanda itu.

"Kita melihat pemainan. Begitu hilang kesempatan bola, Anda butuh pemain untuk mengangkat ke depan. Kita memiliki banyak pemain yang bermain bola pendek. Namun, itu tak mudah untuk menjaga bola dengan lawan lebih tinggi dan lebih agresif," beber mantan pelatih PSM Makassar itu.

Dalam kesempatan itu, Wim menyesalkan tindakan suporter yang tidak terpuji sehingga membuat pertandingan sempat terhenti. "Saya meminta maaf karena pertandingan sempat berhentil selama 15 menit. Orang-orang rusuh dan tidak berperilaku baik sehingga kondisi buruk. Harusnya penonton bisa tetap sportif," pungkasnya.

Kecewa, kecewa, kecewa, kecewa, kecewa, kecewa...

Timnas kalah agresif...
Lini tengah hancur lebur tidak bisa berkembang dan aliran bola seret selalu nyangkut ditengah...
Firman yg biasanya menjadi kreator serangan dibabak pertama justeru menjadi titik lemah tim...
 
Sementara waktu TS malas posting...
Masih Kecewa berat dengan kondisi timnas senior...
 
Jelang Partai lanjutan PPD 2014 Timnas Indonesia vs Qatar di GBK, pada 11 Oktober 2011...
pelatih Timnas Senior sudah kembali mengumpulkan pemainnya yang 90% adalah pemain lama yg bermain Vs Iran dan Bahrain...

Squad timnas sudah masuk Pelatnas Per 1 Oktober lalu...
Sebelum melawan Qatar Timnas akan berujicoba dengan Arab Saudi di Malaysia...

Harapan ane timnas kita bisa mengesampingkan dan bersikap profesional atas konflik yang terjadi antara pemain dan pelatih pasca kekalahan dari Bahrain di GBK...

Rabu, 05/10/2011 13:15 WIB
Jelang Ujicoba Arab Saudi vs Indonesia
Rijsbergen Tak Salahkan Bepe-El Loco
Rossi Finza Noor - detiksport



Jakarta - Kritik untuk taktik permainan Wim Rijsbergen muncul ketika dia memainkan Bambang "Bepe" Pamungkas dan Cristian "El Loco" Gonzales secara bersamaan. Namun, Rijsbergen membela keputusan tersebut.

Kritik kurang efektifnya memasang Bepe dan Gonzales muncul setelah melihat dari aspek statistik. Dari tiga pertandingan, tak ada satu pun gol yang dihasilkan keduanya.

Dalam laga terakhir melawan Bahrain pun demikian. Bepe dan Gonzales yang bermain dalam formasi tiga penyerang--dengan didampingi Boaz Solossa--juga tak bisa memperlihatkan permainan maksimal.

Wajar kalau kemudian taktik ini mendapatkan kritikan. Namun, bukan cuma menolak menyalahkan Bepe dan El Loco yang tak kunjung pamer taji, Rijsbergen juga memberi indikasi akan tetap memainkan keduanya secara bersamaan pada laga melawan Arab Saudi dan Qatar.

"Kalau Anda bicara soal tim, tak ada yang secara personal gagal. Kalau bicara soal tim, semua salah dan semua menang. Mereka tetap mungkin untuk dipasangkan dan bermain," ujarnya usai memimpin latihan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Rabu (5/10/2011).

Rijsbergen memang tidak mau jika kesalahan ditimpakan pada seorang pemain atau satu lini saja dari timnya secara keseluruhan.

"Kalau Anda mengatakan kita kurang tajam dalam mencetak gol tapi di pertahanan kenyataannya kita juga kebobolan tiga gol, jadi itu tidak fair. Yang fair untuk dikatakan adalah kita tidak bermain baik. Tidak bermain baik secara tim."

"Kita tidak boleh membiarkan lawan mencetak gol, sebaliknya kita harus mencetak gol sebagai sebuah hasil positif. Saya tidak mau membicarakan permainan pemain secara individual," tegasnya.


( roz / krs )
 
Akhirnya Wim Bicara Kesiapan Timnas
Hery Prasetyo | Rabu, 05 Oktober 2011 | 12:59 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com — Setelah sebelumnya bungkam kepada media, pelatih tim nasional Indonesia, Wim Rijsbergen, akhirnya angkat bicara soal persiapan timnya menjelang laga melawan Qatar di Pra-Piala Dunia 2014, 11 Oktober. Seusai latihan terakhir pada Rabu (5/10/2011) pagi, Wim menjelaskan persiapan timnya sejauh ini.

Wim mengungkapkan, dalam latihan terakhir ini, ia sengaja memberikan latihan ringan demi merelaksasi pasukannya karena dalam latihan kemarin tim sudah melakukan dua sesi latihan.

"Tadi, kami melakukan sedikit sprint dan berusaha meningkatkan penguasaan bola. Para pemain masih sedikit lelah. Jadi, kami harus berhati-hati dengan kondisi fisik. Saya belum terlalu tahu apa yang sudah mereka jalani bersama klub," ujar Wim kepada wartawan.

"Kami berusaha menjaga mereka tetap fit karena mereka akan berangkat ke Kuala Lumpur untuk bertanding melawan Arab Saudi. Semoga mereka tetap fit karena akan melawan Qatar beberapa hari lagi," tuturnya.

Wim juga mengungkapkan, yang dibutuhkan Bambang Pamungkas dkk adalah membentuk mental bermain. Selain itu, ujar Wim, timnas harus meningkatkan ball possesion dan fisik.

"Karena itu yang Anda lihat di pertandingan internasional. Kalian lihat apa yang sudah kita lakukan melawan tim-tim kuat dalam pertandingan seperti melawan Jordania, Iran, dan Bahrain. Kita kurang peluang mencetak gol dan masih banyak kesalahan," tutur Wim.

"Secara fisik, lawan sangat kuat. Karena itu, kami berusaha untuk tidak sering-sering kehilangan bola agar mereka tidak terus menekan. Kita harus berusaha tidak kehilangan bola dan terus menekan lawan untuk memberi tekanan kepada lawan-lawan kami. Makanya, kami sedang menaikkan kondisi psikologis pemain untuk perkembangan kondisi mental mereka agar baik untuk menghadapi Qatar," katanya menambahkan.
 
Indonesia Diwajibkan Menang Lawan Qatar
Rossi Finza Noor - detiksport


Jakarta - Dua kali kalah, dari Iran dan Bahrain, membuat Indonesia berada di posisi buruk. Melawan Qatar di pertandingan ketiga, tak ada target lain kecuali menang.

Dengan dua kekalahan dari dua pertandingan babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2014 zona Asia, Indonesia kini menjadi juru kunci Grup E. 'Skuad Garuda' berada di bawah Iran, Bahrain, dan Qatar.

"Kita wajib menang atas Qatar," tegas Wim Rijsbergen setelah memimpin sesi latihan pagi di Stadion Gelora Bung Karno, Rabu (5/10/2011).

Rijsbergen menyebut, ia akan tetap mempertahankan pola tiga penyerang. Di sisi lain, dia meminta para pemain untuk tidak terlalu sering kehilangan bola.

"Yang jelas dua pertandingan kemarin kita bermain kurang baik. Kita banyak kehilangan bola ketika melawan Bahrain."

"Kita harus menciptakan banyak sikap positif dalam bermain. Ini yang kita coba perbaiki. Kita coba memutus penguasaan bola lawan. Jika lawan hilang bola, berarti kita menghilangkan masalah," tukasnya.

Sebelumnya, setelah laga melawan Bahrain, pria asal Belanda itu sempat mengritik permainan anak-anak asuhnya. Kala itu, ia menyebut, para pemain belum bisa mengaplikasikan sepakbola sederhana alias simple football.

Rijsbergen juga mengungkapkan bahwa timnya bakal memeragakan pola 4-3-3 untuk laga ujicoba kontra Arab Saudi sebelum melawan Qatar, seperti apa yang diterapkan oleh timnas Belanda dan Barcelona.




( roz / krs )
 
Indonesia Petik Pelajaran Berharga dari Arab
Ferril Dennys | Aloysius Gonsaga | Jumat, 07 Oktober 2011 | 21:24 WIB


SELANGOR, KOMPAS.com - Tim nasional Indonesia sukses menahan imbang tanpa gol Arab Saudi dalam laga persahabatan yang digelar di Stadion Selangor, Malaysia, Jumat (7/10/2011). Terlepas dari hasil tersebut, pelatih Wim Rijsbergen mengaku senang karena pasukan "Merah Putih" mendapatkan pelajaran berharga dari pertandingan persahabatan ini.

Hasil ini cukup memuaskan setelah Hamka Hamzah dan kawan-kawan sempat diganggu masalah disharmonisasi setelah menuai dua kakalahan beruntun pada babak penyisihan Pra Piala Dunia 2014 Brasil. Apalagi, hasil ini menjadi modal penting bagi timnas saat melawan Qatar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Selasa (11/10/2011) nanti.

"Kami mencoba formasi dengan menurunkan pemain muda dan tampaknya mereka bisa menjalankan tugas dengan baik," kata Rijsbergen usai pertandingan.

"Ada banyak peluang mencetak gol, sayang gagal teruwujud. Tapi bukan itu tujuan akhir kami. Sebab, kami hanya ingin melihat sejauh mana permainan yang ditampilkan di lapangan. Laga hari ini cukup baik buat kami jelang menghadapi Qatar," sambung pelatih asal Belanda itu.

Namun, Rijsbergen tidak bisa menggaransi apakah materi pemain yang turun dalam laga persahabatan ini akan menjadi starter dalam pertandingan melawan Qatar.

"Pemain kami banyak yang sedang dalam proses penyembuhan. Karena itu, kami akan melihat lagi siapa saja yang akan tampil sebagai starter saat melawan Qatar. Intinya, semua pemain punya kesempatan yang sama," beber Rijsbergen.

Pada pertandingan tadi, Indonesia yang tampil dalam tempo sedang sempat dikejutkan pergerakan Osama Mabrook Al Harbi dari sektor kiri pada menit ketiga. Gempuran bertubi-tubi terus dilancarkan pemain Arab Saudi yang membuat lini belakang timnas Indonesia harus bekerja keras.

Satu pergerakan striker Yaseer Saeed Al Qahtani sempat mengancam gawang Indonesia lima menit kemudian. Beruntung, Supardi yang tampil impresif mengawal lini belakang mampu menghalau pergerakan bomber Arab Saudi tersebut, sehingga gawang Indonesia kembali aman.

Setelah itu, perlahan anak asuh Wim Risjbergen berusaha bangkit melalui pergerakan tiga striker yang coba dimainkan. Gelandang Ahmad Bustomi sempat mendapat peluang mencetak gol, setelah berhasil menerobos jantung pertahanan Arab Saudi usai sukses menghalau bola umpan dari pemain belakang lawan. Hanya saja, ia justru memilih menahan bola dan memberikan kepada Cristian Gonzales. Padahal saat itu, ia sudah tidak terkawal dan tinggal berhadapan dengan penjaga gawang Arab Saudi, Ali Waleed Abdullah.

Peluang Indonesia kembali diperoleh M Ilham. Gelandang lincah asal Persija Jakarta ini bahkan tercatat dua kali memiliki kesempatan menjaringkan gol ke gawang Arab Saudi. Karena kurang tenang, sehingga tendangannya selalu jauh dari sasaran.

Keasyikan menyerang, gawang Indonesia kembali terancam pada menit akhir babak pertama. Melalui kerjasama satu dua, sontekan Abdulaziz Saeed Adawsari nyaris memperdaya kiper I Made Wirawan yang menjadi bintang lapangan bagi Timnas Indonesia di laga ujicoba melawan Arab Saudi.

Tapi hal itu langsung dibalas dengan serangan cepat dari skuad 'Merah Putih' yang berujung pada tendangan keras Ahmad Bustomi. Sayangnya, karena kurang tenang, lagi-lagi kesempatan mencetak gol gagal terwujud. Babak pertama pun ditutup dengan skor imbang tanpa gol.

Memasuki babak kedua, tempo permainan kembali meninggi. Hal tersebut karena kedua tim berusaha tampil terbuka agar bisa mencetak gol. Terlebih setelah keduanya memasukkan beberapa pemain untuk menambah daya dobrak.

Kedua tim secara berganti menciptakan peluang berbahaya. Termasuk sontekan Irfan Bachdim di penghujung laga yang nyaris mempermalukan Arab Saudi.
 
Lawan Qatar, Hamka Jadi Gelandang Bertahan


JAKARTA, KOMPAS.com - Ada sesuatu yang baru dari tim nasional saat menjalani laga ujicoba melawan Arab Saudi, Jumat (7/10/2011). Dalam laga yang berakhir 0-0 tersebut, Hamka Hamzah yang biasanya berposisi stopper berganti posisi menjadi gelandang bertahan.

Ternyata ini merupakan strategi baru dari pelatih Wim Rijsbergen untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi timnas dalam dua laga awal mereka di Pra Piala Dunia 2014. Menurut asisten pelatih timnas, Liestiyadi, kemungkinan taktik ini akan kembali diterapkan saat timnas menghadapi Qatar di Pra Piala Dunia, Selasa (11/10/2011).

"Karena dalam dua laga terakhir, melawan Iran dan Bahrain, kita selalu kalah bola-bola di tengah. Sebab gelandang dan second striker lawan (berpostur) tinggi. Kita akan manfaatkan Hamka yang posturnya lebih tinggi untuk mematikan bola-bola atas sebelum langsung ke stopper kita," jelas Liestiyadi.

"Jadi Hamka sebagai benteng pertama sebelum bola diterima striker lawan. Kalau melihat tren hasil positif kemarin (lawan Arab) akan kita gunakan lawan Qatar, tetapi akan kita lihat perkembangan terakhir," lanjutnya.

Ditanya soal strategi secara keseluruhan, Liestiyadi mengungkapkan sudah ada bayangan. Timnas, katanya, sudah belajar sedikit banyak soal permainan Qatar ketika melawan Bahrain.

"Ya tipikal Qatar hampir sama dengan Bahrain. Mudah-mudahan dengan tren positif lawan Arab Saudi kita bisa meraih hasil maksimal," ujarnya.
 
Empat Pemain Timnas Cedera
Laksono Hari W | Minggu, 09 Oktober 2011 | 20:37 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Empat pemain tim nasional Indonesia terbelit masalah cedera menjelang pertandingan melawan Qatar dalam kualifikasi Piala Dunia 2014. Mereka tak dapat berlatih penuh dalam latihan Minggu (9/10/2011).

Empat pemain yang kurang fit itu adalah Hamka Hamzah, Yongki Aribowo, I Made Wirawan, dan M Nasuha. Dalam latihan di Stadion Utama Gelora Bung Karno hari ini, tiga pemain yakni Hamka, Yongki, dan Wirawan, harus berlatih terpisah dengan arahan fisioterapis timnas, Mathias Ibo. Adapun Nasuha harus berhenti di tengah-tengah latihan karena mengalami cedera.

"Ketiga pemain ini tidak dimainkan (dalam latihan) karena kami ingin mencegah supaya cederanya tidak terlalu parah. Nasuha ototnya hanya ketarik saja saat latihan tadi, tapi tidak parah," kata Mathias Ibo seusai latihan.

"Kami berusaha untuk sefit-fitnya karena pemain sendiri sebenarnya butuh kompetisi untuk benar-benar fit," ujarnya.

Sementara itu, asisten pelatih timnas Liestiadi mengatakan, Nasuha mengalami cedera saat menjalani latihan bersama skuad timnas. Ia menilai cedera itu tidak parah dan optimistis Nasuha dapat bermain menghadapi Qatar pada Selasa (11/10/2011).

"M Nasuha tadi ketarik sedikit tapi tidak ada masalah. Keterangan dokter tadi tidak ada masalah," ujarnya.

Selain keempat pemain tersebut, gelandang Toni Sucipto juga masih dibekap cedera engkel sejak sebelum duel uji coba versus Arab Saudi. Pelatih Wim Rijsbergen memilih tidak memainkannya karena khawatir kondisinya bertambah parah. Hingga kini belum ada keterangan resmi dari managemen timnas terkait kondisi terkahir permain Persib Bandung tersebut.

Astaga!!!
Baru juga memperoleh hasil lumayan lawan Arab Saudi, sekarang pemain kuncinya pada cedera...
Semoga cepat sembuh dan bisa menjungkalkan qatar deh nanti di GBK
 
Lawan Qatar dengan Main Sederhana
Tjatur Wiharyo | Senin, 10 Oktober 2011 | 06:45 WIB


JAKARTA, KOMPAS - Pelatih timnas Indonesia Wim Rijsbergen bermain satu tim dengan legenda Belanda, Johan Cruyff, di final Piala Dunia 1974. Tak heran jika ide-ide Cruyff, termasuk soal permainan sepak bola sederhana, mengilhami instruksinya pada pemain Indonesia saat melawan Qatar, Selasa besok.

Indonesia akan menjamu Qatar pada lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2014 putaran ketiga Grup E zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (11/10) malam, dalam situasi harus menang jika tak ingin kans lolos akan musnah. Tim "Merah-Putih" dalam kondisi kurang maksimal menyusul cederanya bek Hamka Hamsah dan dua pemain lain, kiper I Made Wirawan dan striker Yongky Ari Wibowo.

Ketiga pemain itu hanya bisa berlatih terpisah dalam sesi latihan sore di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu. Bek kiri Mohammad Nasuha juga mengalami cedera dalam latihan itu. Meski bakal menunggu hingga beberapa jam sebelum kick off dalam menyusun susunan pemain, Rijsbergen telah menyiapkan "rencana B."

"Jika Hamka tidak bisa tampil, masih ada Wahyu (Wijiastanto) dan Purwaka (Yudi Pratomo). Bisa juga Zulkifli (Syukur) digeser ke bek tengah karena dia juga bisa main di posisi itu," ucap Liestiadi, asisten pelatih timnas, seusai latihan.

Dalam uji coba melawan Arab Saudi di Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat lalu, Hamka diplot sebagai gelandang jangkar. Hal itu dimaksudkan untuk mengimbangi pemain-pemain lawan yang berpostur tinggi dan menghambat laju bola-bola serangan lawan sebelum masuk ke barisan pertahanan tim Indonesia.

Meski taktik itu masih dipertanyakan karena dalam laga uji coba itu Arab Saudi sebenarnya masih leluasa menusuk dan menekan pertahanan—mereka hanya kurang akurat dalam penyelesaian akhir, selain juga faktor kecemerlangan kiper I Made Wirawan—hasil 0-0 diyakini Rijsbergen menjadi bukti efektivitas taktik permainan tersebut.

Fisioterapis timnas, Matias Ibo, tidak menjawab dengan jelas saat ditanya apakah Hamka dan dua pemain lainnya bakal cukup fit untuk tampil melawan Qatar. "Main atau tidak, itu tergantung pada pelatih," tutur Ibo.

Permainan sederhana Dalam latihan sekitar 1,5 jam, Minggu sore, Rijsbergen berkali-kali menekankan pentingnya permainan sepak bola sederhana. Dari penjelasan dia kepada pemain, yang terdengar dari tepi lapangan tempat wartawan meliput, permainan sepak bola sederhana yang dia maksud adalah "penguasaan bola selama mungkin, mengurangi tingkat kesalahan dalam passing, dan tak perlu 'banyak bergaya lewat aksi-aksi individu' saat bermain".

"Ball possession... don't lose the ball... play it simple! Simple! Simple!" teriak Rijsbergen yang memimpin langsung latihan game di tengah lapangan. Dengan instruksi itu, pelatih Belanda berusia 59 tahun itu menginginkan Bambang Pamungkas dan kawan-kawan tak mudah kehilangan bola dan bermain sederhana.

Tidak mudah Meski terdengar mudah, memainkan sepak bola sederhana tak mudah dijalankan, mirip ungkapan terkenal Cruyff, "Sepak bola itu sederhana, tetapi hal yang paling sulit adalah memainkan sepak bola sederhana."

Dalam latihan itu, ia mengkritik kebiasaan pemain yang tak perlu dilakukan, misalnya mengoper atau menendang bola lewat di belakang kaki sebelah.

Striker Ferdinand Sinaga termasuk yang mendapat kritik tersebut, saat ia gagal dalam penyelesaian akhir karena menendang bola dengan gaya itu dan gagal mencetak gol.

"Saya bisa menerima nasihat itu karena dia (Rijsbergen) pelatih saya dan saya salah. Tentu saya tidak ingin mengulanginya," kata Ferdinand kepada Kompas. "Pelatih bilang agar kami main sederhana saja."

"Kami sudah diajak melihat rekaman video permainan Qatar. Salah satu kelebihan mereka pada postur yang tinggi. Untuk mengatasi hal itu, kami akan bermain bola-bola pendek dan cepat," papar Ferdinand, yang juga anggota skuad timnas SEA Games 2011. Ferdinand mengaku siap jika turun jadi starter lagi saat melawan Qatar. (SAM)


Ayo Kalahkan Qatar!!!
 
Catatan Sepakbola
Tentang Kekalahan Indonesia dari Bahrain


Jakarta - Harapan itu kembali tak terpuaskan, bukan di Teheran melainkan di Senayan. Indonesia kalah dari Bahrain dalam pertandingan yang sempat dihentikan wasit gara-gara ulah sebagian suporter yang bandel.

Faktanya, sepakbola Indonesia masih belum banyak berubah. Tak apa-apa. Kita memang masih dalam periode transisi. Perubahan yang sudah terjadi baru di level pergantian pengurus PSSI -- dan ekspektasi masyarakat yang kian hari kian meninggi, terutama ketika yang akan bertanding adalah tim nasional.

Ekspektasi itu bagus, bahkan perlu untuk sebuah motivasi. Tapi jika tidak dibarengi dengan sikap obyektif dan realistis, apalagi sampai menjadi ekspektasi yang membabi-buta, tanpa melihat permasalahan secara komprehensif, jangan-jangan ekspektasi itu akan terus membuat kita "lemas" dan ujung-ujungnya kembali menggerutu dan mengeluh: "Ah, kalah lagi, kalah lagi."

Mungkin itulah potret sebagian masyarakat sepakbola kita. Kita mudah mabuk oleh sebuah keberhasilan "kecil", tapi tak segera memperbaiki hal-hal yang lebih fundamental karena sudah (sempat) berhasil, dan jika begitu, kegagalan melulu dikait-kaitkan dengan nostalgia.

Pelatih:

Setelah Indonesia bermain buruk dan kalah 0-2 dari Bahrain kemarin malam di Gelora Bung Karno, Wim Rijsbergen, yang belum seumur jagung menukangi skuad 'Garuda', dicap sudah gagal karena sebelumnya juga kalah 0-3 dari Iran. Berdengung pula suara-suara yang menginginkan Alfred Riedl kembali direkrut sebagai pelatih.

Menurut hemat penulis, ini "basi". Kita terlalu memanjakan keinginan, selalu ingin cepat jadi. Kalah dua-tiga kali, pelatih harus dipecat, seolah-olah Indonesia adalah Inggris, Brasil, Chelsea atau Real Madrid, seakan-akan faktor besar yang menentukan mutu tim itu cuma pelatih.

Riedl -- katakanlah -- memang pelatih yang bagus. Gayanya yang keras, disiplin, bahkan jarang tertawa, cepat disukai. "Pemain kita memang harus dikerasi," begitu kesimpulan sederhananya. Ia memang membuat masyarakat Indonesia mengalami euforia di Piala AFF, membangun fondasi tim yang sangat baik. Bahwa dia sesungguhnya tidak memberi piala di turnamen di level Asia Tenggara itu, seperti pelatih-pelatih sebelumnya, oleh sebagian orang dianggap bukanlah sebuah kegagalan.

Penulis bukannya anti Riedl, tapi mencoba bersikap realistis, dan itu pun lebih ke faktor "nonteknis". Sulit membayangkan PSSI memanggil kembali Riedl setelah mereka mendepaknya begitu saja "tanpa perasaan". Sebaliknya, apa iya Riedl dengan mudah balik ke Indonesia setelah merasa "sakit hati" diperlakukan dengan tidak menyenangkan oleh PSSI.

Soal Rijsbergen, kita belum tahu sebaik apa dia -- atau seburuk apa dia. Tapi dia baru dua bulan bekerja untuk timnas, dan dia sudah membantu Indonesia mengalahkan Turkmenistan sehingga bisa masuk ke babak ketiga Pra Piala Dunia 2014.

Bahwa kemudian Indonesia kalah 0-3 dari Iran, pertanyaannya adalah, apakah sekarang kita sudah sedemikian yakin bisa mengalahkan Iran, yang notabene pernah tiga kali tampil di Piala Dunia dan tiga kali menjuarai Piala Asia? Bukannya merendahkan tim sendiri, bukannya tak berharap juga, tapi faktanya level kita masih di bawah mereka. Sekali lagi, saat ini tingkatan kita masih di Asia Tenggara. Menanjak ke Asia butuh proses lain lagi.

Bahrain di atas kertas lebih lemah daripada Iran. Kita pernah pula mengalahkan mereka di Piala Asia 2007 di Jakarta, walaupun juga kalah 1-3 di Piala Asia 2004. Wajar memang apabila ekspektasi itu membuncah lagi. Sepertinya sebagian besar masyarakat Indonesia sangat yakin Bambang Pamungkas dkk bisa merebut poin penuh kemarin malam.

Yang terjadi kemudian, permainan tim sangat buruk. Apakah itu salah pelatih? Pasti ada. Tapi apakah semata-mata salah pelatih? Tidak mungkin.

"Kita tidak bermain simple football. Kita terlalu bermain individual. Ketika satu pemain berhadapan dengan dua lawan, seharusnya kita mengoper bolanya. Tapi, kita malah menggocek dan akhirnya malah kehilangan bola. Itu kesalahan elementer. Bermain simple football belum ada dalam mind-set kita. Kita tidak bisa menang tanpa possession football. Tanpa possession football, kita tidak akan bisa mencetak gol. Tim-tim terbaik di dunia telah membuktikan hal itu," papar Rijsbergen seusai pertandingan.

Penulis tidak melihat ada yang salah dengan analisis itu. Di lapangan, memang itulah yang terjadi. Artinya, Rijsbergen tahu di mana letak kesalahan permainan malam itu. Artinya, dia tidak bodoh.

Tapi tentu kita juga ingin tahu, seberapa mampu dia mengarahkan pemain-pemainnya supaya melaksanakan instruksi-instruksinya. Satu hal yang terlihat jelas adalah: pelatih Bahrain Peter Taylor nyaris sepanjang pertandingan berada di pinggir lapangan, kerap teriak-teriak pada pemainnya. Rijsbergen tidak begitu, lebih anteng di bangku cadangan. Bagaimana sistem komunikasinya? Ini harus ditanyakan pada orang Belanda itu.

(Intelejensia) Pemain :

Bagaimanapun, sepakbola terjadi di lapangan. Pelatih itu semacam sutradara, tukang mengarahkan. Aktor sesungguhnya adalah pemain, karena mereka-lah yang berada di atas rumput, yang menendang-nendang bola, yang memutuskan ke arah mana bola ditendang, diumpan, dibuang, dan seterusnya.

Kepiawaian dan kejelian pelatih memang faktor sangat penting, tapi intelejensia pemain untuk menerjemahkan taktik pelatih, atau juga kemampuan mereka menjaga konsentrasi dalam keadaan keadaan lelah dan buntu, juga amat vital.

Terkait pertandingan melawan Bahrain, yang membuat penonton pun frustrasi, penulis melihat pemain-pemain Indonesia tak memiliki kecerdasan untuk mencari "rencana B" ketika “rencana A" mandeg. Mereka tak bisa menguasai bola di lapangan tengah dan kemudian kebingungan untuk mendapatkan cara buat masuk ke pertahanan lawan.

Celakanya, ada kesan, yang penting bola masuk ke wilayah Bahrain, tak peduli jika itu harus dilakukan dengan cara mengirim umpan lambung jauh, atau mengandalkan crossing dari sayap, padahal kita jelas-jelas tak pernah sekali pun memenangi duel di udara dengan pemain-pemain jangkung Bahrain.

Kecepatan dan kelincahan Boaz pun terlalu diharapkan. Setiap serangan terus saja dialirkan melalui dia. Apa boleh buat, pada akhirnya pemain lawan bisa menemukan cara untuk mengantisipasi gerakan Boaz. Entah kenapa baru di 15 menit terakhir saja permainan "insting" itu bisa dihentikan, dan para pemain mulai berani melakukan tusukan dari tengah, seraya mengurangi bola-bola atas. Tapi ya terlambat.

Apakah itu semua instruksi pelatih? Kalau ya, berarti si pelatih bahkan tak lebih pintar dari penonton. Kalau tidak? Maka pemain memang harus terus belajar mengasah kemampuannya untuk semakin baik.

Intelenjensia pemain sangatlah penting untuk diasah -- seperti juga mentalitas bertanding, yang sering dianggap pula sebagai sebuah kelemahan tim kita selama ini. Pernah ada pertanyaan begini: "Apakah Indonesia akan langsung hebat jika pelatihnya Jose Mourinho atau Pep Guardiola?" Silakan jawab sendiri.

Salah satu cara belajar adalah memperbanyak frekuensi bertanding melawan tim-tim yang berkualitas di level internasional, tidak melulu berkutat di lokal atau ASEAN, biar mereka terbiasa menghadapi berbagai situasi di tengah lapangan.

(Kedewasaan) Suporter:

Bahwa suporter Indonesia itu hebat, penuh gelora dan gegap gempita, dunia bahkan sudah mengetahuinya. Jika fanatisme fansnya tidak sebegitu rupa, mungkin akan lebih sulit lagi mencari berita sepakbola Indonesia di media massa asing. Gelora Bung Karno kini sudah dikenal sebagai salah satu stadion dengan suporter paling "gila" di dunia.

Sayangnya, kedewasaan bersikap belum terpupuk merata. Insiden kembang api dan mercon, yang membuat wasit menghentikan pertandingan selama sekitar 15 menit, memperlihatkan penyakit lama yang kambuhan itu. Belum lagi "kebiasaan" menghujani pemain lawan dengan botol air mineral.

Ini pemandangan yang menyebalkan, mencemari sebuah tontonan yang semestinya bisa dinikmati tanpa perasaan was-was dan cemas, khususnya untuk kalangan penonton anak-anak dan wanita, juga karena perilaku norak seperti itu bisa membuat Indonesia merugi. Kita pernah bersedia menerima sanksi FIFA jika hal itu harus dilakukan supaya bisa menurunkan pengurus PSSI yang busuk. Tapi alangkah lucu dan ironisnya jia sanksi itu pada akhirnya dijatuhkan FIFA gara-gara ulah suporter.

Begitu pula dengan sportivitas kepada tim tamu. Alih-alih memberi apresiasi dengan memberi sedikit tepuk tangan, lagu kebangsaan tim lawan malah disoraki, diteriaki "huu..". Memberi dukungan sebesar-besarnya pada tim kesayangan itu "sesuatu banget", tapi tidak menghormati lagu kebangsaan lawan adalah memalukan.

(Keseriusan) Polisi/petugas keamanan:

Berharap semua penonton berlaku baik, cuma duduk manis di kursi, tidaklah mungkin. Berharap tidak pernah terjadi keributan suporter dalam sebuah pertandingan sepakbola pun agak utopia. Ini soal ratusan ribu orang tumpah ruah di tempat yang sama, dengan segala atribut pribadi dan motif masing-masing. Itu sudah jadi bagian dalam sepakbola itu sendiri.

Tapi untuk mencegah ekses yang lebih buruk, tetap harus ada safety measure. Di stadion, ranah itu ada di petugas keamanan, polisi. Kenapa kita tak pernah belajar dari negara lain, di mana pemeriksaan bawaan penonton sebelum masuk ke dalam stadion dilakukan dengan serius dan ketat, tanpa terkecuali, tanpa kompromi, tanpa pandang bulu, tanpa toleransi apapun.

Tapi di Indonesia selalu begitu: sweeping cuma ada di mulut pejabat kepolisian, ancaman bagi yang membandel cuma sebatas ancaman. Selalu ada celah buat suporter bandel untuk menyusupkan macam-macam benda terlarang ke dalam stadion.

Petugas pun lebih banyak yang ikut "numpang" nonton dengan menghadap ke lapangan ketimbang mengawasi gerak-gerik suporter yang nakal. Jika ada suporter yang melempar, mereka hanya menunjuk-nunjuk, menggertak dari jauh, karena petugas di tengah penonton memang tak ada atau minim (atau takut dengan massa?)

Bagaimana kesadaran untuk menjadi suporter yang baik akan terpupuk secara merata jika reward and punishment dari petugas tidak dijalankan. Kalau you punya tiket, tidak bawa benda macam-macam, silakan masuk ke stadion. Kalau tidak, silakan Anda tunggu di luar -- dan jangan berulah yang macam-macam juga.

(Profesionalitas) Panpel:

Tekad PSSI untuk membenahi berbagai sistem buruk yang pernah dijalani rezim Nurdin Halid masih menunggu pengejawantahannya. Transparansi pemasukan tiket pertandingan timnas, sejauh ini belum dilakukan juga. Sistem pembelian tiket pertandingan pun belum berubah. Soal ini, semestinya sudah ada cara yang lebih menyenangkan konsumen (baca: suporter) ketimbang harus antre sampai dua kali untuk mendapatkan tiket. Apalagi cara ini pun jelas-jelas tidak juga menghilangkan calo, jika itu salah satu tujuannya.

Ketegasan Panpel juga harus diperlihatkan atas nama keadilan. Mereka yang sudah berkorban berjam-jam antre untuk membeli, bahkan datang jauh-jauh dari luar Jakarta, semestinya punya hak lebih dibanding mereka yang tak punya tiket. Apa boleh buat, seringkali mereka yang sudah dilarang masuk pun ujung-ujungnya bisa menerobos juga. Di laga Indonesia-Bahrain, meski panitia dari awal menyatakan cuma akan mencetak 77 ribu tiket, tapi bagaimana mungkin stadion pada akhirnya terisi penuh atas-bawah, dan itu artinya ada 100 ribu orang di sana!

(Komitmen dan kerja keras) PSSI:

Pada akhirnya, kunci pembenahan sepakbola Indonesia termasuk tim nasional saat ini ada di PSSI. Semua orang sudah tahu, selama ini sistem persepakbolaan kita tidak berjalan karena tidak ada mesin yang bekerja untuk menggerakkannya, yang disebabkan oleh bobroknya pengurus PSSI periode sebelumnya yang korup.

Semua orang tahu, tanpa perubahan yang signifikan oleh PSSI, jangan harap sepakbola Indonesia tiba-tiba akan membaik -- atau tim nasional tiba-tiba lolos ke putaran Piala Dunia.

Mungkin sebagian fans sudah tidak sabar untuk segera melihat timnas yang terbiasa menang, bagaimanapun situasinya. Tapi sebagian fans lain boleh jadi lebih berharap supaya permasalahan mendasar yang selama ini menghambat perkembangan sepakbola Indonesia, bisa mulai dibenahi dengan baik dan serius oleh pengurus PSSI saat ini. Banyak lah contohnya, dan itu sudah dikampanyekan semua oleh pengurus ketika Kongres lalu, tentang pembinaan usia dini, perbaikan kompetisi sebagai muara pembentukan timnas yang handal, dan lain-lain.

Semoga pengurus PSSI yang sekarang tidak mengulangi kesalahan-kesalahan rezim sebelumnya. Mereka tentu tidak mau membayangkan, pengurus terdahulu yang mereka singkirkan, dan sampai sekarang adem-ayem saja karena semua kejahatan mereka sudah "dipetieskan", akan tertawa dan berkata, "Emang enak ngurus bola!"

Tapi yang lebih penting lagi adalah, jika melakukan kesalahan yang sama dan gagal membuat perbaikan itu, pengurus PSSI sekarang akan lebih mudah berhadapan dengan masyarakat, karena mereka tak cuma punya andil sangat besar dalam menumbangkan Nurdin cs, tapi kecintaan mereka pada sepakbola tidaklah terukur besarnya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd